Kane-Lamela-Eriksen-Man-Utd-Sevilla-TottenhamGetty/GOAL

Mau Sampai Kapan Di Tottenham Terus, Kane? Deretan Mantan Rekannya Yang Dapat Trofi Begitu Cabut Dari Spurs

Status Harry Kane sebagai legenda Tottenham dan Liga Primer Inggris sudah tak bisa diragukan. Musim ini, meski Spurs cuma mampu finis kedelapan, kapten timnas Inggris tersebut mencatatkan 30 gol di liga untuk kedua kali sepanjang kariernya, dan kini cuma tertinggal 47 gol di bawah rekor sepanjang masa Alan Shearer (260).

Konsistensi Kane semenjak menembus tim utama Tottenham pada 2014 sungguh luar biasa. Dia mencetak 20 lebih gol liga dalam enam dari delapan musim Liga Primer Inggris terakhir, dan telah membuktikan kebolehannya di Liga Champions di era kepelatihan Mauricio Pochettino.

Sayangnya, segala kecemerlangannya di depan gawang tersebut tak menghasilkan prestasi nyata di level tim. Kane masih belum memenangkan satu trofi pun bersama Tottenham, yang terakhir meraih gelar mayor pada Piala Liga 2008.

Kontrak Kane di London utara masih akan berlaku sampai 2024, dan ia dilaporkan tak menutup kemungkinan memperpanjangnya. Tetapi ia juga sudah dikaitkan dengan beberapa klub besar Eropa, termasuk Manchester United, Real Madrid, dan Bayern Munich.

Spurs sudah resmi menunjuk Ange Postecoglou, mantan bos Celtic, sebagai penerus permanen Antonio Conte setelah 12 bulan penuh turbulensi di mana Christian Stellini juga dipecat hanya setelah empat laga. Kane mungkin masih mau menjajal Spurs era Postecoglou, tetapi yang seharusnya ia lakukan adalah pergi, desak klub untuk menjualnya. Tak masuk akal baginya bertahan di klub yang sampai sekarang masih krisis identitias dan tak punya visi masa depan, dan Kane tak akan menjadi pemain pertama yang meninggalkan Tottenham dan langsung berprestasi di tempat lain.

GOAL menilik deretan pemain yang menyia-nyiakan kerja keras mereka di Spurs bareng Kane, sebelum akhirnya mengangkat trofi bersama klub baru. Mari kita mulai dengan seorang maestro Denmark yang kita kenal dengan baik...

  • Christian Eriksen Inter 2020-21Getty Images

    Christian Eriksen

    Eriksen menjelma menjadi salah satu gelandang elite Liga Primer Inggris setelah bergabung dengan Spurs dari Ajax pada 2013, mencatatkan 90 assist dalam 305 penampilan. Bintang Denmark tersebut membantu Tottenham finis runner-up di Liga Primer Inggris dan Liga Champions, tetapi akhirnya memilih move on saat Inter Milan meminatinya pada Januari 2020.

    Di San Siro, dia tak selalu menjadi starter, tetapi ia tetap berperan dalam Scudetto pertama mereka sejak 2009/10 di musim penuh pertamanya di Nerazzurri. Sayangnya, Eriksen dilepas pada Oktober 2021 setelah jantungnya dipasangi Implantable Cardioverter Debfibrillator (ICD), yang tak diizinkan di Serie A, setelah mengalami henti jantung di Piala Eropa bersama Denmark.

    Namun ia lalu kembali ke Liga Primer Inggris, dikontrak enam bulan oleh Brentford, dan cukup impresif sampai membuat Manchester United meminatinya. Eriksen bergabung dengan The Red Devils secara gratis musim panas kemarin, dan langsung nyetel di tim asuhan Erik ten Hag.

    CV-nya pun semakin mentereng dengan tambahan trofi Piala Liga di Februari, meski tak ikut tanding di final karena cedera, tetapi ia starter di final Piala FA versus Manchester City meski kalah. United kembali dijagokan akan menjadi pesaing trofi yang diperhitungkan di 2023/24, dan Eriksen bisa menambah deretan prestasinya...

  • Iklan
  • Walker-Man-CityGetty

    Kyle Walker

    Kyle Walker memulai kariernya di Sheffield United sebelum bergabung dengan Tottenham pada 2009, dan mencatatkan 220 penampilan untuk klub London utara itu di semua kompetisi. Bek kanan cepat ini akhirnya menarik minat Pep Guardiola, yang sukses merayu Walker ke Manchester City dengan harga £50 juta pada 2017.

    Sejak saat itu, Walker telah mengoleksi 12 trofi di Etihad, termasuk lima gelar Liga Primer Inggris. Ia masih bisa diandalkan di usianya yang ke-33, dan bisa menciptakan sejarah rsama City pekan ini.

    Armada Guardiola akan menjadi tim Inggris kedua dalam sejarah yang mampu meraih treble jika mereka mengalahkan Inter Milan di final Liga Champions, dan keberadaan Walker krusial bagi kesuksesan mereka. Walker memang terlahir sebagai pemenang, tetapi dia tak mendapatkan kesempatan untuk menunjukkannya di Spurs.

  • Erik Lamela Sevilla 2022-23Getty Images

    Erik Lamela

    Selama delapan tahun di Spurs, Erik Lamela adalah pemain yang memecah belah fanbse. Winger Argentina tersebut mampu menciptakan momen magis, seperti gol Rabonanya ke gawang Arsenal yang memenangkan penghargaan Puskas, tetapi ia lebih sering mengecewakan.

    Maka tak mengejutkan ketika Spurs melegonya ke Sevilla dan menukarnya dengan Bryan Gil menjelang musim 2021/22. Musim debutnya di Ramon Sanchez Pizjuan juga di bawah ekspektasi, dan paruh pertama musim ini juga tak sebagus itu setelah Sevilla sempat sangat dekat dengan zona degradasi.

    Tetapi Sevilla garang di Liga Europa seperti biasa, dan nasib mereka jauh membaik setelah menunjuk Jose Luis Mendilibar sebagai pelatih di bulan Maret. Mereka selamat dari marabahaya di La Liga sembari mencukur habis Manchester United dan Juventus di Eropa.

    Sevilla kembali menunjukkan reputasi mereka sebagai rajanya Liga Europa dengan mencapai final untuk menghadapi AS Roma, dan Lamela masuk setelah separuh main di partai puncak, dan anak asuh Mendilibar comeback untuk menyamakan kedudukan dan memaksakan adu penalti. Lamela adalah salah satu pemain Sevilla yang menjadi eksekutor untuk memenangkan UEL ketujuh mereka, menang adu penalti dengan skor 4-1.

    Ironisnya lagi, Gil juga kebagian medali juara, karena dipinjamkan Tottenham ke Sevilla di bursa Januari. Setelah mencicipi trofi, mungkin Gil akan bertanya-tanya: buat apa kembali ke London utara?

  • Ndombele-NapoliGetty

    Tanguy Ndombele

    Tanguy Ndombele diharapkan bisa menjadi bintang besar Tottenham ketika didatangkan dari Lyon dengan harga rekor klub £63 juta pada Juli 2019. Pemain asal Prancis ini adalah salah satu gelandang paling menjanjikan di Eropa selama membela Lyon, tetapi gagal mereplikasinya di Liga Primer Inggris.

    Jose Mourinho berkali-kali mengkritik level kebugaran Ndombele di depan publik, dan dia juga gagal bersinar di bawah Nuno Espirito Santo dan Conte. Spurs mengirimnya kembali ke Lyon dalam kesepakatan peminjaman pada Januari 2022, tetapi raksasa Ligue 1 itu emoh menampungnya secara permanen.

    Lalu pada 2022/23 ia dipinjamkan lagi, kali ini ke Napoli, tetapi sayangnya nasib Ndombele tak banyak berubah di Italia. Pria 26 tahun ini tampil 30 kali di Serie A untuk Partenopei, tetapi hanya delapan kali sebagai starter.

    Tapi tetap saja, ia abadi di buku sejarah sebagai bagian dari armada abadi Napoli yang mempersembahkan Scudetto pertama semenjak 1990. Ndombele kini akan kembali ke Tottenham, tetapi - seperti Gil - mungkin tak akan sudi bertahan setelah mencicipi kesuksesan nyata.

  • Alderweireld-AntwerpGetty

    Toby Alderweireld

    Toby Alderweireld masih menjadi kesayangan para fans Tottenham. Bersama Jan Vertonghen, ia menciptakan tembok duo Belgia yang kokoh selama era Pochettino di lini belakang.

    Ia juga berkontribusi sembilan gol selama enam tahun di Spurs, setelah bergabung pada 2015 usai memenangkan gelar liga di Ajax dan Atletico Madrid. Tetapi seperti kebanyakan koleganya, ia pergi dari Spurs dengan tangan kosong.

    Alderweireld hengkang ke Timur Tengah pada 2021, dan menghidupkan kembali DNA pemenangnya saat membantu Al-Duhail juara Piala Qatar. Bek veteran ini lalu kembali ke kampung halamannya, meneken kontrak tiga tahun bersama Royal Antwerp.

    Dan, musim debutnya sungguh luar biasa. Antwerp menjuarai Piala Belgia sebelum memenangkan gelar liga untuk pertama kalinya sejak 1957 di pekan terakhir, dan Alderweireld menjadi pahlawan mereka.

    Waktu penuh tinggal beberapa menit saja, dan Genk mengungguli Antwerp dengan skor 2-1 dan mereka yang akan menutup musim sebagai juara jika skor tak berubah. Tapi Alderweireld tiba-tiba melepaskan tembakan jarak jauh, menjebol gawang Genk di menit akhir, dan menciptakan salah satu kisah sepakbola terbaik tahun ini. Lumayan juga buat pemain yang sudah 34 tahun!

  • Foyth-VillarrealGetty

    Juan Foyth

    Tak ada yang spesial dari empat tahun Juan Foyth di Tottenham, karena ia tak mampu menembus tim utama. Ia akhirnya mengambil keputusan untuk meneruskan perkembangannya sebagai pemain di klub lain, dan dipinjamkan ke Villarreal selama semusim pada Oktober 2020.

    Foyth meneken kontrak tiga tahun di Spurs sebelum hengkang, tetapi tak butuh waktu lama untuk menyadari bahwa El Madrigal akan segera menjadi rumah permanennya yang baru. Ia menjelma fondasi penting armada Unai Emery yang memenangkan Liga Europa 2021, tampil 12 kali, termasuk di final saat mengalahkan Manchester United.

    Villarreal mempermanenkan Foyth di harga £13 juta musim panas setelahnya, dan sejak saat itu ia semakin mekar di sana. Spurs mungkin menyesal melepasnya terlalu murah, apalagi mengingat keroposnya lini belakang mereka selama setahun terakhir.

  • Trippier-AtleticoGetty

    Kieran Trippier

    Setelah Kane, Kieran Trippier mungkin merupakan salah satu pemain terpenting di skuad Pochettino ketika Spurs jadi langganan empat besar. Didatangkan dari Burnley pada 2015, Trippier beradaptasi dengan sempurna di level yang lebih tinggi, dan memainkan 114 laga untuk Tottenham serta memberikan 23 assist.

    Tetapi setelah performanya menurun pada 2018/19, Spurs merasa tak membutuhkan Trippier lagi dan menerima tawaran £20 juta dari Atletico Madrid. Diego Simeone merasa bek kanan Inggris ini sempurna bagi skuad yang dipenuhi para pejuang sepakbola defensif di Wanda Metropolitano, dan firasatnya terbukti benar.

    Trippier menunjukkan kepada Spurs bahwa mereka salah besar mendepaknya. Ia menjadi bintang di musim 2020/21 yang luar biasa di mana Atletico mengalahkan Barcelona dan Real Madrid untuk menjadi kampiun La Liga. Ia kembali ke Liga Primer dengan membersamai Newcastle pada Januari 2022, dan sudah mencapai final Piala Liga bersama The Magpies.

    Satu final lebih banyak dibandingkan yang pernah ia capai di Tottenham, yang kini menjadi tim yang jauh lebih terseok dibandingkan dengan saat ia hengkang.

  • Cameron Carter-Vickers Celtic 2022-23Getty

    Cameron Carter-Vickers

    Setelah tujuh tahun di akademi Tottenham, Cameron Carter-Vickers digadang-gadang sebagai pemain menjanjikan ketika ia menembus tim utama pada 2016. Bek asal Amerika Serikat ini diyakini memiliki masa depan yang cerah, tetapi ketika ia akhirnya hengkang pada 2021, ia cuma mencatatkan lima penampilan di tim senior.

    Carter-Vickers dipinjamkan ke Sheffield United, Ipswich Town, Swansea City, Stoke City, Luton Town, dan Bournemouth, membuktikan kebingungan Spurs dalam mengembangkannya. Ia akhirnya kembali ke TOttenham dan tampil untuk pertama kalinya dalam empat tahun di laga Liga Konferensi Europa pada 19 Agustus 2021, tetapi sudah dipinjamkan lagi 11 hari berselang - kali ini ke Celtic.

    Ia malah menemukan 'rumah' di Parkhead, tampil 26 kali untuk membantu Celtic memenangkan gelar Liga Primer Skotlandia dan Piala Liga di musim pertamanya. Cameron-Vickers akhirnya memutus hubungannya dengan Spurs Juli kemarin, dan ia menjadi bagian dari anak asuh Postecoglou yang meraih treble domestik musim ini.

    Bintang 25 tahun ini terpaksa menjalani operasi karena mengalami cedera lutut serius bulan lalu, tetapi ia yakin bisa kembali dengan lebih kuat dari sebelumnya.

  • Georges-Kevin Nkoudou BesiktasGetty

    Georges-Kevin Nkoudou

    Pada 2016, Spurs mendatangkan winger kiri baru ketika merekrut Georges-Kevin Nkoudou dari Marseille, tetapi ternyata ia sejak awal memang hanya akan digunakan sebagai pelapis. Ia hanya start dua kali di musim debutnya, dan setelah masa peminjaman yang kurang sukses di Burnley dan AS Monaco, Tottenham memutuskan untuk melepasnya secara permanen.

    Besiktas melakukan perjudian dengan mendatangkan Nkoudou pada musim panas 2019, dengan harga yang murah yakni £5 juta. Bintang berpaspor Kamerun ini mendapatkan menit bermain reguler yang ia damba-dambakan di Turki, dan menjadi bintang di tengah perebutan gelar paling sengit dalam sejarah Modern Super Lig.

    Nkoudou mencatatkan kontribusi 12 gol dalam 32 laga, membantu Besiktas juara liga mengalahkan Galatasaray hanya lewat selisih gol saja di 2020/21. Ya, cuma sebiji gol yang memisahkan kedua tim di penghujung musim.

  • Capoue-Villarreal-Europa-LeagueGetty

    Etienne Capoue

    Capoue hampir tak memberikan impak apa-apa selama dua tahun di Tottenham, setelah didatangkan dari Toulouse karena gemilang bersama timnas Prancis di 2013. Ia hanya tampil 12 kali di Liga Primer Inggris sebelum dilego ke Watford, yang ternyata merupakan klub yang lebih cocok baginya.

    Pemain yang berposisi gelandang bertahan ini menjadi pemain kunci bagi The Hornets selama lima tahun mempertahankan status sebagai tim divisi utama, sebelum akhirnya terdegradasi pada 2019/20. Capoue bermain 11 kali di tahun pertama mereka kembali ke Championship, tetapi Villarreal mengulurkan tangan mereka, mengajaknya kembali ke level elite pada bursa Januari 2021.

    Bersama Foyth, ia menjadi kampiun Liga Europa setelah hanya lima bulan di El Madrigal. Ia juga dinobatkan sebagai Man of the Match versi UEFA atas penampilan kolosalnya melawan Manchester United di final, dan sampai sekarang masih menghiasai line-up Villarreal.

  • Paulinho-BarcelonaGetty

    Paulinho

    Tottenham menggelontorkan £17 juta untuk mendatangkan Paulinho dari Corinthians pada 2013, setelah ia tampi gemilang untuk Brasil dalam perjalanan mereka menjuarai Piala Konfederasi. Ia disambut dengan meriah di London utara, karena kabarnya Spurs mengalahkan Inter Milan dan Real Madrid untuk mendapatkan jasanya. Tetapi, ia ternyata langsung dibanting ke tanah.

    Paulinho mencatatkan 67 penampilan lintas ajang untuk Spurs dalam dua musim setelahnya, tetapi terhitung mengecewakan dibanding harganya, hanya menorehkan 10 gol dan tujuh assist. Ia dilego ke klub Tiongkok Guangzhou Evergrande pada Juni 2015, yang saat itu diyakini sebagai akhir kariernya di level tertinggi.

    Namun, dua tahun kemudian, Barcelona secara mengejutkan menebus Paulinho dengan harga £36 juta, dan ia bermain 50 kali untuk mereka di musim pertamanya dan satu-satunya. Gelandang asal Brasil ini tidak kalah kelas meski satu skuad bersama Lionel Messi dan Luis Suarez, membantu Barca meraih double domestik, sebelum kembali ke Guangzhou Evergrande.

    Harus diakui bahwa Paulinho memiliki bakat yang tersembunyi, tetapi ia tak mampu menunjukkannya sampai ia menemukan sebuah klub yang spesial. Tottenham sama sekali tak bisa dibilang klub spesial, dan jika Kane bertahan, ia terancam menyandang status pemain terbaik dalam sejarah sepakbola yang tak pernah memenangkan apa pun dalam kariernya.

0