Messi Martinez Mbappe GFXGetty/GOAL

Perdebatan GOAT Sudah Berakhir! Pemenang & Pecundang Ketika Messi & Mbappe Suguhkan Tontonan Terhebat Dalam Sejarah Piala Dunia

Pertandingan terbesar yang pernah ada dalam sejarah Piala Dunia. Mungkin, jadi duel terhebat yang pernah dimainkan. Kemenangan adu penalti Argentina atas Prancis merangkum semua hal yang kita sukai dari olahraga satu ini.

Keringat sampai tetes terakhir, selebrasi, emosi, derai air mata, semua digulung jadi satu.

Lionel Messi mencetak brace dan Kylian Mbappe membuat hat-trick. Namun, ini bukan hanya tentang nama-nama besar. Tontonan gemilang ini merupakan bukti bakat dan karakter setiap pribadi untuk menginjakkan kaki di lapangan.

Ada demonstrasi seni permainan sayap selama kurang lebih satu jam oleh Angel Di Maria, performa masterclass Emliano Martinez di bawah mistar gawang, beberapa pergantian pemain inspirasional dari kedua pelatih, Didier Deschamps dan Lionel Scaloni.

Darn itu baru setengah!

GOAL menjabarkan pemenang dan pecundang dari laga yang tidak akan pernah kita lupakan.

  • Di Maria Argentina France World Cup 2022Getty Images

    Pemenang: Angel Di Maria

    Messi bukan satu-satunya pemain di skuad Argentina yang melakukan penebusan dosa dari kegagalan di Piala Dunia 2014 di Brasil.

    Ingat, Angel Di Maria merasakan penderitaan lebih besar setelah mengakhiri perempat-final lalu dengan cedera.

    Ada kekhawatiran dia pun akan absen di laga final setelah hanya tampak delapan menit di fase knock-out. Dia melewatkan laga penuh semi-final kontra Kroasia di bangku cadangan.

    Pencatumannya di starting line-up sempat menimbulkan kekhawatiran di kalangan pers Argentina. Mereka mengkhawatirkan kebugarannya dan meyakini Lionel Scaloni akan lebih baik bila menerapkan formasi 3-5-2.

    Tapi, mereka tak perlu khawatir. Di Maria sudah siap, mau, dan bisa memancing kepanikan setiap kali dia mengendalikan bola.

    Dia membuat Ousmane Dembele membuat sejumlah kesalahan yang berujung penalti bagi Argentina, melakukan penyelesaian apik dari serangan balik untuk membuat skor ganda 2-0, lalu melakukan gerak nutmeg yang luar biasa pada Aurelien Tchouameni.

    Dapat dipahami bahwa Messi akan mendominasi tajuk utama, tapi dia akan jadi orang pertama yang mengakui peran yang dimainkan Di Maria dalam membantu sang megabintang memenangkan Copa America dan Piala Dunia.

  • Iklan
  • Lionel Messi World Cup finalGetty

    Pecundang: perdebatan GOAT

    Ini akan berakhir, bukan? Bahkan, Piers Morgan dan seluruh pendukung Cristiano Ronaldo barangkali bisa bersepakat bahwa Lionel Messi adalah yang terhebat sepanjang masa?

    Mungkin saja tidak, tapi siapa yang peduli? Posisi Messi di puncak kejayaan sudah tak lagi diragukan.

    Tentu, ini perjalanan panjang. Selalu ada anggapan dia tidak akan bisa mewujudkannya bersama Argentina. Namun, dalam rentang 18 bulan, dia menjuarai Copa America lalu Piala Dunia, kemudian menjadi pemain terbaik di kedua turnamen itu.

    Sekarang dia 35 tahun. Ini manusia super. Ini adalah Muhammad Ali dalam Rumble in the Jungle. Ini adalah Michael Jordan dalam Game 6. Ini adalah Tiger Woods dalam Augusta.

    Tidak ada yang tersisa untuk digapai Messi. Mau bicarakan tentang apanya lagi dari seorang Messi? Dia sekarang abadi. Dia adalah GOAT sejati.

  • Scaloni Argentina Copa America 2021Getty

    Pemenang: Lionel Scaloni

    Lionel Scaloni tak bisa lagi berkata-kata mengenai apa arti final ini bagi dirinya. Bayangkan, bagaimana perasaan dia saat ini.

    Di usia 44 tahun, dia jadi manajer termuda yang memenangkan Piala Dunia sejak kompatriotnya, Cesar Luis Menotti [39], dan dia mewujudkan ini setahun setelah memimpin Argentina juara Copa America -- trofi mayor pertama di level senior selama 28 tahun.

    Memiliki Messi memang membantu, tapi jangan lupakan berapa banyak pelatih mencoba dan gagal mengeluarkan yang terbaik dari La Pulga yang genius. Padahal itu di tahun-tahun puncak dia.

    Pencapaian Scaloni sejauh ini luar biasa. Dia mewarisi kelompok pemain yang hancur lebur di 16 besar lawan Prancis di Rusia 2018. Hari Minggu ini, dia menjadi figur yang jauh lebih baik dari Didier Deschamps dalam bentrokan epik.

    Adu penalti tentu sebuah lotre, namun Scaloni, sebagaimana yang dilakukannya di laga kontra Belanda di perempat-final, melakukan pekerjaannya secara luar biasa dengan beberapa pergantian krusial [terutama saat memasukkan Leandro Paredes] yang membuat momentum kembali datang buat Argentina.

    Hubungan yang dia tanamkan di sisi ini luar biasa. Dia mencapai prestasi yang sangat langka dengan menciptakan spirit klub dalam persiapan di pentas internasional.

    Dia sama sekali bukan penunjukan populer empat tahun lalu, tapi sekarang dia akan menjadi Lionel kedua yang terkenal di Argentina!

  • Ousmane Dembele France 2022Getty Images

    Pecundang: Ousmane Dembele

    Gary Neville tentu tidak setuju, tapi sulit untuk tidak kasihan pada Ousmane Dembele.

    Dia datang ke Qatar dengan penuh keyakinan berkat kebangkitannya di Barcelona. Bahkan diperkirakan bakal jadi salah satu pemain terbaik turnamen mengingat lawan akan selalu fokus pada ancaman yang bakal ditebar di sisi sayap seberang, Kylian Mbappe.

    Namun begitu, Dembele memang kurang beruntung, dengan dirinya hanya membuat dua assist dalam tujuh pertandingan.

    Dan laga final terbukti sangat menyakitkan baginya. Sakit atau cedera mungkin berandil, tapi Dembele benar-benar mengkhawatirkan.

    Dia hanya menyentuh bola 17 menit, memasuki pertahanan Argentina hanya sekali dan memberi Messi gol pembuka dari penalti setelah menjatuhkan Di Maria di kotak terlarang.

    Pergantiannya di menit ke-41 oleh Didier Deschamps menunjukkan belas kasihan padanya.

    Dembele masih 25 tahun, masih banyak waktu baginya untuk merealisasikan potensi kelas dunia dia yang tak lagi diragukan. Tapi, mungkin dia membutuhkan lebih banyak waktu untuk memulihkan diri dari turnamen ini ketimbang rentetan cedera yang dialaminya selama bertahun-tahun.

  • Alexis Mac Allister Argentina 2022Getty Images

    Pemenang: Brighton

    Seandainya bukan karena kepahlawanan para superstar macam Messi dan Mbappe, Alexis Mac Allister akan menjadi penantang yang sah untuk mendapat Man of the Match.

    Dia bekerja tanpa lelah di lini tengah dan terus menerus menghadirkan problem ketika dia bergerak ke ruang kosong di antara lin, seperti yang ditunjukkan dia dengan assist-nya untuk gol Di Maria.

    Singkatnya, Mac Allister luar biasa, sebagaimana yang dilakukannya sepanjang turnamen ini.

    Satu-satunya kabar buruk dari perspektif Brighton adalah bahwa mereka tampaknya bakal kesulitan mempertahankan Mac Allister. Di sisi positifnya, penawaran yang akan mereka dapatkan seharusnya layak untuk salah satu bintang Piala Dunia 2022.

  • mbappe(C)Getty Images

    Pemenang: Kylian Mbappe

    Berapa lama lagi Lionel Messi akan dipertimbangkan sebagai GOAT? Itu mungkin bakal tergantung pada Kylian Mbappe.

    Bocah ini konyol. Tampilan Prancis sangat mengerikan selama lebih dari 70 menit. Namun, dia hanya butuh 90 detik untuk membalikkan final ini, pertama lewat penalti dinginnya, kedua lewat penyelesaian fantastis.

    Bahkan setelah Messi mencetak gol yang akan membunuh pertandingan, Mbappe menolak untuk angkat bendera putih sekaligus bakal mencegah narasi dongeng juara dengan kembali mengonversi tendangan 12 pas, membuat dirinya kemudian mendapaktan Sepatu Emas di akhir.

    Dia membuktikan keberaniannya sekali lagi dalam adu penalti dan menggarisbawahi kenapa dia ditakdirkan untuk memecahkan setiap rekor di Piala Dunia.

    Di usia 23 tahun, dia telah menjadi legenda turnamen!

  • Nicolas Otamendi Argentina 2022Getty Images

    Pecundang: Nicolas Otamendi

    Nicolas Otamendi jelas luar biasa bagi Argentina selama turnamen. Memang dia layak mendapatkan gemuruh besar dari suporter ketika dia mengumpulkan medali juara.

    Meski begitu, dia harus merasa bahwa dirinya adalah orang paling beruntung di Lusail setelah adu penalti, sebab dialah yang memberi Prancis jalan untuk kembali bermain dengan kehilangan penjagaan terhadap Randal Kolo Muani.

    Argentina benar-benar kehilangan ketenangan selama 20 menit setelah pelanggaran itu. Jika bukan karena Scaloni, Argentina tidak akan berdiri di podium juara.

  • Kingsley Coman France 2022Getty Images

    Pecundang: para eksekutor penalti

    Jika ada game yang tak seorang pun pantas kalah, maka inilah mereka. Melihat laga ini ditentukan oleh kegagalan sepakan penalti dari dua anak muda yang menjadi bagian integral terhadap comeback Prancis sungguh menyakitkan hati.

    Kingsley Coman menyiksa lini belakang Argentina setelah masuk dari bench, sementara Aurelien Tchouameni membantu merebut kembali lini tengah selama 20 menit terakhir waktu normal.

    Mereka akan hancur dengan kegagalan mereka dalam adu penalti dan berharap orang-orang melupakan bagian itu lalu melihat bagaimana pengorbanan mereka selama di turnamen.