Franco MastantuonoGetty

Franco Mastantuono: Alasan Real Madrid Rela Rogoh €40 Juta Demi Bocah Ajaib River Plate & Titisan Phil Foden

Lagi dan lagi. Real Madrid, kembali menggaet talenta muda asal Amerika Selatan. Diam-diam, Los Blancos telah mengubah paradigma rekrutmen mereka dalam beberapa tahun terakhir—meninggalkan model Galactico demi mendatangkan banyak pemain muda penuh potensi dari belahan dunia lain.

Dan Franco Mastantuono menjadi rampasan terbaru dari benua tersebut. Gelandang serang 17 tahun ini sukses mencuri perhatian khalayak Argentina lewat performa gemilang bersama River Plate, menjadi pencetak gol termuda dalam sejarah klub, dan memikat mata lewat kelincahan menggiring bola serta sepakan dahsyat yang tak tertahankan.

Namun siapa sebenarnya Mastantuono? Dari mana dia berasal, ke mana ia akan melangkah? Dan, apakah ia cukup hebat untuk unjuk gigi di La Liga? GOAL mencoba mengupas lebih dalam soal bintang belia anyar milik Real Madrid ini...

  • Awal kisahnya

    Di awal hidupnya, Mastantuono terjebak dalam dilema. Lahir di kota Azul, 300 kilometer di selatan Buenos Aires, ia adalah atlet dua cabanag sejak usia dini—sama jagonya di lapangan tenis maupun sepakbola.

    Faktanya, jalan hidupnya bisa sangat berbeda. River Plate menawarinya tempat di akademi mereka ketika ia berusia 10 tahun, tapi Mastantuono menolaknya. Keluarganya lebih ingin ia mengejar impian di dunia tenis. Maka, Mastantuono pun menghabiskan satu tahun bermain untuk klub sepakbola lokal sembari tetap menekuni tenis.

    Namun pada 2019, saat River kembali mengetuk, Mastantuono tak lagi bisa menolaknya. Pandemi Covid-19 sempat mengganggu perkembangan kariernya di level junior, tapi begitu sepakbola kembali bergulir di Argentina, dia cepat menemukan iramanya. Dia menjadi top skor di berbagai kelompok usia, dan pada usia 15 tahun sudah dipanggil untuk memperkuat tim U-17 River.

  • Iklan
  • Franco Mastantuono Debut River Argentinos Copa Liga Profesional 28012024Getty Images

    Gebrakan besar

    Sejak hari pertama di akademi, nama Mastantuono sudah bergaung keras. Ia disebut-sebut sebagai salah satu talenta paling menjanjikan yang pernah dimiliki River dalam beberapa tahun terakhir. Ia mengendarai 'hype train' yang sama dengan gelandang Manchester City Claudio Echeverri, dan konsisten bermain di level yang lebih tinggi dari usianya.

    Pada Agustus 2023, Mastantuono meneken kontrak profesional berdurasi dua tahun bersama River, lengkap dengan klausul rilis senilai $45 juta—angka yang mencengangkan untuk remaja 16 tahun yang bahkan belum mencatatkan satu pun penampilan tim utama.

    Namun, kepercayaan itu dibayar setimpal. Pelatih Martin Demichelis memanggil Mastantuono untuk berlatih bersama skuad senior tak lama kemudian, dan memasukkannya dalam rencana pramusim. Ia menjalani debut tak resmi melawan tim Liga MX, Monterrey, dan juga tampil melawan Pachuca. Januari 2024 menjadi debut resminya, Mastantuono tampil di babak kedua dalam pertandingan piala domestik melawan Argentinos Juniors.

  • TOPSHOT-FBL-LIBERTADORES-RIVER-DELVALLEAFP

    Nasibnya kini...

    Sejak saat itu, perkembangan Mastantuono melaju pesat. Gol pertamanya di tim utama, sebuah voli manis untuk memastikan kemenangan atas Excursionistas di ajang Copa Argentina pada Februari 2024, menjadikannya sebagai pencetak gol termuda sepanjang sejarah River Plate—menggeser rekor yang sebelumnya dipegang Javier Saviola.

    Meski awal kariernya begitu menjanjikan, bulan-bulan berikutnya malah terasa membingungkan bagi Mastantuono. Demichelis enggan memberinya menit bermain, membuat para suporter geram karena performa River di Liga Argentina juga tak stabil. Akhirnya, mereka menutup musim 2024 di peringkat kelima, dan Demichelis dipecat. Kursi pelatih kemudian diisi oleh legenda klub, Marcelo Gallardo, sementara Mastantuono mendapat kontrak baru hingga 2026.

    Musim 2025 menjadi panggung pembuktian. Ia mengamankan tempat di starting XI dan mulai menjawab ekspektasi. Gol tendangan bebas spektakulernya melawan Boca Juniors di laga Superclasico—mirip dengan gol legendaris Paul Gascoigne—langsung viral dan menggemparkan media sosial April kemarin. Tak lama berselang ia pun menerima panggilan ke timnas senior Argentina untuk pertama kalinya. Saat masuk menggantikan Thiago Almada dalam kemenangan 1-0 atas Chile, ia mencatat sejarah sebagai pemain termuda yang tampil di laga resmi bersama timnas senior pria Argentina.

    Musim panas ini, persaingan untuk mendapatkan tanda tangannya memanas. PSG, sang juara Eropa, mengira mereka berhasil mendapatkannya. Tapi jangan pernah mengabaikan Real Madrid sampai hitam benar-benar terbubuh di atas putih. Benar saja, kini sudah dikonfirmasi sang wonderkid akan menuju ke ibu kota Spanyol alih-alih Prancis dalam kesepakatan senilai €40 juta.

  • Kekuatan terbesarnya

    Bakat Mastantuono tidak perlu disangkal, terpancar dari layar kaca. Dia memesona saat menguasai bola, sering memotong dari sisi kanan untuk kemudian melepaskan tembakan dengan kaki kiri andalannya.

    Mastantuono adalah dribbler lincah dengan gerakan kaki yang cepat, punya insting menemukan celah dan sudut sempit untuk melepas umpan mematikan. Ia menjadi ancaman nyata, terutama bagi tim yang hobi bertahan dengan rapat.

    Pun jika terlalu memberinya ruang, bersiaplah menghadapi bahaya, terutama karena kemampuan tendangan jarak jauhnya luar biasa. Jika ia bisa menambahkan gol-gol tendangan bebas seperti yang ia cetak di Superclasico ke dalam repertoarnya secara konsisten, mungkin nyaris mustahil menghentikannya di sepertiga akhir lapangan.

  • FBL-ARG-RIVER-PLATENSEAFP

    Ruang untuk berkembang

    Meski penuh bakat, Mastantuono belum sepenuhnya komplet dan permainannya relatif masih satu dimensi. Ia dinilai terlalu bergantung pada kaki kirinya, dan kurang percaya diri menggunakan kaki kanan. Akibatnya, ia terkadang mudah ditebak lawan, yang langsung memaksanya bergerak ke sisi lemah.

    Seperti kebanyakan pemain muda, massa ototnya perlu ditingkatkan. Dengan tinggi hampir 180 cm, tubuhnya belum terlihat mengintimidasi dan justru kerap loyo dalam duel udara. Di La Liga yang penuh dengan tim berparadigma penguasaan bola, hal ini mungkin tak jadi persoalan besar. Tapi tetap saja, menambah kekuatan fisik akan membuat permainannya lebih dominan.

  • FBL-ENG-PR-BRENTFORD-MAN CITYAFP

    The Next... Phil Foden?!

    Ada banyak referensi untuk menggambarkan Mastantuono. Dalam banyak hal, ia mengingatkan pada Dominik Szoboszlai versi muda—gaya bermainnya yang eksplosif, masuk ke ruang kosong, lalu melepaskan tembakan dengan kaki terkuat. Bedanya, Mastantuono kidal, sementara gelandang Liverpool itu lebih lengkap dalam peran dua arah.

    Namun jika mencari perbandingan yang lebih akurat—dan juga lebih ambisius—nama Phil Foden mungkin yang paling cocok. Mereka punya kelincahan serupa, kecerdasan bermain dalam ruang sempit, dan teknik menembak yang sangat mirip. Meski Mastantuono mengaku idola-idolanya sejak kecil semua berasal dari Argentina, kemiripannya dengan Foden sulit untuk diabaikan.

  • MastantuonoGetty Images

    Apa selanjutnya?

    Madrid memanggil Mastantuono, di mana dia akan mengikuti jejak panjang talenta yang menukar benua asalnya untuk panggung besar Bernabeu. Los Blancos mengeluarkan biaya besar untuk mendapatkan pemain mereka dan harus melancarkan daya tarik yang cukup kuat untuk mengalahkan PSG dalam perlombaan menandatangani pemain berusia 17 tahun ini, namun pers Spanyol tidak mengenal ampun dan akan menuntut hasil langsung tanpa memandang usianya.

    Madrid sudah menanti. Di sana, Mastantuono akan mengikuti jejak para bintang muda lain yang lebih dulu menyeberang dari Amerika Selatan ke panggung megah Bernabeu. Los Blancos harus berjuang keras untuk mengalahkan PSG dalam perburuan ini, dan tak segan-segan merogoh kocek dalam-dalam demi sang bocah emas. Akan tetapi, media Spanyol tidak kenal ampun dan akan langsung menuntut hasil tanpa memandang usia.

    Bagaimana tidak? Sejarah menunjukkan bahwa jalan Mastantuono akan sangat terjal nan berbatu sebelum bisa mencapai puncak kejayaan. Vinicius Junior dan Rodrygo saja butuh waktu untuk beradaptasi, meski sudah kenyang pengalaman di Brasil. Endrick yang baru semusim didatangkan pun belum menunjukkan tajinya, dan kini masa depannya sudah penuh keraguan.

    Jika Madrid bisa, mereka tentu ingin membawa Mastantuono ke skuad Piala Dunia Antarklub 2025. Namun River bersikukuh mempertahankannya untuk membela mereka di panggung dunia di Amerika Serikat. Kedua tim bisa saja saling berhadapan di fase gugur nanti—sebuah skenario yang akan menambah babak baru dalam kisah dongeng karier Mastantuono yang masih baru dimulai.