FBL-WC-2022-MATCH64-ARG-FRA-TROPHYAFP

Era Baru Piala Dunia? Usai Qatar & Arab Saudi 2034, Presiden FIFA Gianni Infantino Ingin Regulerkan Kalender Musim Dingin

Presiden FIFA Gianni Infantino baru saja melemparkan sebuah gagasan radikal yang berpotensi mengubah wajah dan tradisi sepakbola internasional secara permanen. Ia mengusulkan agar penyelenggaraan Piala Dunia tidak lagi terikat pada slot waktu musim panas.

Berbicara dalam sebuah konferensi para petinggi klub Eropa, Infantino menyerukan kepada seluruh dunia sepakbola untuk memiliki "pikiran terbuka" mengenai penjadwalan turnamen. Ia menyiratkan bahwa penyelenggaraan Piala Dunia di musim dingin, seperti yang terjadi di Qatar 2022, bisa menjadi kebiasaan baru di masa depan.

Gagasan ini muncul menjelang penunjukan Arab Saudi sebagai tuan rumah Piala Dunia 2034, sebuah event yang hampir dapat dipastikan juga harus digeser ke musim dingin untuk menghindari suhu ekstrem di negara tersebut.

Usulan kontroversial ini sontak menyalakan kembali perdebatan sengit mengenai kepadatan jadwal, kesejahteraan pemain, dan keseimbangan kekuatan antara FIFA dengan liga-liga domestik di seluruh dunia.

  • FBL-WC-2022-STADIUM-JANOUBAFP

    Usulan Radikal Infantino: Akhiri Tradisi Piala Dunia Musim Panas

    Infantino melemparkan sebuah gagasan yang sangat radikal dan berpotensi mengubah total kalender sepakbola dunia seperti yang kita kenal. Ia secara terbuka mengusulkan agar Piala Dunia tidak lagi secara sakral dan kaku harus selalu diselenggarakan pada slot waktu musim panas di belahan bumi utara.

    Berbicara di hadapan para petinggi klub-klub top Eropa di Roma, Infantino menyerukan agar semua pihak yang terlibat dalam industri sepakbola memiliki "pikiran terbuka" mengenai kapan waktu terbaik untuk menyelenggarakan turnamen paling akbar di planet ini.

    Ia berpendapat bahwa tradisi yang telah berlangsung selama hampir seratus tahun ini perlu ditinjau kembali demi kebaikan sepakbola secara global. Menurutnya, pergeseran waktu penyelenggaraan ini bukanlah hanya tentang satu Piala Dunia saja, melainkan sebuah refleksi yang lebih umum mengenai masa depan olahraga ini.

    Usulan ini, jika benar-benar terwujud di masa depan, akan menjadi salah satu perubahan paling fundamental dalam struktur sepakbola internasional. Hal ini akan memaksa liga-liga domestik di seluruh dunia, terutama di Eropa, untuk secara permanen merombak total jadwal kompetisi tahunan mereka.

  • Iklan
  • Gianni Infantino FIFAgetty

    Alasan di Balik Usulan: Iklim, Keadilan Global, & Optimalisasi Kalender

    Infantino memberikan beberapa alasan yang mendasari usulannya yang cukup kontroversial ini. Alasan utamanya adalah faktor iklim dan cuaca ekstrem, yang menurutnya kini tidak hanya menjadi masalah di negara-negara Timur Tengah, tetapi juga di belahan dunia lainnya.

    "Bahkan untuk bermain di beberapa negara Eropa pada Juli pun kini terasa sangat, sangat panas," kata Infantino. Ia melihat bahwa menggelar sebuah turnamen besar di puncak musim panas kini menjadi sebuah tantangan yang semakin besar di banyak tempat.

    Ia juga menyoroti aspek keadilan dan kesetaraan global dalam argumennya. Menurutnya, jika dunia sepakbola ingin menemukan satu waktu yang paling ideal untuk bisa bermain sepakbola di seluruh dunia secara bersamaan, maka Maret atau Oktober adalah pilihan yang paling memungkinkan, karena cuaca ekstrem (baik terlalu panas maupun terlalu dingin) di berbagai belahan dunia dapat dihindari.

    Pada akhirnya, Infantino menyebut bahwa semua ini adalah bagian dari upaya untuk "mengoptimalkan kalender" sepakbola yang semakin padat. "Mungkin ada cara di mana kita bisa mengoptimalkan kalender... kita hanya perlu memiliki pikiran yang terbuka," pungkasnya, dengan tujuan untuk mencari solusi terbaik bagi semua pihak yang terlibat.

  • Denmark v Tunisia: Group D - FIFA World Cup Qatar 2022Getty Images Sport

    Preseden dari Qatar 2022 & Proyeksi untuk Arab Saudi 2034

    Gagasan mengenai penyelenggaraan Piala Dunia di musim dingin sebenarnya bukanlah sebuah hal yang benar-benar baru. Seluruh dunia sepakbola telah merasakan preseden pertamanya pada penyelenggaraan Piala Dunia edisi 2022 yang digelar di Qatar.

    Saat itu, turnamen terpaksa harus digeser ke periode November dan Desember untuk menghindari suhu musim panas yang sangat ekstrem di negara teluk tersebut. Keputusan ini memaksa liga-liga top Eropa untuk mengambil jeda tengah musim yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah mereka.

    Prospek terulangnya turnamen musim dingin kini kembali menguat dengan semakin pastinya penunjukan Arab Saudi sebagai tuan rumah tunggal untuk Piala Dunia edisi 2034. Laporan teknis dari FIFA sendiri bahkan mencatat bahwa suhu terbaik untuk bermain sepakbola di Arab Saudi adalah "antara Oktober dan April."

    Dengan suhu musim panas rata-rata di kota-kota seperti Riyadh yang bisa dengan mudah melebihi 40 derajat celcius, hampir dapat dipastikan bahwa Piala Dunia 2034 juga harus diselenggarakan di musim dingin. Infantino kini tampaknya ingin mengubah apa yang tadinya merupakan sebuah pengecualian menjadi sebuah kebiasaan baru.

  • ENJOYED THIS STORY?

    Add GOAL.com as a preferred source on Google to see more of our reporting

  • Aerial Views of San Francisco Ahead of FIFA 2026 World CupGetty Images Sport

    Jangka Pendek: Edisi 2026 & 2030 Tetap di Musim Panas

    Meski wacana mengenai era baru Piala Dunia musim dingin terus digulirkan oleh Infantino, para penggemar sepakbola tidak perlu khawatir akan adanya perubahan jadwal secara tiba-tiba dalam waktu dekat. Kalender pertandingan internasional FIFA saat ini telah ditetapkan secara pasti hingga 2030.

    Dua edisi Piala Dunia berikutnya telah dipastikan akan tetap digelar pada slot waktu tradisionalnya, yaitu pada periode musim panas di belahan bumi utara (Juni dan Juli).

    Piala Dunia 2026, yang akan diselenggarakan secara bersama-sama oleh tiga negara, yaitu Amerika Serikat, Kanada, dan Meksiko, dikonfirmasi akan berlangsung pada Juni dan Juli. Format dan jadwalnya tidak akan mengalami perubahan dari tradisi yang ada.

    Begitu pula dengan Piala Dunia edisi 2030 yang akan digelar di tiga negara, yaitu Maroko, Portugal, dan Spanyol (dengan tiga laga pembuka di Amerika Selatan). Turnamen ini juga akan tetap diselenggarakan pada periode musim panas. Oleh karena itu, perubahan radikal yang diusulkan oleh Infantino ini kemungkinan besar baru akan bisa diimplementasikan mulai dari edisi 2034 di Arab Saudi.

  • United States v Mexico - Gold Cup 2025: FinalGetty Images Sport

    Tantangan di Depan Mata: Jam Kick-off & Kesejahteraan Pemain

    Meski Piala Dunia 2026 akan tetap digelar di musim panas, masalah cuaca panas tetap menjadi sebuah tantangan yang sangat besar, terutama di beberapa kota tuan rumah di Amerika Serikat dan Meksiko. Hal ini diakui secara terbuka oleh wakil presiden FIFA Victor Montagliani.

    Ia mengungkapkan bahwa salah satu pelajaran terbesar yang mereka dapatkan dari penyelenggaraan Piala Dunia Antarklub pada musim panas lalu adalah mengenai penentuan jam kick-off pertandingan. Banyak pertandingan yang digelar di tengah cuaca panas terik, yang dikhawatirkan dapat membahayakan kesejahteraan dan kesehatan para pemain.

    Untuk Piala Dunia 2026, FIFA kini sedang dalam proses diskusi yang sangat intensif dengan para pemegang hak siar, terutama dari Eropa, untuk bisa menemukan jadwal kick-off yang paling ideal. Mereka harus bisa menyeimbangkan antara jam tayang utama di Eropa dan kondisi cuaca yang aman bagi para pemain di Amerika.

    Kemungkinan besar, pertandingan-pertandingan utama di kota-kota yang bercuaca panas akan dijadwalkan pada slot waktu malam hari waktu setempat untuk menghindari panas. Namun, Montagliani juga mengakui bahwa hampir tidak mungkin semua pertandingan akan memiliki jam kick-off yang "sempurna" bagi semua pihak, baik itu pemain, penonton di stadion, maupun pemirsa di televisi.

0