A-League Rd 21 - Western Sydney v MelbourneGetty Images Sport

FAKTA BOLA - Tragedi Klub Kongo Yang Tewas Tersambar Petir Di Lapangan, Lawan Selamat & Dituduh Pakai Sihir

Pada Oktober 1998, dunia sepakbola diguncang oleh sebuah tragedi yang sulit dipercaya dan mengerikan. Di tengah berkecamuknya perang saudara di Republik Demokratik Kongo, sebuah pertandingan sepakbola lokal berubah menjadi ladang pembantaian oleh alam, yang kemudian memicu tuduhan supranatural yang kental.

Peristiwa ini terjadi di provinsi Kasai timur, dalam laga yang mempertemukan tuan rumah Bena Tshadi dengan tim tamu Basanga. Saat skor imbang 1-1 dan pertandingan berlangsung sengit, langit yang gelap melepaskan petir dahsyat yang menyambar langsung ke lapangan permainan.

Dalam sekejap, sebuah fenomena yang sulit diterima akal sehat terjadi. Seluruh 11 pemain tim tuan rumah, Bena Tshadi, tewas di tempat. Anehnya, tak satu pun pemain dari tim Basanga yang berada di lapangan yang sama mengalami cedera fatal. Peristiwa ini selamanya tercatat sebagai salah satu insiden paling aneh dan tragis dalam sejarah olahraga.

Bagaimana mungkin sebuah sambaran petir hanya membunuh satu tim? Apakah ini murni sebuah kutukan, sihir, atau ada penjelasan ilmiah di balik tragedi yang tak masuk akal ini? GOAL coba menjelaskannya di sini!

  • Tragedi Di Lapangan Kasai

    Pada suatu hari di bulan Oktober 1998, sebuah pertandingan sepakbola yang seharusnya menjadi hiburan bagi masyarakat lokal berubah menjadi mimpi buruk. Di provinsi Kasai, Republik Demokratik Kongo, tim Bena Tshadi menjamu Basanga. Pertandingan berjalan normal seperti biasa, dengan kedua tim saling serang hingga kedudukan imbang 1-1, menunjukkan betapa ketatnya persaingan di antara keduanya di atas lapangan hijau.

    Namun, cuaca saat itu tidak bersahabat. Langit gelap dan badai mengancam jalannya pertandingan. Tepat ketika laga memasuki momen-momen krusial, sebuah kilatan cahaya yang membutakan diikuti suara gemuruh memekakkan telinga. Petir telah menyambar lapangan, tepat di tengah para pemain yang sedang berlaga. Kekacauan dan kepanikan pun tak terhindarkan saat para penonton berlarian mencari perlindungan.

    Ketika kebingungan mereda, pemandangan mengerikan tersaji di hadapan semua orang. Sebelas sosok tergeletak tak bergerak di atas rumput. Tragisnya, mereka semua adalah pemain dari tim tuan rumah, Bena Tshadi. Sambaran petir itu telah membunuh seluruh anggota tim dalam sekejap, sebuah peristiwa yang belum pernah terdengar sebelumnya dalam sejarah sepakbola.

    Selain 11 pemain yang tewas, laporan menyebutkan sekitar 30 penonton juga menderita luka-luka akibat insiden tersebut. Namun, yang paling membingungkan dan menjadi pusat dari seluruh misteri ini adalah fakta bahwa tak satu pun dari 11 pemain tim Basanga yang ikut bermain di lapangan yang sama, yang berlari mengejar bola yang sama, mengalami nasib serupa. Mereka semua selamat tanpa cedera.

  • Iklan
  • WRESTLING-DRC-TRADITION-VOODOOAFP

    Sihir Dan Kutukan Di Balik Tragedi

    Kabar tewasnya 11 pemain Bena Tshadi sementara tim Basanga selamat sepenuhnya langsung menyebar seperti api. Di tengah masyarakat Kasai yang kental dengan kepercayaan pada ilmu gaib dan perdukunan, penjelasan logis bukanlah yang pertama kali muncul. Komunitas lokal secara spontan menyimpulkan bahwa ini bukanlah bencana alam biasa, melainkan hasil dari sebuah kutukan atau sihir tingkat tinggi.

    Tuduhan pun segera diarahkan kepada tim Basanga. Mereka diyakini telah menggunakan seorang dukun sakti untuk melindungi para pemain mereka sekaligus mencelakai tim lawan. Dalam pandangan masyarakat saat itu, mustahil sebuah petir bisa "memilih" korbannya dengan presisi seperti itu. Satu-satunya penjelasan yang masuk akal bagi mereka adalah adanya campur tangan kekuatan supranatural yang sengaja menargetkan Bena Tshadi.

    Keyakinan akan mupongo, atau sihir, sangat berakar dalam budaya banyak wilayah di Kongo. Tragedi atau kejadian yang tidak dapat dijelaskan sering kali dikaitkan dengan perbuatan dukun atau roh jahat. Insiden ini memperkuat kepercayaan tersebut di tingkat yang ekstrem. Bagi mereka, ini adalah bukti nyata bahwa kekuatan gaib bisa memanifestasikan dirinya secara fisik dan mematikan di arena olahraga.

    Karena situasi ini, tragedi tersebut tidak hanya menjadi berita duka, tetapi juga sumber ketakutan dan konflik sosial. Ketegangan antara komunitas pendukung kedua tim meningkat, dipicu oleh rumor dan tuduhan ilmu hitam. Insiden ini menjadi contoh nyata bagaimana sebuah fenomena alam dapat diinterpretasikan secara radikal berbeda melalui lensa budaya dan kepercayaan lokal.

  • DRCONGO-CIVIL WARAFP

    Konteks Mencekam: Perang Saudara Kongo

    Untuk memahami mengapa tuduhan sihir begitu cepat mengemuka dan mengapa laporan resmi sangat minim, penting untuk melihat kondisi Kongo pada 1998. Peristiwa ini terjadi tepat di tengah-tengah Perang Kongo Kedua (1998-2003), sebuah konflik brutal yang sering disebut sebagai "Perang Dunia Afrika". Konflik ini melibatkan banyak negara dan kelompok pemberontak, menciptakan kekacauan dan ketidakstabilan yang meluas di seluruh negeri.

    Provinsi Kasai, tempat tragedi itu terjadi, merupakan salah satu wilayah yang terdampak konflik. Infrastruktur hancur, komunikasi terputus, dan kehadiran otoritas pemerintah atau media internasional sangat terbatas. Akibatnya, informasi dari daerah-daerah terpencil seperti ini sangat sulit untuk diverifikasi secara independen. Kabar mengenai insiden petir ini pertama kali dilaporkan oleh surat kabar harian di Kinshasa, 'L'Avenir', yang mengutip sumber-sumber lokal.

    Kondisi perang yang mencekam menciptakan lingkungan di mana ketakutan, paranoia, dan kepercayaan pada hal-hal takhayul tumbuh subur. Ketika institusi formal runtuh dan masa depan tidak menentu, masyarakat sering kali kembali ke sistem kepercayaan tradisional untuk mencari penjelasan dan rasa aman. Tuduhan sihir menjadi cara untuk memahami tragedi yang acak dan mengerikan di dunia yang sudah penuh dengan kekerasan dan kematian.

    Kurangnya investigasi resmi dari pihak berwenang membuat laporan awal yang sarat dengan nuansa mistis menjadi satu-satunya versi cerita yang beredar luas. Tidak ada tim forensik atau ahli meteorologi yang dikirim ke lokasi untuk menganalisis kejadian tersebut. Akibatnya, kisah tentang "tim sepakbola yang dikutuk" menyebar tanpa adanya sanggahan atau penjelasan ilmiah yang kuat pada saat itu.

  • New England Revolution v Inter Miami CFGetty Images Sport

    Penjelasan Ilmiah Di Balik Keanehan

    Meski kisah tentang kutukan lebih dramatis, para ilmuwan dan ahli meteorologi memiliki penjelasan yang jauh lebih logis, namun tetap mengerikan. Teori awal yang sempat beredar adalah perbedaan pada sepatu pemain: Bena Tshadi diduga memakai sepatu dengan pul logam, sementara Basanga memakai pul plastik. Logam akan menjadi konduktor listrik yang lebih baik di tanah basah. Namun, teori ini tidak pernah terkonfirmasi dan dianggap terlalu menyederhanakan masalah.

    Penjelasan ilmiah yang paling masuk akal berpusat pada fenomena yang disebut arus tanah (ground current). Ketika petir menyambar satu titik di permukaan bumi, terutama tanah yang basah, muatan listriknya tidak berhenti di titik itu. Sebaliknya, energi listrik yang masif itu menyebar ke segala arah melalui permukaan tanah, seperti riak air di kolam. Siapa pun yang berada di jalur riak listrik ini berisiko fatal.

    Mayoritas korban tewas atau cedera akibat petir di area terbuka bukanlah karena sambaran langsung, melainkan akibat arus tanah ini. Energi listrik yang mengalir di tanah akan masuk melalui satu titik kontak tubuh (misalnya, satu kaki) dan keluar melalui titik kontak lain (kaki lainnya), mengalirkan listrik mematikan melalui organ-organ vital di antaranya, termasuk jantung.

    Dalam kasus di Kongo, sangat mungkin petir menyambar di titik yang lebih dekat dengan posisi sebagian besar pemain Bena Tshadi. Arus tanah yang menyebar dari titik sambaran itu mengalir melalui area tempat mereka berdiri dengan kekuatan maksimal. Sementara itu, para pemain Basanga, yang mungkin hanya berjarak beberapa meter saja, berada di luar jalur utama arus mematikan tersebut atau di area di mana arusnya sudah melemah.

  • France v Germany - UEFA Women's EURO 2025 Quarter-FinalGetty Images Sport

    Membedah Fenomena 'Step Potential'

    Untuk lebih memahami bagaimana arus tanah bisa begitu mematikan dan selektif, kita perlu mengenal konsep potensial langkah (step potential). Istilah ini merujuk pada perbedaan tegangan listrik antara dua kaki seseorang saat berdiri di atas tanah yang dialiri listrik dari sambaran petir. Semakin besar jarak antara kedua kaki, semakin besar pula perbedaan tegangan yang tercipta, dan semakin berbahaya arus yang akan mengalir melalui tubuh.

    Bayangkan arus tanah menyebar dalam lingkaran konsentris dari titik sambaran. Setiap lingkaran memiliki tingkat tegangan yang berbeda, menurun seiring jaraknya dari pusat. Jika kedua kaki seseorang berada di lingkaran tegangan yang berbeda (misalnya, satu kaki di lingkaran 50.000 volt dan kaki lainnya di lingkaran 30.000 volt), maka tubuhnya akan menjadi "jembatan" bagi arus listrik sebesar 20.000 volt untuk mengalir.

    Para pemain sepakbola yang sedang aktif berlari atau dalam posisi kuda-kuda lebar memiliki jarak yang lebih besar di antara kedua kaki mereka. Hal ini secara drastis meningkatkan risiko dari step potential. Sangat mungkin para pemain Bena Tshadi secara kebetulan berada dalam posisi rentan ini ketika arus tanah melintas, sementara para pemain Basanga berada dalam posisi yang lebih aman atau kaki mereka lebih rapat.

    Perbedaan kecil dalam posisi tubuh, jarak beberapa sentimeter antar kaki, atau beberapa meter dari pusat sambaran dapat menjadi faktor penentu antara hidup dan mati. Ini menjelaskan mengapa sekelompok orang dapat tewas seketika sementara kelompok lain yang berada sangat dekat dengan mereka bisa selamat. Ini bukan sihir, melainkan fisika yang brutal dan acak.

  • Wrexham v Philadelphia Union II - Pre-Season FriendlyGetty Images Sport

    Petir Di Lapangan Hijau: Bukan Insiden Tunggal

    Meski tragedi di Kongo adalah yang paling ekstrem dalam jumlah korban jiwa di satu tim, insiden petir di lapangan sepakbola sayangnya bukanlah hal yang unik. Sejarah olahraga mencatat beberapa kejadian serupa yang menyoroti bahaya bermain di bawah cuaca buruk. Lapangan yang luas dan terbuka, sering kali dilengkapi dengan tiang lampu atau gawang logam, dapat menjadi target menarik bagi sambaran petir.

    Hanya beberapa pekan setelah insiden di Kongo, sebuah peristiwa serupa terjadi di Afrika Selatan selama pertandingan antara Jomo Cosmos dan Moroka Swallows. Petir menyambar lapangan, menyebabkan beberapa pemain dari kedua tim terlempar dan pingsan. Meski tidak ada yang tewas, insiden ini menunjukkan bahwa petir tidak "memilih" tim dan dampaknya bisa meluas ke siapa saja yang berada di area tersebut.

    Di berbagai belahan dunia, dari Amerika Latin hingga Eropa, ada banyak laporan tentang pemain yang tewas atau cedera parah akibat sambaran petir saat latihan atau pertandingan. Pada 2016, seorang pemain di Peru tewas tersambar petir saat laga Copa Peru. Insiden-insiden ini menjadi pengingat yang menyedihkan akan risiko yang sering diabaikan dalam olahraga.

    Peristiwa di Kongo menjadi studi kasus yang paling menonjol karena jumlah korbannya yang terkonsentrasi pada satu tim, yang membuatnya tampak supranatural. Namun, jika dilihat dalam konteks insiden-insiden lain, tragedi ini adalah manifestasi paling mengerikan dari sebuah bahaya yang nyata dan selalu ada. Hal ini mendorong banyak asosiasi olahraga untuk memperketat aturan mengenai penghentian pertandingan saat ada ancaman badai petir.

  • Warisan Abadi Tragedi

    Lebih dari dua dekade setelah kejadian, kisah tewasnya satu tim sepakbola Bena Tshadi oleh petir tetap menjadi salah satu cerita paling aneh dan tragis dalam arsip olahraga dunia. Kisah ini terus diceritakan kembali, melintasi batas-batas antara fakta jurnalistik, legenda urban, dan studi kasus ilmiah. Keunikan dari peristiwa ini memastikan bahwa ia tidak akan pernah dilupakan.

    Tragedi ini meninggalkan warisan ganda. Di satu sisi, ia adalah pengingat yang kuat akan kekuatan alam yang tak terduga dan sering kali tak pandang bulu. Ia menyoroti kerentanan manusia di hadapan fenomena alam seperti petir, dan bagaimana olahraga, yang sering kita anggap sebagai pelarian, tidak kebal dari bahaya dunia nyata. Kisah ini menjadi pelajaran penting dalam hal keselamatan di dunia olahraga.

    Di sisi lain, kisah ini juga menjadi jendela yang menarik ke dalam antropologi budaya, menunjukkan bagaimana masyarakat yang berbeda mencoba memahami tragedi yang tak dapat dijelaskan. Reaksi langsung berupa tuduhan sihir di Kasai bukanlah cerminan kebodohan, melainkan cerminan dari kerangka berpikir dan realitas budaya yang berbeda. Ini menunjukkan bagaimana manusia akan selalu mencari narasi untuk memberi makna pada peristiwa yang acak dan mengerikan.

    Pada akhirnya, tragedi Bena Tshadi adalah perpaduan yang langka antara horor, sains, dan takhayul. Apakah itu kutukan, kebetulan statistik yang aneh, atau demonstrasi mematikan dari hukum fisika, kisah ini akan selamanya menghantui imajinasi kolektif para penggemar sepakbola. Sebuah pengingat abadi bahwa di atas lapangan hijau, terkadang drama yang paling menentukan tidak datang dari kaki para pemain, tetapi dari langit di atas mereka.

0