Manchester City v Leeds United - Premier LeagueGetty Images Sport

Tak Melulu Erling Haaland! Phil Foden Kembali 'Menggila' & Jadi Solusi Ketergantungan Manchester City

Manchester City berhasil mengamankan tiga poin krusial secara dramatis saat menjamu Leeds United di Etihad Stadium. Dalam laga yang berakhir dengan skor 3-2 tersebut, sang juara bertahan nyaris terpeleset setelah keunggulan nyaman mereka di babak pertama sirna begitu saja di babak kedua. Phil Foden tampil sebagai juru selamat dengan mencetak gol kemenangan di masa injury time, sebuah momen magis yang menutupi keretakan performa tim yang mengkhawatirkan.

Laga ini menjadi cerminan dua wajah berbeda dari The Citizens. Di babak pertama, mereka tampil begitu dominan dan klinis, seolah kemenangan besar sudah di depan mata. Namun, di babak kedua, mereka kehilangan kendali permainan, membiarkan Leeds bangkit, dan menunjukkan kerapuhan mental yang tidak biasa bagi tim asuhan Pep Guardiola. Anomali ini menjadi sorotan utama pasca-pertandingan.

Kemenangan ini untuk sementara membawa City naik ke posisi kedua klasemen, menempel ketat Arsenal. Namun, di balik euforia tiga poin, terdapat peringatan keras bagi Guardiola. Ketergantungan pada momen individu dan ketidakmampuan menjaga konsistensi selama 90 menit penuh adalah "penyakit" yang bisa menjadi batu sandungan fatal dalam upaya mereka mempertahankan gelar juara musim ini.

GOAL coba membedah secara mendalam bagaimana Foden mengambil alih peran protagonis dari Erling Haaland, analisis taktik perubahan formasi Leeds yang merepotkan City, serta data statistik yang mengungkap tren mengkhawatirkan dari performa babak kedua Manchester City sepanjang musim ini.

  • Manchester City v Leeds United - Premier LeagueGetty Images Sport

    Foden: Mengambil Alih Panggung dari Haaland

    Dalam laga di mana mesin gol utama Haaland tampil tidak seperti biasanya — hanya melepaskan satu tembakan di menit ke-88 —  Foden muncul sebagai sosok pemimpin yang sangat dibutuhkan. Gelandang timnas Inggris ini mencetak dua gol krusial, termasuk gol pembuka di detik ke-59 dan gol penentu kemenangan di masa injury time. Ini adalah pembuktian bahwa City tidak melulu harus bergantung pada Haaland untuk urusan mencetak gol.

    Gol pertama Foden juga memiliki makna sejarah. Dengan tambahan gol tersebut, ia kini telah mengoleksi 63 gol di Liga Primer, melampaui catatan legenda sepakbola Inggris David Beckham. Pencapaian ini menegaskan statusnya sebagai salah satu gelandang serang paling produktif di generasinya, yang mampu memberikan dampak nyata dalam situasi genting.

    Pep Guardiola tidak bisa menyembunyikan kekagumannya. "Seribu, seribu, juta kali dia melakukannya," puji sang manajer. Ia menyoroti kualitas tembakan dan penyelesaian akhir Foden yang cepat dan mematikan di sekitar kotak penalti. Bagi Guardiola, kembalinya performa terbaik Foden adalah aset yang tak ternilai harganya di tengah musim yang panjang dan melelahkan.

    Musim lalu, Foden sempat meredup saat City kehilangan gelar. Namun, penampilan heroiknya melawan Leeds ini memberikan sinyal kuat bahwa Pemain Terbaik Liga Primer 2023/24 itu telah kembali. Ia siap menjadi motor serangan utama dan pemecah kebuntuan saat para striker utama sedang mengalami hari yang buruk.

  • Iklan
  • Manchester City v Leeds United - Premier LeagueGetty Images Sport

    Dua Wajah City: Dominasi Babak Pertama vs Keruntuhan Babak Kedua

    Pertandingan melawan Leeds United menyajikan kontradiksi statistik yang sangat mencolok bagi City. Di babak pertama, mereka tampil beringas dengan mencatatkan angka Expected Goals (xG) sebesar 2,39. Angka ini adalah rekor xG tertinggi yang pernah dicatatkan oleh tim mana pun di babak pertama sepanjang musim ini, menunjukkan dominasi mutlak mereka.

    Namun, cerita berbalik 180 derajat di babak kedua. City seolah kehilangan tenaga dan arah. Statistik xG mereka anjlok drastis menjadi hanya 0,36, sementara Leeds justru mampu mencatatkan xG sebesar 1,41. Perbedaan ini bukan sekadar angka, melainkan bukti nyata hilangnya kontrol permainan yang hampir membuat mereka kehilangan poin di kandang sendiri.

    Pola "Jekyll and Hyde" ini bukanlah kejadian tunggal. Guardiola sendiri mengakui setelah kekalahan dari Brighton pada Agustus lalu bahwa timnya "tidak mampu bertahan selama 90 menit." Tren ini terus berlanjut dan menjadi pola yang mengkhawatirkan. Total xG babak pertama City musim ini (15,5) jauh lebih superior dibandingkan xG babak kedua mereka (9,3), menandakan adanya masalah stamina atau fokus yang serius.

    Jika City ingin serius menantang Arsenal dalam perburuan gelar, mereka harus segera menemukan obat untuk "penyakit" babak kedua ini. Tidak selamanya mereka bisa mengandalkan keajaiban menit akhir Foden untuk menyelamatkan poin dari situasi yang seharusnya bisa mereka kendalikan sejak awal.

  • Manchester City v Leeds United - Premier LeagueGetty Images Sport

    Perubahan Taktik Daniel Farke yang Merepotkan

    Kredit khusus harus diberikan kepada manajer Leeds United, Daniel Farke, yang berani melakukan perubahan radikal di babak kedua. Menyadari skema 4-3-3 miliknya tidak berjalan dan timnya tertinggal 2-0, Farke mengubah formasi menjadi 5-3-2. Ia memasukkan Dominic Calvert-Lewin untuk berduet dengan Lukas Nmecha di lini depan, sebuah langkah yang terbukti merepotkan pertahanan City.

    Perubahan ini memaksa bek tengah City, Ruben Dias dan Josko Gvardiol, untuk berhadapan satu lawan satu dengan dua striker fisik Leeds. Kehadiran Calvert-Lewin langsung memberikan dampak instan dengan mencetak gol hanya empat menit setelah babak kedua dimulai, memanfaatkan kesalahan Matheus Nunes. Gol ini mengubah momentum pertandingan sepenuhnya.

    Guardiola mengakui bahwa perubahan sistem lawan ini memaksanya untuk berpikir keras. Ia bahkan harus memanfaatkan momen cedera kiper Gianluigi Donnarumma untuk memanggil pemain outfield-nya ke pinggir lapangan dan memberikan instruksi darurat (coaching clinic dadakan) guna merespons taktik baru Leeds tersebut.

    Meski City akhirnya menang, keberhasilan taktik Farke dalam mengekspos kelemahan pertahanan City memberikan cetak biru bagi tim-tim lain. Ia menunjukkan bahwa City bisa digoyahkan jika lawan berani menekan mereka dengan dua striker fisik dan bermain lebih direct di babak kedua saat energi mereka mulai terkuras.

  • Manchester City v Leeds United - Premier LeagueGetty Images Sport

    Papan Klasemen dan Tekanan pada Arsenal

    Kemenangan dramatis ini membawa dampak signifikan pada peta persaingan papan atas Liga Primer. City kini berhasil naik ke peringkat kedua dengan 25 poin, menggeser Chelsea dan menempel ketat Arsenal di puncak klasemen. Tiga poin ini sangat vital untuk menjaga jarak agar tidak semakin tertinggal dari The Gunners.

    Namun, posisi ini masih sangat rentan. Arsenal, yang saat ini mengoleksi 29 poin dari 12 laga, masih memiliki satu pertandingan di tangan. Jika mereka berhasil mengalahkan Chelsea dalam laga derby London, selisih poin akan melebar menjadi tujuh. Sejarah mencatat, empat tim sebelumnya yang pernah unggul tujuh poin setelah 13 laga selalu berakhir menjadi juara.

    Oleh karena itu, kemenangan City atas Leeds ini lebih bersifat "mempertahankan napas" daripada memberikan tekanan nyata. Guardiola sadar betul bahwa timnya masih dalam posisi mengejar. Mereka tidak boleh lagi membuang poin, terutama di laga-laga kandang yang seharusnya bisa dimenangkan dengan mudah.

    Tabel klasemen menunjukkan betapa ketatnya persaingan di tiga besar. Dengan selisih poin yang tipis dan performa Arsenal yang konsisten, setiap kesalahan kecil bisa berakibat fatal bagi ambisi City untuk mempertahankan gelar. Kemenangan atas Leeds adalah langkah awal, namun konsistensi adalah kunci utama yang masih harus mereka temukan kembali.

    Klasemen Sementara Liga Primer (Papan Atas)

    PosTimMainMenangImbangKalahGFGAGDPoin
    1Arsenal12921246+1829
    2Man City138142712+1525
    3Chelsea127232311+1223
  • FBL-ENG-PR-MAN CITY-LEEDSAFP

    Kualitas Individu Penyelamat Kolektivitas yang Goyah

    Laga melawan Leeds United adalah mikrokosmos dari musim City sejauh ini: brilian di satu sisi, namun rapuh di sisi lain. Kualitas individu pemain kelas dunia seperti Foden, Bernardo Silva, dan Josko Gvardiol masih menjadi faktor pembeda utama yang menyelamatkan mereka dari hasil buruk ketika sistem permainan tim sedang macet.

    Namun, mengandalkan kecemerlangan individu saja tidak akan cukup untuk jangka panjang. Guardiola memiliki pekerjaan rumah besar untuk memperbaiki mentalitas dan stamina tim di babak kedua. Fakta bahwa mereka kebobolan dua gol dan nyaris kehilangan poin dari posisi unggul 2-0 adalah alarm yang sangat nyaring.

    Kembalinya ketajaman Foden adalah berita terbaik hari ini. Ia memberikan dimensi lain bagi serangan City yang terkadang terlalu terpaku pada Haaland. Jika Foden bisa konsisten tampil di level ini, beban Haaland akan berkurang, dan variasi serangan City akan semakin sulit dibendung lawan.

    Pada akhirnya, tiga poin adalah tiga poin. Dalam perburuan gelar yang ketat, kemenangan "jelek" pun tetap berharga. Namun, bagi standar tinggi City dan Guardiola, performa seperti di babak kedua melawan Leeds tidak boleh menjadi kebiasaan jika mereka ingin tetap bertahta sebagai raja Inggris di akhir musim nanti.