Ten-Hag-Zidane-McKenna-Man-UtdGetty/GOAL

Erik Ten Hag, Waktumu Sudah Habis! Ini 9 Calon Pengganti Manajer Manchester United

Saat ini, di bawah Erik ten Hag, Manchester United tengah menjalani start terburuk mereka dalam suatu musim selama 60 tahun terakhir - sebuah statistik terkutuk yang terkonfirmasi setelah Setan Merah dibantai Newcastle United di 16 besar Piala Liga Inggris. Ya, mereka gagal mengulang kejayaan di final edisi lalu dengan mengalahkan The Magpies. Kali ini, tim B-nya armada Eddie Howe yang balas memporak-porandakan Man United dengan skor 3-0, di Old Trafford pula.

Bahkan, kekalahan ini The Red Devils telan usai dipermalukan Manchester City di hari derbi, yang membuat mereka tertinggal delapan poin dari empat besar Liga Primer Inggris setelah 10 laga. Man United juga sudah kalah dua kali di Liga Champions, sehingga punya tugas berat untuk lolos ke babak gugur.

"Ini di bawah standar yang diharapkan dari Manchester United," aku Ten Hag pasca-laga Newcastle. "Sama sekali tidak cukup bagus dan kami harus memperbaikinya. Saya bertanggung jawab. Ini tim saya dan mereka tidak memberikan performa [yang baik]."

Kata-kata tersebut terucap dari mulut seorang pelatih yang tahu betul: waktu semakin habis. Para pemain sudah terlihat emoh berjuang demi Ten Hag, dan rentetan hasil-hasil buruk tidak akan benar-benar berhenti sampai para petinggi United sepakat mengayunkan kapak pemecatan.

Ketidakpastian seputar proposal Jim Ratcliffe serta kegagalan keluarga Glazer memperbaiki standar yang terus merosot di Old Trafford memang berkontribusi besar, bahkan turut merugikan Ten Hag. Tetapi ia sendiri juga bersalah membuang-buang anggaran transfer berharga untuk membeli segerombolan pemain tak layak pakai, serta gagal menanamkan filosofi permainan yang jelas.

Pendekatan nol toleransi Ten Hag untuk pemain yang, menurutnya, kelewat batas - contohnya Jadon Sancho - juga menjadi senjata makan tuan. Harmoni ruang ganti terganggung dan kebocoran informasi kembali sering terjadi. United lagi-lagi menjadi sasaran empuk bagi para pengkritik yang selalu sigap menikam dengan belati terhunus.

Maka pertanyaannya: siapa yang bisa memperbaiki nasib skuad pesakitan ini? GOAL mencoba mengulas satu per satu bakal calon pengganti Ten Hag, dimulai dengan seorang pelatih Italia yang menjadi sensasi satu Britania dari Pesisir Selatan...

  • Roberto De ZerbiGetty

    Roberto De Zerbi

    Kalau Man United menginginkan seorang manajer progresif dengan gaya bermain khas dan bisa menghibur fanbase yang tengah muak melihat tim kesayangan sendiri, tak banyak pilihan yang lebih baik dibanding Roberto De Zerbi. Mantan pelatih Shakhtar Donetsk dan Sassuolo ini telah menciptakan keajaiban demi keajaiban semenjak menangani Brighton pada September 2022, mengantarkan mereka ke Liga Europa untuk pertama kalinya dalam sejarah.

    De Zerbi sering disanding-sandingkan dengan Pep Guardiola berkat racikannya yang berbasis penguasaan bola serta kegemarannya terhadap build-up dari belakang - maestro Catalunya itu bahkan dikabarkan bilang sendiri bahwa De Zerbi layak menggantikannya di Man City.

    Ada baiknya United meminang De Zerbi sebelum sang tetangga bisa bergerak, dan bukan hanya kecerdasan taktiknya saja. Pelatih 44 tahun ini juga piawai mengembangkan pemain muda - Alexis Mac Allister, Moises Caicedo, Kaoru Mitoma, sampai Pervis Estupinan berkembang pesat di bawah arahannya.

  • Iklan
  • Zinedine Zidane Inter Miami 2023Getty Images

    Zinedine Zidane

    Zinedine Zidane sudah berkali-kali dikaitkan dengan Man United selama satu dekade terakhir, dan mungkin sekarang adalah kesempatan terbaik merekrut pelatih asal Prancis ini - yang sampai saat ini masi menganggur semenjak mengakhiri masa bakti keduanya di Real Madrid pada Mei 2021.

    Pada masa bakti pertamanya di Santiago Bernabeu, Zidane mempersembahkan tiga trofi Liga Champions secara beruntun - sebuah prestasi yang sampai sekarang tak bisa disamai - plus enam trofi lain. Ia adalah salah satu pesepakbola terbaik di generasinya dan telah membuktikan dirinya sebagai manajer elite yang mampu mengelola ego-ego pemain besar dan mengatasi tekanan yang mengiringi ekspektasi seorang manajer klub raksasa.

    Zidane memang tak punya pengalaman membangun ulang sebuah tim dari nol, tetapi ia bakal langsung mendapat rasa hormat dari ruang ganti United, dan mentalitas 'harus menang dengan segala cara' yang ia percayai mungkin merupakan sesuatu yang amat dibutuhkan untuk memperbaiki nasib mereka.

  • Graham Potter Chelsea 2022-23Getty

    Graham Potter

    Bisa dibilang, jika bukan karena fondasi solid yang dibangun Graham Potter, Brighton tidak akan sekuat sekarang sekalipun sudah dipoles De Zerbi. Potter menyulap The Seagulls menjadi tim 10 besar Liga Primer Inggris selama tiga tahun menjabat, dan itu membuka jalan baginya untuk mencicipi kepelatihan di klub elite bersama Chelsea.

    Rezim baru The Blues menaruh kepercayaan mereka pada diri Potter setelah memecat Thomas Tuchel di pekan-pekan awal 2022/23, dan pelatih asal Inggris ini tak terkalahkan di sembilan laga pertamanya.

    Namun, nasib Chelsea berubah 180 derajat seiring kegagalan Potter mengelola skuad yang kegendutan, dan ia tak mampu mencegah The Blues terjun ke papan bawah. Maka tidak kaget ketika Potter dipecat hanya setelah tujuh bulan, dan sampai sekarang belum kembali bekerja.

    Muncul beberapa laporan bahwa Ratcliffe mempertimbangkan Potter sebagai pelatih jika proposal takeover saham minoritasnya terwujud, dan rasanya Potter tak akan mau melewatkan kesempatan untuk memperbaiki reputasinya.

    Prestasi kepelatihan bekas manajer Swansea ini memang tak terbantahkan, tetapi menunjuknya hanya akan membuat Man United semakin dibenci oleh para penggemarnya. Potter juga terkenal minim karisma dan kepercayaan diri yang diperlukan seorang pelatih klub raksasa.

  • McKenna-IpswichGetty

    Kieran McKenna

    Kieran McKenna ditunjuk sebagai manajer Manchester United U-18 pada 2016, dan kiprahnya yang impresif membuat dirinya dipromosikan menjadi staf pelatih tim utama dua tahun kemudian. Pria Irlandia ini tetap dipekerjakan bahkan setelah Ole Gunnar Solskjaer dipecat pada November 2021, tetapi saat itu ia merasa sudah siap untuk menjadi pelatih utama.

    Ipswich Town pun nekat menunjuk McKenna sebulan kemudian, dan ia berhasil memandu mereka promosi dari League One di musim penuh pertamanya. The Tractor Boys bahkan menjadikan Championship bulan-bulanan dan kini bercokol di peringkat kedua setelah 13 laga.

    Dalam waktu singkat, McKenna mampu membangun reputasi sebagai seorang juru taktik cerdas, dan sepertinya tak butuh waktu lama bagi kita untuk melihatnya kembali ke Liga Primer Inggris. Jika bukan di Ipswich, maka di klub yang bahkan lebih besar.

    Kembali ke United mungkin masih terlalu dini, tetapi semua pelatih tenar yang ditunjuk pasca-Sir Alex Ferguson terbukti flop, dan pengetahuan McKenna tentang United menempatkannya di posisi yang sempurna untuk paling tidak menjadi pertimbangan.

  • Antonio ConteGetty Images

    Antonio Conte

    Satu lagi nama beken yang tengah menganggur: mantan bos Chelsea Antonio Conte, setelah masa baktinya di Tottenham berakhir dengan tidak baik-baik Maret kemarin. Pelatih asal Italia ini memang mampu memandu Spurs finis empat besar, tetapi ia kehilangan kendali ruang ganti dan mengkritik anak asuhnya di depan publik. Ia juga mengecam atasannya secara terang-terangan karena telah membiarkan budaya kesemenjanaan bertumbuh. Maka tak heran jika Daniel Levy marah besar.

    Tapi ingat, Conte mampu memenangkan gelar Liga Primer Inggris di Stamford Bridge dan total meraih empat Scudetti saat menukangi Juventus dan Inter Milan. Seorang Conte bisa dipastikan cukup berani untuk menggantikan Ten Hag di United, dan dia juga punya kebijakan nol toleransi terhadap pemain mbalelo.

    Kekurangan Conte adalah bahwa ia cenderung menggunakan pendekatan pragmatis, mirip-mirip dengan mantan bos United Jose Mourinho, dan pendekatan yang demikian sama sekali tak disenangi para suporter. Conte mungkin memang bisa berprestasi dalam jangka pendek, menjadikannya sosok yang menggoda bagi para petinggi Man United untuk memperbaiki atmosfer Old Trafford. Tetapi pria 54 tahun ini bukanlah sosok yang tepat untuk mengawal era baru Setan Merah.

  • Carrick-MiddlesbroughGetty

    Michael Carrick

    Michael Carrick bertugas sebagai tangan kanan Solskjaer di Old Trafford sebelum dipercaya sebagai karteker dengan catatan dua kemenangan dan satu hasil imbang - namun ia memilih untuk tak memperpanjang masa baktinya di musim 2021/22.

    Pada Oktober 2022, Middlesbrough-lah yang menjadi pelabuhan pertama Carrick dalam perjalanannya sebagai pelatih kepala. Ia mewarisi skuad yang terdampar di peringkat 21 Championship, hanya satu poin di atas zona degradasi. Namun mantan gelandang Man United ini mampu memperbaiki nasib Boro bahkan sampai mencapai play-off, meski harus patah hati karena disingkrikan Coventry City di semi-final.

    Pasukan Carrick lantas memulai musim ini dengan buruk, tetapi mampu menang lima kali dari enam laga terakhir di Championship. Nama pria 42 tahun ini disebut-sebut sebagai salah satu calon suksesor Ten Hag, dan seperti McKenna, bisa memberikan dampak transformatif untuk Man United.

    Ia sudah mendapat dukungan Solskjaer, yang Mei lalu berkata kepada The Athletic: "Michael adalah pria dengan nilai dan prinsip yang kuat, yang mengutamakan keluarga, namun pengetahuannya tiada dua. Ia adalah seorang pemenang tetapi mampu mengendalikan emosinya. Saya tak bisa membayangkan dirinya tak menjadi manajer Manchester United."

  • Emery-Aston-Villa-2023-24Getty

    Unai Emery

    Unai Emery masuk ke deretan pelatih top Eropa setelah mendulang prestasi di Sevilla, dan juga memenangkan berbagai trofi bersama Paris Saint-Germain - meski selalu gagal di Liga Champions. Keputusan Arsenal untuk menunjuk Emery sebagai pewaris Arsene Wenger pada 2018 juga disambut pujian dan optimisme, tetapi ia tak mampu mengantarkan The Gunners kembali ke empat besar dan hanya bertahan 18 bulan di Emirates Stadium.

    Reputasinya pun anjlok, namun ia membuat semua orang ingat akan kualitasnya dengan memimpin Villarreal juara Liga Europa, mengalahkan Man United di final 2021 dan bahkan mengantarkan mereka ke semi-final Liga Champions di musim berikutnya.

    Aston Villa memulangkan Emery ke Liga Primer Inggris Oktober kemarin, dan sekarang membuktikan bahwa mungkin ia sebenarnya hanya butuh waktu sedikit lebih banyak di Arsenal. Musim ini VIlla telah mendaki sampai peringkat lima setelah 10 laga, dan merupakan tim paling produktif (bersama Newcastle) di Liga Inggris. Emery berhasil memaksimalkan pemain-pemain seperti Ollie Watkins, Matty Cash, hingga Ezri Konsa, sembari mendatangkan talenta-talenta menjanjikan seperti Moussa Diaby dan Nicolo Zaniolo.

    Emery berhasil menyulap tim yang anjlok ke peringkat 14 di bawah Steven Gerrard, menjadi tim yang memiliki potensi nyata untuk lolos ke Liga Champions. Man United sudah gila jika tidak mempertimbangkan bekas pelatih Arsenal ini, yang tahu betul caranya memanfaatkan sumber daya yang ada dan mengejutkan semua orang.

  • Xabi Alonso Bayer Leverkusen 2023Getty Images

    Xabi Alonso

    Statusnya sebagai ikon Liverpool memang akan sulit dicerna fans Man United, tetapi Xabi Alonso bisa dibilang merupakan pelatih muda paling menjanjikan di dunia saat ini. Bayer Leverkusen berkubang di zona degradasi Bundesliga saat ia ditunjuk pada Oktober 2022, tetapi berakhir finis keenam setelah rentetan hasil positif yang luar biasa di paruh kedua musim. Musim ini kinerja mereka bahkan lebih gila, melangkahi Bayern Munich sang juara bertahan untuk mengokupansi puncak klasemen setelah delapan kemenangan dan satu hasil imbang di sembilan laga pertama.

    Seperti De Zerbi, Alonso adalah manajer yang berkiblat ke Guardiola, sosok yang pernah melatihnya di Bayern saat ia belum pensiun sebagai pemain - dan pendekatan yang ia gunakan mujarab. Leverkusen arahan Alonso sangat menyenangkan untuk ditonton, mereka sudah mencetak 50 gol dalam 15 laga lintas ajang, dan ia membangun rekam jejak yang apik dalam hal pengembangan pemain.

    Alonso ditakdirkan untuk menjadi pelatih klub elite, mungkin dalam waktu dekat. Dan Man United mungkin akan bersedia - harus bersedia - melupakan kedekatannya dengan Liverpool jika melihat potensinya yang teramat besar.

  • Roy Keane 2023Getty

    Roy Keane

    Last but not least adalah legenda Manchester United Roy Keane, yang belum pernah menjabat sebagai pelatih kepala lagi semenjak meninggalkan Ipswich pada 2011. Pria Irlandia ini kurang sukses di Portman Road tetapi sempat melatih di Liga Primer Inggris sebelum itu, di Sunderland, dan berkinerja impresif sebagai asisten pelatih untuk negaranya pada 2013-2018.

    Oktober kemarin, di podcast Stick to Football, Keane mengaku ingin kembali melatih: "Saya ingin kembali. Saya sudah tak berkecimpung di manajemen selama beberapa tahun, tetapi saya masih gelisah karena tak memiliki tim dan belum kembali melatih selama 10-11 tahun. Perasaan ini tak pernah pudar."

    "Tapi ini soal kesempatan apa yang Anda dapatkan. Sunderland tidaklah mudah, Ipswich adalah tantangan berat. Tergantung klub, timing, dan kontraknya."

    Sudah menjadi rahasia umum bahwa Ferguson yang 'mengusir' Keane dari Man United pad 2005 setelah keduanya bertengkar hebat, tetapi ia telah kembali ke Setan Merah untuk pertama kalinya dalam kapasitas resmi ketika menjadi model jersey ketiga 2023/24 mereka musim panas ini. Secara realistis, Keane bukanlah calon terkuat untuk menggantikan Ten Hag, tetapi ini bukan hal paling aneh yang bisa terjadi di sepakbola, dan para loyalis di Old Trafford akan menyambutnya dengan tangan terbuka.

0