Eksklusif Bojan Hodak - Part 1GOAL

EKSKLUSIF Pelatih Persib Bandung Bojan Hodak - Bagian I: Cerita Masa Kecil, Kecintaan Pada Basket, Timnas Kroasia & Awal Karier Kepelatihan

Article continues below

Article continues below

Article continues below


Eksklusif Alvino Hanafi

Ini adalah bagian pertama wawancara eksklusif GOAL Indonesia dengan Bojan Hodak. Simak artikel bagian kedua di sini.

Di balik reputasi mengilap di kancah sepakbola sebagai pelatih yang mempersembahkan dua gelar juara liga beruntun untuk Persib Bandung, Bojan Hodak ternyata menyimpan kecintaan pada cabang olahraga lain, yaitu bola basket.

Di usia muda, Hodak menghabiskan sebagian besar waktunya menggeluti kedua permainan tersebut sebelum akhirnya memilih berfokus secara profesional ke sepakbola.

Hal itu diungkapkan juru taktik asal Kroasia berumur 54 tahun ini dalam wawancara eksklusif dengan GOAL Indonesia yang mencakup beragam topik.

Pada bagian pertama dari dua seri artikel, Hodak berbicara tentang masa kecilnya, basket, semangat militan bangsa Kroasia yang menular ke olahraga dan khususnya sepakbola, sampai perjalanan karier bermainnya yang berakhir prematur hingga membuka jalan ke dunia kepelatihan.

  • MASA KECIL

    GOAL: Bisa ceritakan masa kecil Anda di Kroasia? Bagaimana latar belakang keluarga Anda, dan bagaimana awal mula Anda berlatih sepakbola? Apa yang membuat Anda tertarik dengan olahraga ini?

    Bojan Hodak: Masa kecil saya bahagia, cenderung santai dan menyenangkan. Ayah saya bekerja di tentara Yugoslavia, dan saudara laki-laki saya masih berada di tentara Kroasia hingga saat ini, jadi selalu ada anggota keluarga dengan latar belakang militer. Ayah saya tidak terlalu tegas, tapi kami tetap harus mengikuti beberapa aturan. Secara keseluruhan, masa kecil saya menyenangkan. 

    Di Yugoslavia pada waktu itu, setiap anak biasanya mencoba berbagai olahraga sampai menemukan yang mereka sukai. Sepakbola mungkin yang paling populer, dan karena teman-teman saya juga bermain sepakbola, saya bergabung dengan klub lokal. Di situlah saya bertahan dan mulai menyukai olahraga ini. Saya mulai sekitar umur 12 atau 13 di klub lokal. Sebelumnya, saya pernah ikut seleksi, tapi tidak pernah terpilih, jadi saya berhenti mencoba. Kemudian saya bergabung dengan klub lokal tempat teman-teman saya bermain.

    Pada usia 16, saya sudah berlatih bersama tim utama karena secara fisik saya memiliki kemampuan dan bakat yang baik. Saya memiliki lompatan yang luar biasa, sehingga mereka menempatkan saya di tim utama pada usia itu. Saya tidak pernah berencana menjadi pemain profesional, semua terjadi secara alami.

  • Iklan
  • Drazen Petrovic shoots Getty Images Sport

    BOLA BASKET

    Kami mendengar bahwa Anda awalnya tertarik pada basket. Apa yang menarik dari basket, posisi apa yang Anda mainkan, dan apakah Anda tumbuh pada era legenda seperti Toni Kukoč dan Dražen Petrović?

    Dari usia 14 sampai 16, saya bermain sepakbola dan basket. Sahabat saya berlatih basket, jadi saya ikut dengannya. Itu sangat berat secara fisik. Sore bermain sepakbola, malamnya basket. Akhirnya, saat saya berusia 16 dan mulai mendapatkan uang saku dari sepakbola, saya memilih meninggalkan basket. 

    Saya menyukai basket karena kemampuan lompatan saya sangat baik. Di sekolah, saya selalu yang terbaik di lompat tinggi. Dalam basket, meski orang lain lebih tinggi, saya bisa bermain di posisi dua (shooting guard) hingga lima (center).

    Saat itu, di Zagreb, basket sangat populer. Dražen Petrović bermain di Cibona Zagreb, yang memenangkan dua kejuaraan Eropa, dan tentu saja kami semua mengikuti perkembangannya. 

  • PEBASKET TERBAIK EROPA

    Mana yang menjadi cinta pertama Anda: basket atau sepakbola? Menurut Anda, siapa pemain basket Eropa terbaik saat ini?

    Sepakbola adalah cinta pertama saya, tapi basket juga saya nikmati. Sulit untuk menentukan siapa pemain Eropa terbaik sepanjang masa.

    Beberapa orang mengatakan Dražen Petrović, beberapa Toni Kukoč, dan sekarang Nikola Jokić. Jika dilihat dari penghargaan, mungkin Jokić saat ini. Tapi secara pribadi, Petrović adalah yang terbaik karena saya tumbuh pada eranya.

  • BASKET-FRA-CRO-FRIENDLYAFP

    PELAJARAN DARI BASKET

    Apakah ada keterampilan atau pelajaran - baik teknis maupun nonteknis - dari basket yang berguna untuk diterapkan di sepakbola?

    Ya, basket membantu saya dalam sepakbola, terutama saat tendangan set-piece. Dalam basket, Anda belajar menggunakan tubuh, menahan, dan menyesuaikan timing lompatan.

    Saya menerapkan itu di sepakbola, dan hingga sekarang saya mengajarkan pemain bagaimana menggunakan keterampilan ini-bagaimana menahan lawan, menempatkan posisi, dan timing gerakan.

  • Croatian War Veterans Protest For Acccused GeneralHulton Archive

    DAMPAK PERANG

    Anda tumbuh di Kroasia pada masa sulit karena situasi Yugoslavia. Banyak orang Kroasia bermigrasi ke luar negeri. Apakah Anda mengalami hal ini juga? Bisa berbagi pengalaman pribadi dan pelajaran berharga dari periode itu?

    Perang itu tidak pernah baik, (menyebabkan) orang-orang tewas. Kami berusaha melupakan dengan fokus pada sepakbola. Kadang kami bermain meski terdengar tembakan senapan mesin di dekat stadion. Latihan kadang dilakukan saat sirene udara berbunyi.

    Beberapa teman saya meninggal dalam perang. Saudara saya berada di garis depan setiap hari. Tapi kami berusaha hidup normal. Pemerintah juga ingin menunjukkan bahwa hidup tetap berjalan seperti biasa. Olahraga menjadi pelarian. Jika melihat ke belakang, pengalaman itu membentuk kami untuk tetap kuat dan fokus meski menghadapi kesulitan.

  • NASIONALISME KROASIA

    Menurut Anda, bagaimana situasi pada waktu itu membentuk karakter dan mentalitas orang Kroasia? Sebagai orang Kroasia, bagaimana Anda melihat stereotip umum tentang bangsa Anda?

    Kroasia berjuang untuk kemerdekaan, dan orang- orang bersatu. Setelah perang, orang Kroasia menjadi bangga akan kemerdekaan itu. Rasa bangga ini terbawa ke tim nasional.

    Saat Kroasia bermain, para pemain memberikan 300%. Tidak masalah klub mana mereka berasal-ketika mengenakan jersey, mereka berjuang sepenuh hati.

    Orang Kroasia juga sangat kompetitif. Bahkan dalam futsal atau permainan anak-anak, orang-orang berjuang untuk menang. Tidak ada yang ingin kalah. Semangat kompetitif ini, ditambah bakat dan kecerdasan dalam permainan bola, membuat Kroasia menghasilkan banyak atlet hebat meski negara kecil.

  • TOPSHOT-FBL-WC-2018-MATCH64-FRA-CROAFP

    KROASIA GUNCANG DUNIA

    Dalam Piala Dunia baru-baru ini, Kroasia mendapat perhatian besar, finis sebagai runner-up dan peringkat ketiga secara berturut- turut. Pada 1998, Kroasia juga meraih peringkat ketiga di Prancis. Apa yang membuat Kroasia tampil baik di panggung internasional sebagai negara muda?

    Kroasia memiliki kurang dari empat juta orang, jadi kita perlu menunggu generasi lahir. Generasi 1998 memiliki pemain seperti Davor Šuker, Zvonimir Boban, dan Alen Bokšić.

    Dua puluh tahun kemudian, datang generasi emas lain dengan Luka Modrić, Mario Mandžukić, Ivan Perišić, Dejan Lovren, dan Mateo Kovačić. Kombinasi bakat, kompetitif, kreativitas, dan kebanggaan. terhadap tim nasional membuat Kroasia tampil baik di kancah internasional. 

  • PERAN MODRIC

    Apakah keberhasilan Kroasia sangat bergantung pada Luka Modrić? Bagaimana Anda melihat Kroasia setelah Modrić pensiun?

    Luka Modrić adalah pemimpin, tapi dia tidak sendirian. Di sekitarnya ada pemain top seperti Perišić, Mandžukić, Lovren, Kovačić, dan Rakitić.

    Saat dia bergabung dengan Real Madrid, awalnya ia disebut gagal. Tapi setelah beradaptasi, dia menjadi salah satu pemain terbaik mereka, memenangkan banyak trofi, bahkan Ballon d'Or 2018. Dia mendorong rekan-rekannya dan memberi contoh. Kroasia setelah Modrić akan tergantung generasi berikutnya. Tapi mentalitas dan kompetitif akan tetap ada.

  • Real Madrid CF v Rayo Vallecano de Madrid - La LigaGetty Images Sport

    GOAT KROASIA

    Menurut Anda, siapa pemain sepakbola Kroasia terbaik sepanjang masa, dan mengapa? Bagaimana pengaruhnya terhadap banyak aspek sepakbola?

    Bagi saya, Luka Modrić adalah pemain sepakbola Kroasia terbaik sepanjang masa. Dia membawa tim ke posisi kedua dan ketiga di Piala Dunia, memenangkan Ballon d'Or 2018, dan banyak trofi bersama Real Madrid.

    Sebelumnya ada Davor Šuker, Zvonimir Boban, dan lainnya, tapi Modrić mencapai hasil terbaik dalam jangka panjang. Dia mengatasi keraguan terkait posturnya dan membuktikan diri di klub terbesar di dunia. Saat ini, setiap anak laki-laki Kroasia ingin menjadi Luka Modrić. Itu saja sudah membuatnya sangat berpengaruh dan menjadi idola generasi berikutnya.

  • KARIER BERMAIN HODAK BERAKHIR PREMATUR

    Bisa ceritakan perjalanan karier sepakbola profesional Anda? Bagaimana akhirnya Anda sampai ke Asia, khususnya Singapura, dan apa motivasi Anda untuk tinggal lama di sana?

    Saya mulai bermain sepakbola saat berusia 13 tahun. Awalnya, saya tidak berniat menjadi profesional-hanya bermain untuk bersenang-senang bersama teman.

    Saya memiliki atribut fisik yang bagus: kuat, cepat, dan memiliki lompatan yang fantastis. Secara teknis, saya mulai agak terlambat, tapi antara usia 17-19, kemampuan saya meningkat banyak, terutama lewat futsal. 

    Sayangnya, pada usia 20, saya mengalami patah kaki dua hari sebelum trial dengan klub Bundesliga. Itu mengubah segalanya. Tak lama kemudian, saya mendapat tawaran dari Singapura. Teman saya, Goran Paulić, yang kemudian menjadi asisten saya di Bandung, sudah berada di sana dan merekomendasikan saya.

    Saya memutuskan untuk bergabung, dan akhirnya bermain lima musim di Singapura, termasuk pinjaman singkat di Hong Kong. Saat itu, uang menjadi motivasi besar-ingin menghasilkan dan membangun karier. Saya menikmati waktu saya di sana; kalau tidak, saya tidak akan bertahan begitu lama. 

  • Bojan Hodak - Persib Bandung 2024/25AFC

    TERJUN KE DUNIA KEPELATIHAN

    Anda menjadi pelatih profesional pada usia sangat muda (35 tahun) dengan My Team di Malaysia. Bagaimana Anda mendapatkan kesempatan ini?

    Saat saya pensiun dini pada usia 30-31 karena cedera, saya mulai menekuni kepelatihan. Saya sedang menyelesaikan lisensi UEFA di Kroasia ketika mantan rekan saya di Singapura, Paul Masefield, mengundang saya untuk menjalankan akademinya di Malaysia.

    Lewat program TV yang menyeleksi bakat muda Malaysia, saya bertemu Khairy Jamaluddin (KJ), yang kemudian membeli klub divisi dua, UPB My Team. Terkesan dengan pekerjaan saya, dia menawarkan posisi kepala pelatih. Begitulah saya memulai karier profesional sebagai pelatih.