Getty Images SportEks-Striker Chelsea & Liverpool Akui TIDAK Diberi Makan Oleh Bekas Klubnya, Hampir Tempuh Jalur Hukum
Dari Liga Primer Inggris ke titik nadir kehidupan
Perjalanan Fabio Borini di dunia sepakbola sama bergejolaknya dengan kisah suksesnya. Lahir di Bentivoglio, Italia, ia meniti karier dari akademi muda Bologna sebelum direkrut oleh Chelsea. Namun, kariernya baru benar-benar menanjak saat memperkuat AS Roma, sehingga kemudian membuka jalan baginya untuk pindah ke Liverpool pada 2012. Bersama The Reds, Borini tampil kurang memuaskan di bawah arahan Brendan Rodgers.
Ia kemudian bergabung dengan Sunderland dan menjadi idola publik Stadium of Light, termasuk mencetak gol di final Piala Liga 2014 meski kalah dari Manchester City. Setelahnya, Borini berpetualang di Serie A bersama AC Milan dan Hellas Verona, sebelum pindah ke Turki membela Fatih Karagumruk dan menikmati periode sukses dengan 35 gol dalam 75 penampilan selama tiga musim. Namun babak tergelap kariernya justru datang ketika ia kembali ke Italia dengan membela Sampdoria di Serie B pada 2023/24.
Musim debutnya bersama Il Doria berjalan bagus dengan sembilan gol, tapi perubahan manajemen membuatnya tersingkir dari tim utama. Ia tiba-tiba mendapati dirinya dikucilkan, dan yang terjadi setelah itu, menurut pengakuannya, merupakan perlakuan yang tak manusiawi.
Getty Images SportBorini buka-bukaan soal penderitaannya di Italia
Dalam wawancara eksplosif bersama The Times, Borini tak menahan diri saat menceritakan tekanan emosional dan fisik yang ia alami di bulan-bulan terakhirnya di Italia.
“Orang-orang terdekat saya tahu betapa sulitnya situasi itu, karena direktur klub sudah mengambil keputusan yang sangat keras bahkan sebelum bertemu saya,” ujarnya. “Dia memutuskan saya bukan pemain yang tepat, saya tidak ini, tidak itu, saya sumber masalah di ruang ganti—padahal kenyataannya justru sayalah yang menjaga ruang ganti tetap solid di masa-masa sulit. Pengalaman saya membuat saya bisa melakukan itu.”
“Saya bahkan siap menggugat klub. Saya punya semua dokumen yang diperlukan untuk melakukannya, karena mereka tidak boleh membuat saya berlatih sendirian di waktu berbeda, tanpa makanan, tanpa keterlibatan dengan tim—semua hal kecil itu. Itu sangat menguras batin saya,” lanjutnya.
“Saya sempat bicara dengan seorang teman yang juga pernah di Sampdoria dan mengalami hal sama. Dia bilang, ‘Saya merasa mulai sembuh setelah angkat kaki.’ Dan kemarin saya mengiriminya pesan, bilang, ‘Saya mulai merasakan perasaan-perasaan itu lagi.’ Karena ini proses yang panjang.”
Awal baru di Salford City
Kini striker 34 tahun itu menemukan harapan baru bersama Salford City, klub ambisius yang dimiliki bersama oleh legenda Class of '92 Manchester United seperti Gary Neville, Paul Scholes, David Beckham, Nicky Butt, hingga Ryan Giggs. Klub League Two itu dikenal karena proyek besar dan pemilik bintangnya, dan kedatangan Borini menjadi transfer kejutan yang menambah daya tarik sepakbola kasta bawah Inggris.
“Rasanya luar biasa. Awalnya saya hanya datang untuk menjaga kebugaran di tengah masa transisi kontrak, dan Salford serta pelatih Alex Bruce sangat baik mengizinkan saya berlatih di sini,” ujar Borini setelah resmi bergabung.
“Pengalaman adalah satu hal yang bisa saya bawa, tapi bukan cuma pengalaman di lapangan, melainkan juga di luar lapangan dengan menjadi pemimpin dengan contoh di latihan, di luar latihan, dan bagaimana mengelola pertandingan. Saya belum pernah main di League Two, jadi saya juga harus belajar dari rekan setim soal karakteristik liga ini. Tapi saya datang dengan pikiran terbuka—biar mereka bisa belajar dari saya, atau saya belajar dari mereka. Saya sangat terbuka untuk tantangan ini.”
Getty Images SportSelanjutnya bagi Borini
Borini sejauh ini sudah tampil dua kali dengan total 20 menit bermain. Pemain yang pernah mengoleksi satu penampilan untuk timnas Italia itu memang belum mencetak gol bagi klub barunya, tetapi pengalaman dan mentalitasnya bisa sangat berharga bagi Salford, yang menargetkan promosi beruntun menuju Championship. Saat ini mereka menempati peringkat ketiga klasemen League Two, hanya terpaut satu poin dari puncak, dan Borini datang di waktu yang tepat.
Iklan