Florian Wirtz Liverpool 2025-26Getty

Dari Thierry Henry Hingga Florian Wirtz: Membongkar Mitos Ejekan '007' Untuk Pemain Baru Di Liga Primer

Di dunia media sosial sepakbola yang serba cepat dan tanpa ampun, sebuah ejekan baru yang cerdas telah muncul untuk menghakimi para pemain anyar yang gagal memberikan dampak instan. Ejekan itu dikenal dengan sebutan "007", sebuah label yang kini menghantui setiap rekrutan mahal di Liga Primer.

Istilah ini diberikan kepada pemain yang melewati tujuh pertandingan pertamanya di klub baru tanpa mencatatkan satu pun gol atau assist (0 gol, 0 assist, dalam 7 laga). Korban terbarunya adalah rekrutan pemecah rekor Liverpool senilai £116 juta, Florian Wirtz, yang sedang berjuang keras untuk menemukan performa terbaiknya.

Meski ejekan "007" ini terdengar tajam dan meyakinkan, menggunakannya sebagai tolok ukur serius untuk menilai kualitas seorang pemain adalah sebuah tindakan yang keliru dan tidak adil. Sejarah telah membuktikan bahwa banyak sekali bintang besar yang justru memulai karier mereka di Liga Primer dengan sangat lambat.

Mari kita kupas asal-usul ejekan "007", menyajikan bukti statistik mengapa label ini seringkali salah, menjelajahi tantangan unik dalam beradaptasi dengan Liga Primer, dan pada akhirnya, menyerukan pentingnya sebuah kesabaran dalam menilai pemain baru. GOAL coba menjelaskannya di sini!

  • Apa Itu Ejekan '007' & Siapa Target Terbarunya?

    Di era media sosial, sebuah istilah baru yang viral telah menjadi senjata bagi para troll sepakbola untuk mengejek pemain baru yang tampil di bawah ekspektasi. Istilah tersebut adalah "007", sebuah label yang diberikan kepada pemain yang gagal memberikan kontribusi gol (baik mencetak gol maupun memberi assist) dalam tujuh pertandingan perdananya bersama klub baru.

    Nama "007" tentu saja diambil dari kode agen rahasia fiksi ikonik, James Bond. Angka-angka ini secara cerdas merepresentasikan statistik 0 gol, 0assist, dalam 7 pertandingan. Ejekan ini menjadi sangat populer di kalangan penggemar karena bentuknya yang singkat, tajam, dan mudah diingat.

    Korban terbaru dan paling terkenal dari ejekan ini adalah rekrutan termahal Liverpool, Florian Wirtz. Setelah didatangkan dari Bayer Leverkusen dengan mahar fantastis sebesar £116 juta, gelandang serang asal Jerman ini belum mencatatkan satu pun gol atau assist dalam enam laga perdananya. Laga ketujuh melawan Chelsea akan menjadi penentu apakah ia akan resmi menyandang status "007".

    Asal-usul meme ini tidak sepenuhnya jelas, tetapi menjadi sangat viral setelah stasiun TV Sky Sports Germany pada 2021 menampilkannya dalam sebuah grafis untuk mengolok-olok awal karier Jadon Sancho yang juga mandul setelah kepindahannya yang mahal ke Manchester United.

  • Iklan
  • FBL-ARSENAL-KEOWN-TESTIMONIALAFP

    Sejarah Membantah Mitos: Kasus Legendaris Thierry Henry

    Meski ejekan "007" kini menjadi momok bagi setiap pemain baru, sejarah Liga Primer sebenarnya telah membuktikan bahwa awal yang lambat bukanlah penentu akhir dari sebuah karier. Banyak sekali legenda yang justru memulai perjalanannya di Inggris dengan statistik yang sangat buruk, bahkan lebih buruk dari sekadar tujuh pertandingan.

    Contoh paling sempurna dan paling ikonik adalah legenda Arsenal Thierry Henry. Saat ia pertama kali pindah dari Juventus ke Arsenal pada 1999, ia juga gagal total untuk mencetak gol ataupun memberikan assist dalam tujuh pertandingan pertamanya. Jika media sosial sudah seramai sekarang pada waktu itu, ia pasti akan menjadi bahan perundungan massal.

    Namun, semua orang tahu bagaimana akhir dari cerita tersebut. Henry kemudian bertransformasi menjadi salah satu penyerang terhebat dalam sejarah Liga Primer, menjadi pencetak gol terbanyak sepanjang masa untuk Arsenal dengan torehan 175 gol dan 74 assist, serta memenangkan segalanya bersama klub London utara tersebut.

    Kasus Henry adalah bukti paling sahih bahwa menilai seorang pemain — terutama pemain muda yang sedang beradaptasi dengan negara dan liga baru — hanya dari tujuh pertandingan adalah sebuah kesimpulan yang terlalu dini dan seringkali salah total. Daftar pemain hebat yang mengawali kariernya dengan lambat tidak berhenti pada Henry saja.

  • Kontribusi Gol Tertinggi di EPL dari Mereka 'Agen 007'

    Statistik ini menunjukkan daftar pemain di Liga Primer yang berhasil mencatatkan kontribusi gol (gol + assist) terbanyak setelah gagal mencetak gol atau assist dalam tujuh pertandingan pertama mereka (dengan syarat minimal empat kali menjadi starter).

    T. Henry: 249 Kontribusi Gol (175 Gol, 74 Assist)

    R. Sterling: 188 Kontribusi Gol (123 Gol, 65 Assist)

    C. Sutton: 124 Kontribusi Gol (83 Gol, 41 Assist)

    D. Jota: 83 Kontribusi Gol (63 Gol, 20 Assist)

    J. King: 70 Kontribusi Gol (53 Gol, 17 Assist)

    I. Rush: 62 Kontribusi Gol (48 Gol, 14 Assist)

    N. Whelan: 59 Kontribusi Gol (44 Gol, 15 Assist)

    M. Gayle: 54 Kontribusi Gol (34 Gol, 20 Assist)

    M. Cunha: 42 Kontribusi Gol (29 Gol, 13 Assist)

    C. Adams: 38 Kontribusi Gol (25 Gol, 13 Assist)

    P. Rideout: 34 Kontribusi Gol (29 Gol, 5 Assist)

    Benjani: 34 Kontribusi Gol (26 Gol, 8 Assist)

    T. Sanli: 30 Kontribusi Gol (20 Gol, 10 Assist)

    J. Age Fjortoft: 30 Kontribusi Gol (25 Gol, 5 Assist)

    B. De Cordova-Reid: 30 Kontribusi Gol (21 Gol, 9 Assist)

    A. Saint-Maximin: 30 Kontribusi Gol (12 Gol, 18 Assist)

    D. McNeil: 29 Kontribusi Gol (14 Gol, 15 Assist)

    H. Pedersen: 28 Kontribusi Gol (22 Gol, 6 Assist)

    J. Kluivert: 27 Kontribusi Gol (20 Gol, 7 Assist)

  • Burnley v Liverpool - Premier LeagueGetty Images Sport

    Tantangan Unik Liga Primer: Intensitas Fisik & Adaptasi

    Salah satu alasan utama mengapa begitu banyak pemain bintang dari liga lain seringkali kesulitan di awal karier mereka di Inggris adalah karena karakteristik unik dari Liga Primer itu sendiri. Liga ini diakui secara luas oleh para pemain dan pelatih sebagai kompetisi dengan intensitas fisik tertinggi dan tercepat di dunia.

    Data statistik dari SkillCorner pun mengonfirmasi hal ini. Secara konsisten dari musim ke musim, jumlah lari berintensitas tinggi (didefinisikan sebagai sprint di atas 20 km/jam) per pertandingan di Liga Primer jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan tiga liga top Eropa lainnya: Bundesliga, La Liga, dan Serie A.

    Wirtz sendiri merasakan langsung betapa curamnya kurva adaptasi ini. Manajer Liverpool Arne Slot mengungkapkan bahwa setelah salah satu laga debutnya, Wirtz sampai mengalami kram di berbagai bagian tubuhnya, sebuah pengalaman yang mungkin tidak pernah ia rasakan saat bermain di Jerman yang tempo permainannya sedikit lebih lambat.

    Selain intensitas fisik, proses adaptasi dengan rekan-rekan setim yang baru juga membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Matheus Cunha, yang juga mengalami awal yang lambat di Wolves, menyatakan, "Ini adalah liga terbaik di dunia, jadi memang sedikit lebih sulit dan butuh waktu lebih lama untuk beradaptasi."

  • Crystal Palace v Swansea City - Premier LeagueGetty Images Sport

    Awal Cepat Bukan Jaminan Kesuksesan

    Jika awal yang lambat bukanlah jaminan sebuah kegagalan, maka sebaliknya juga berlaku: awal yang cepat dan eksplosif bukanlah jaminan kesuksesan jangka panjang. Sejarah Liga Primer justru penuh dengan contoh pemain yang bersinar terang di awal, namun kemudian meredup dengan sangat cepat.

    Nama-nama seperti Papiss Cisse di Newcastle, Amr Zaki di Wigan Athletic, dan Michu di Swansea City adalah contoh-contoh klasiknya. Mereka semua berhasil mencatatkan setidaknya enam kontribusi gol hanya dalam tujuh laga pertamanya, namun gagal mempertahankan level performa elite tersebut di musim-musim berikutnya.

    Contoh paling pas yang terkait dengan tema "James Bond" adalah playmaker asal Kolombia, James Rodriguez. Setelah tampil gemilang di Piala Dunia 2014, ia memulai kariernya di Everton dengan sangat fantastis, mencetak tiga gol dan tiga assist hanya dalam tujuh laga perdananya.

    Namun, semua itu terbukti hanya sebagai "fajar palsu" (false dawn). Enam kontribusi gol tersebut ternyata merupakan setengah dari total kontribusi golnya selama satu musim penuh di Inggris, sebelum akhirnya ia hengkang. Ini membuktikan bahwa konsistensi jangka panjang jauh lebih penting daripada sekadar start yang cepat.

  • Galatasaray-vs-Liverpool-UEFA-Champions-League-2025-26-MD2AFP

    Perlunya Kesabaran & Penilaian Jangka Panjang

    Ejekan "007" dan berbagai diskursus serupa yang berkembang biak di media sosial hidup dari dua hal utama: pemikiran jangka pendek (short-termism) dan pengabaian total terhadap nuansa dan konteks. Dalam budaya ini, semua pemain dinilai secara instan, hanya dalam dua kategori: sukses atau gagal, tanpa ada ruang di antaranya.

    Meski bagi sebagian orang ini hanya dianggap sebagai lelucon yang tidak berbahaya, budaya semacam ini secara perlahan menurunkan kualitas debat dan analisis mengenai pesepakbola. Opini yang paling reaksioner, keras, dan seringkali dangkal justru mendapatkan lebih banyak perhatian daripada analisis yang lebih terukur, adil, dan mendalam.

    Proses beradaptasi dengan liga baru, negara baru, budaya baru, rekan setim baru, dan sistem permainan yang baru adalah sebuah tantangan yang sangat kompleks bagi setiap pemain, terlepas dari seberapa besar kualitas atau harga transfer yang mereka miliki. Proses ini membutuhkan waktu yang tidak bisa diprediksi.

    Oleh karena itu, penilaian terhadap pemain baru seperti Wirtz dan lainnya seharusnya tidak pernah dilakukan dalam periode yang sesingkat tujuh pertandingan. Seperti halnya James Bond yang memiliki "lisensi untuk membunuh" (licence to kill), para pemain baru ini seharusnya diberi "lisensi untuk bersantai" (licence to chill) dan diberikan waktu yang cukup untuk membuktikan kualitas mereka yang sebenarnya.