Dari Penggalangan Dana Hingga Penculikan! Mengapa Real Betis Begitu Ingin Mempertahankan Antony, Pemain Buangan Manchester United

Antony tumbuh di favela Brasil, dikelilingi kemiskinan dan kekerasan. Sepakbola menjadi pelarian dari kerasnya hidup. “Saya menggocek para penjual narkoba, mengecoh pencuri. Dengan bola di kaki, saya tak pernah takut,” ujarnya kepada The Players’ Tribune.

Pengalaman masa kecil membuatnya tangguh menghadapi masa sulit di United. Meski memulai kariernya di Inggris dengan tiga gol dalam tiga laga Liga Primer, Antony kesulitan membuktikan nilai transfernya sebesar £82 juta.

Di musim keduanya, ia menghadapi tuduhan penganiayaan dari tiga wanita, termasuk mantan pacarnya. Meski tak ada dakwaan, Antony mengaku performanya terpengaruh selama penyelidikan yang berakhir Agustus lalu.

“Saya belajar dari semua itu. Tahun ketiga saya di United akan berbeda,” katanya kepada The Athletic.

Namun, di pertengahan musim 2024/25, kepercayaan diri Antony hancur. Saat kecil, ia pernah kelaparan. Tapi di masa terburuknya di Manchester, ia bahkan tak bisa makan, bermain dengan anaknya, atau keluar dari kamar.

“Saya bilang ke saudara saya, saya tak tahan lagi,” ungkapnya kepada TNT Sports Brasil. “Tapi ia menyuruh saya bertahan, bahwa segalanya akan berubah.”

Dan perubahan itu datang di Betis.

Minat terhadap Antony nyaris tak ada di bursa transfer Januari. Bahkan Erik ten Hag, pelatih yang membawanya dari Ajax ke United, kehilangan kepercayaan padanya sebelum akhirnya meninggalkan Old Trafford pada November. Penerusnya, Ruben Amorim, hanya sesekali memainkan Antony sebagai cadangan dan jelas tak menginginkannya.

Namun, Betis melihat potensi. Direktur olahraga Manu Fajardo yakin Antony bisa kembali ke performa terbaiknya di Andalusia. Meski tak mampu membeli secara permanen atau membayar gaji penuhnya, Betis berhasil meyakinkan United untuk menanggung sebagian besar gajinya selama pinjaman enam bulan di Benito Villamarin.

Keputusan ini terbukti jitu, mengubah Antony dari salah satu pembelian terburuk United menjadi salah satu transfer Januari terbaik.

Antony langsung mengesankan pada debutnya untuk Betis pada 2 Februari melawan Athletic Club. Enam hari kemudian, ia mencetak gol pertamanya, diikuti gol lain saat menang atas Gent di Conference League, dan gol ketiga lewat tendangan voli indah melawan Real Sociedad. Sejak itu, ia tak pernah mundur.

Menjelang final Conference League melawan Chelsea beberapa waktu lalu, Antony terlibat dalam 14 gol di semua kompetisi—melampaui pemain seperti Khvicha Kvartskhelia, Vinicius Jr, Robert Lewandowski, Alexander Isak, dan Erling Haaland dalam periode yang sama.

Antony merasa bergabung dengan Betis adalah keputusan terbaik dalam hidupnya. “Saya menikmati kota, klub, dan Seville mengingatkan saya pada Brasil, terutama matahari dan makanannya. Orang-orang di sini juga sangat ramah,” katanya kepada wartawan.

Yang terpenting, pelatih Manuel Pellegrini berhasil membuat Antony menghilangkan trik-trik berlebihan yang dulu membuat frustrasi fans United.

“Saya tak mau menganalisis masa Antony di United, tapi kini ia membuktikan bisa jadi pemain efektif. Melakukan dua atau tiga hal penting dalam pertandingan menunjukkan kualitasnya, bukan trik aneh dengan bola. Ia fokus menyelesaikan serangan, membuat umpan silang bagus, mencari peluang tembakan, dan terlibat dalam permainan tim,” ujar Pellegrini kepada El Larguero.

Meski Antony tak ingin kembali ke Manchester—dan Amorim telah menyatakan ia tidak dibutuhkan, bahkan mempertanyakan ketangguhan mental dan fisiknya untuk Liga Primer—Antony tampak cocok dengan gaya permainan Spanyol.

Betis sangat ingin mempertahankannya. Setelah mencetak gol dan assist dalam hasil imbang 2-2 melawan Fiorentina pada 8 Mei, yang membawa Betis ke final Eropa pertama mereka, fans memohon Antony untuk bertahan.

Gelandang veteran Isco memuji “bakat luar biasa” dan “kerendahan hati” Antony, bercanda soal penggalangan dana untuk membawanya kembali. Legenda klub Joaquin bahkan berkelakar, “Saya siapkan mobil kalau dia harus diculik!”

Sayangnya, Betis masih tak mampu membayar gaji atau harga transfer Antony, yang kini naik karena performanya. Kebangkitan Antony, seperti Gomes, Elanga, dan McTominay, memperlihatkan masalah budaya di Old Trafford. Namun, ini jadi kabar baik bagi United yang kekurangan dana, karena Antony kini dilirik klub elite seperti Juventus dan Atletico Madrid.

Antony sendiri enggan berpikir terlalu jauh. Yang lebih penting, ia tahu betul betapa cepatnya segalanya bisa berubah, baik dalam sepakbola maupun kehidupan.