Real Madrid tophy-less GFXGetty/GOAL

Dampak Kylian Mbappe, Kelemahan Pertahanan, Dan Enam Alasan Utama Mengapa 'Skuad Terbaik Eropa' Real Madrid Gagal Raih Trofi Mayor Musim Ini

Resmi sudah: Real Madrid bukan lagi juara Spanyol. Gelar LaLiga mereka direbut Barcelona setelah kemenangan atas Espanyol di jornada ke-36. Tidak hanya kehilangan mahkota domestik, Madrid juga dipastikan mengakhiri musim tanpa trofi mayor. Meski menang di Piala Super UEFA dan Piala Interkontinental FIFA, serta masih berpeluang di Piala Dunia Antarklub musim panas ini, kompetisi yang benar-benar diincar Madrid di musim 2024/25 justru lewat begitu saja.

Setahun lalu, hal ini tak terbayangkan. Setelah Carlo Ancelotti memimpin skuad berbakat meraih gelar ganda LaLiga dan Liga Champions, Madrid mendatangkan Kylian Mbappe untuk memulai era dominasi. Ditambah kehadiran wonderkid Brasil, Endrick, sulit membayangkan tim mana yang bisa menyaingi skuad yang dibangun Florentino Perez di Santiago Bernabeu.

Namun, sepak bola tidak dimenangkan di atas kertas. Madrid kesulitan sejak awal musim. Mereka menunjukkan sekilas performa terbaik di LaLiga dan Liga Champions, tetapi pada momen krusial, mereka kalah telak. Meski talenta individu mereka tak diragukan, tim ini memiliki banyak kelemahan, yang menyebabkan musim mengecewakan di ibu kota dan membuat Ancelotti kehilangan pekerjaannya.

Siapa yang harus disalahkan, dan bagaimana Xabi Alonso memperbaiki masalah yang melanda Madrid selama sembilan bulan terakhir? Berikut GOAL jelaskan di sini!

  • KYLIAN MBAPPE REAL MADRID Getty Images

    Dampak Mbappe

    Ketika Madrid akhirnya mengonfirmasi kedatangan Mbappe setelah bertahun-tahun memburunya dari Paris Saint-Germain, ada dua prediksi: Mbappe akan mencetak banyak gol, juga kehadirannya bisa berdampak negatif pada pemain lain. Keduanya terbukti benar.

    Mbappe telah mencetak gol terbanyak dibandingkan debutan Madrid mana pun, dengan 39 gol di semua kompetisi, termasuk gol dalam kemenangan atas Mallorca. Namun, gol-gol itu datang dengan harga mahal. Mbappe dan Vinicius Jr. sama-sama nyaman bermain di sayap kiri, menyebabkan ketidakseimbangan. Meski direncanakan sebagai penyerang tengah dengan Vinicius dan Rodrygo di sisinya, Mbappe sering bergerak ke kiri, mengganggu struktur serangan.

    Jude Bellingham, yang bersinar sebagai false nine musim lalu, kini hanya mencetak delapan gol di LaLiga dibandingkan 19 gol musim sebelumnya. Rodrygo juga tampak melempem karena permainan Madrid terfokus di sisi kiri. Selain itu, sikap Mbappe yang kurang bekerja keras saat tak menguasai bola memengaruhi rekan setimnya, membuat Madrid kehilangan keseimbangan baik saat menyerang maupun bertahan.

  • Iklan
  • Vinicius Jr Real Madrid 2024-25Getty

    Tur Balas Dendam Vinicius Yang Buruk

    Tak ada yang lebih terdampak oleh kedatangan Mbappe selain Vinicius. Statistik gol dan assist-nya (36 musim ini dibandingkan 37 musim lalu) memang tak menurun drastis, tetapi Vinicius jauh dari ketajaman yang ditunjukkannya sebelumnya. Ruang geraknya terbatas oleh Mbappe, dan tugas besar Xabi Alonso adalah menemukan cara agar kedua bintang ini bersinar bersama.

    Kekecewaan Vinicius usai gagal memenangkan Ballon d’Or 2024 memicu reaksi keras darinya, dengan ia langsung mencetak hat-trick melawan Osasuna pada awal musim. Namun, itu menjadi puncak performanya. Ia hanya mencetak tiga gol LaLiga sejak November, dan gol-golnya di Liga Champions kurang berpengaruh. Vinicius tampak terlalu berusaha membuktikan diri, dengan permainan yang terlihat dipaksakan dan sembrono.

    Ancelotti semakin frustrasi dengan Vinicius, terlihat memintanya bertahan dan memarahinya saat tidak melacak lawan. Meski rumor kepindahan ke Arab Saudi mereda, Madrid membutuhkan Vinicius kembali ke performa terbaiknya untuk bangkit.

  • Real Madrid CF v Villarreal CF  - La Liga EA SportsGetty Images Sport

    Masalah Cedera

    Satu hal yang tak bisa disalahkan pada Mbappe adalah masalah cedera yang menumpuk. Semua tim menghadapi cedera, tetapi Madrid terpukul lebih keras. Pada pertengahan November, Ancelotti kehilangan sisi kanan pertahanan utamanya setelah Dani Carvajal dan Eder Militao mengalami cedera ACL yang mengakhiri musim mereka. David Alaba juga kesulitan tampil konsisten sejak kembali dari cedera lutut panjang pada Januari.

    Eduardo Camavinga absen di separuh laga LaLiga karena berbagai cedera, dan Ferland Mendy tak bermain sejak pertengahan Maret akibat cedera otot beruntun. Antonio Rudiger menjalani operasi meniskus setelah larangan bermain enam laga, sementara Bellingham akan menjalani operasi bahu musim panas ini. Kurangnya kedalaman skuad membuat Madrid rentan, dan kegagalan berinvestasi di lini belakang musim lalu kini terasa menyakitkan.

  • Toni Kroos Real Madrid 2024Getty

    Kehilangan Kendali Di Lini Tengah

    Kekosongan terbesar Madrid ada di lini tengah setelah pensiunnya Toni Kroos. Meski keputusannya mengejutkan, pengumuman gantung sepatunya sebelum musim lalu berakhir sejatinya memberi klub sedikit waktu untuk mencari pengganti. Namun, Madrid memilih bertahan dengan skuad yang ada, dan itu terbukti merugikan.

    Kroos mengendalikan permainan dengan umpan pendek dan panjang yang akurat, menjaga tempo sesuai kebutuhan. Ia adalah mesin di balik kesuksesan Madrid 2023/24. Tanpa dia, Madrid kehilangan kendali, dan hingga mereka menemukan pengganti yang sepadan, Los Blancos akan kesulitan bersaing di level tertinggi.

  • La-Liga-Real-Madrid-Athletic-ClubAFP

    Kelemahan Pertahanan

    Masalah paling mendesak Madrid adalah memperbaiki pertahanan yang berulang kali terkoyak musim ini. Gol pembuka Martin Valjent dari Mallorca di Bernabeu mencerminkan kelemahan mereka: bek tengah itu berlari tanpa tekanan dari area penaltinya sendiri hingga sepertiga akhir Madrid dalam 12 detik, lalu mencetak gol dengan mudah. Cedera di lini belakang memang berperan, tetapi ini adalah masalah tim secara keseluruhan.

    Lawan dengan mudah bermain melalui atau mengelilingi Madrid karena kurangnya struktur, organisasi, dan tekanan. Lini tim terlalu rapat atau terlalu renggang, dan tanpa gelandang bertahan yang andal, bek tengah sering dibiarkan terekspos. Tim seperti Barcelona dan Arsenal menghancurkan Madrid di momen-momen besar, menunjukkan betapa mudahnya menembus pertahanan mereka.

  • Lamine Yamal Raphinha Barcelona 2025Getty

    Kemajuan Pesat Barcelona

    Namun, ada sisi lain dari cerita ini: Barcelona tampil luar biasa musim ini. Banyak yang meragukan Hansi Flick setelah kegagalannya di timnas Jerman, ditambah masalah cedera, Lewandowski yang menua, dan krisis finansial. Namun, Barcelona di bawah Flick tampil gemilang, dengan serangan mematikan yang dipimpin Lamine Yamal, Raphinha, dan Lewandowski yang seperti terlahir kembali, serta Pedri yang akhirnya fit.

    Barcelona mendominasi Madrid dengan empat kemenangan dalam empat laga, mencetak 16 gol, termasuk kemenangan di final Copa del Rey dan Supercopa. Gelar LaLiga mereka lengkapi dominasi ini, dan dengan potensi peningkatan tim muda Flick, Madrid mungkin tidak lagi dianggap sebagai ‘skuad terbaik Eropa’ dalam waktu dekat.