Cristiano Ronaldo Portugal GFXGOAL

Cristiano Ronaldo Akan HANCURKAN Portugal Jika Roberto Martinez Terus Mengelus Egonya

Roberto Martinez mungkin bukan manajer elite, tetapi kalau soal pengalihan isu, dialah rajanya - dan ia melakukannya lagi awal pekan ini. Pelatih asal Spanyol itu dengan lihai mengalihkan lampu sorot ke arah ketangguhan mental Cristiano Ronaldo, dan mengaburkan betapa jeleknya performa Portugal sebelum menang adu penalti atas Slovenia.

Tak sedikit pandit yang menelannya mentah-mentah. Menurut Martinez, Ronaldo menunjukkan keberanian dengan maju sebagai penendang pertama setelah gagal mengeksekusi penalti di babak tambahan. Menurut narasinya, Ronaldo bukanlah aib atau beban, melainkan "teladan" bagi rekan-rekan satu timnya, dan bahwa seantero Portugal sangat bangga padanya.

"Sulit dipercaya!" ucap striker Legendaris Alan Shearer di BBC One. "Inilah kenapa mereka pemain hebat - karena mereka memiliki ketangguhan mental yang luar biasa". Tapi faktanya, yang kita saksikan di Frankfurt bukanlah sebuah kisah inspirasional bukti mental baja, melainkan bukti tak terbantahkan bahwa Portugal punya kelemahan besar - dan kelemahan itu bukan cuma Ronaldo.

Martinez semangat sekali mengelu-elukan momen penebusan Ronaldo di jumpa pers pasca-laga, karena itulah narasi yang ia butuhkan untuk mengalihkan dari isu sebenarnya, yakni kegagalannya sebagai manajer. Baginya, melihat media ikut memuji sang kapten Portugal jauh lebih baik dibanding mereka menyoroti kepengecutan dirinya.

  • Cristiano Ronaldo, Portugal, 2024Getty Images

    "Itu adalah emosi yang luar biasa!"

    Gempar media sosial menyusul kegagalan penalti Ronaldo sama sekali tak mengejutkan. Separuh penduduk bumi tak menyukainya, gelombang cemoohan pun sangat bisa diprediksi. Tapi reaksi Ronaldo benar-benar mengejutkan.

    Menangis bukanlah tindakan yang memalukan, apa pun situasinya, tetapi Martinez berusaha membingkai air mata itu sebagai sesuatu yang positif, sebuah pengejawantahan cinta CR7 terhadap negaranya dan rekan-rekan satu timnya.

    "Itu adalah emosi yang luar biasa untuk ukuran seseorang yang telah memenangkan dan mengalami segalanya," ucap pelatih A Selecao itu. "Dia tak perlu sepeduli itu, tapi justru itulah mengapa saya sangat berterima kasih padanya. Karena telah peduli pada skuad ini."

    Tapi itu omong kosong. Fantasi belaka. Ini bukan kisah mengharukan seorang pemain yang selalu berkorban demi tim; melainkan sebuah dongeng dengan pesan moral atas apa yang akan terjadi jika ego seseorang dielus tanpa henti. Buktinya ada di sepanjang 105 menit sebelum momen kegagalan itu terjadi, bahwa Ronaldo lebih mengutamakan kepentingan dirinya ketimbang kemaslahatan tim.

  • Iklan
  • Cristiano Ronaldo free-kick Portugal Euro 2024Getty

    Pertunjukkan Cristiano Ronaldo

    Setelah bermain tiga laga tanpa sebiji gol pun di Euro 2024, kentara sekali sejak dari detik pertama di Frankfurt bahwa tujuan utama Ronaldo bukanlah menang - melainkan mencetak gol. Dan usahanya yang sangat desperate menjadi semakin menggelikan seiring laga berjalan.

    Ini adalah pertunjukkannya Cristiano Ronaldo dan tak seorang lain pun boleh merebut lampu sorot darinya. Di satu titik, dia bahkan memilih untuk menembak dari sudut sempit dari sisi kiri alih-alih membiarkan Bruno Fernandes atau Bernardo Silva membelokkan bola ke kotak penalti untuk dikonversi Pepe, Ruben Dias - dan bahkan dirinya sendiri. Begitulah egoisme seorang Ronaldo: sangat kontraproduktif. Bahkan dirinya juga dirugikan oleh ketamakannya sendiri.

    Setelah menjadikan laga 16 besar Piala Eropa menjadi tentang dirinya, setelah kemaruk memikul segala ekspektasi dan tanggung jawab, Ronaldo akhirnya rontok di bawah tekanan yang ia bebankan pada dirinya sendiri. Penaltinya gagal.

    Mungkin memang tak terhindarkan, tetapi tetap mengejutkan, mengingat Ronaldo sejak dulu bisa diandalkan sebagai big-game player, tipe-tipe pemain pantang menyerah, dan personifikasi pepatah 'bisa tidak bisa, harus bisa'.

    Kegigihan itulah yang mengubah seorang winger kerempeng dari Madeira menjadi salah satu atlet paling impresif di dunia. Dahulu, tak ada yang tak bisa ia lakukan, tak ada pertandingan yang tak bisa ia dominasi, tak ada rekor yang tak bisa ia pecahkan. Mesin gol paling mematikan di sepakbola.

    Oleh karena itulah, semua kaget melihatnya hancur berkeping-keping di Frankfurt. Meski mungkin memang tak terhindarkan lagi.

  • ONLY GERMANY Cristiano Ronaldo Roberto Martinez Portugal Euro 2024imago images

    Kegagalan Martinez pada Ronaldo - dan Portugal

    Ronaldo sudah nampak tertekan sejak menit pertama dan dengan setiap kegagalannya mencetak gol, perangainya terlihat semakin putus asa, mengayunkan tangan ke udara, memohon-mohon pelanggaran kepada wasit, serta keajaiban dari langit.

    Ronaldo menolak kegemilangannya pudar begitu saja, berjuang sia-sia melawan Sang Waktu sembari disaksikan seluruh dunia. Buat sebagian, ini adalah puncak komedi; buat sebagian yang lain, ini tontonan menyedihkan.

    Tapi ini tak bisa dibilang salahnya. Seseorang harusnya menyelamatkan Ronaldo dari dirinya sendiri, jauh sebelum penalti gagal tersebut, karena tangisan tersebut tidaklah wajar apalagi normal, mengingat laga masih jauh dari kata selesai saat itu. Seperti kata Pat Nevin di BBC Radio Five Live, "Dia sudah pernah gagal penalti sebelumnya; tak seharusnya dia menangis." Oleh karenanya, reaksi Ronaldo tak cuma mengejutkan, tetapi juga mengkhawatirkan, karena itu adalah pertanda jelas bahwa pria ini kesulitan menerima nasib tak terhindarkan seorang atlet.

    Dia bermain dan bertindak seperti seorang dewa sepakbola untuk waktu yang begitu lama, sehingga tak heran jika ia kesulitan berdamai dengan realisasi bahwa ia hanyalah manusia biasa. Di situlah letak kegagalan Martinez. Dia membuat Ronaldo, dan Portugal, kecewa.

  • Roberto Martinez Portugal Slovenia Euro 2024Getty

    Semua gara-gara Martinez

    A Selecao membutuhkan seorang pemimpin yang kuat setelah bencana di Piala Dunia 2022; namun, Portugal justru menunjuk sosok lembek yakni Martinez, seorang 'Yes Man' yang dengan senang hati terus mengelus ego Ronaldo.

    Mungkin sebenarnya tak sulit memahami mengapa Martinez begitu enggan meminta sang Superman untuk jadi figuran saja. Aksi Ronaldo di pinggir lapangan saat Portugal juara Euro 2016 dengan mengalahkan Prancis mungkin jauh melebihi segala pencapaian Martinez sebagai pelatih

    Tetapi, Martinez ditunjuk untuk mempersembahkan trofi Piala Eropa untuk Portugal - bukan untuk Ronaldo - dan dengan mengutamakan Ronaldo, ia telah menggadaikan peluang sukses Portugal. Tapi yang paling bikin geregetan adalah bahwa semua ini sangat bisa dihindari.

    Semua kekacauan ini gara-gara Martinez, yang mestinya tak harus terjadi andai ia mengambil kesempatan untuk move on dari ke-Ronaldo-sentris-an setelah Piala Dunia 2022, dan membangun skuad Portugal dengan fondasi Rafael Leao, Diogo Jota, hingga Goncalo Ramos. Mengingat reputasi Ronaldo di kancah dunia, keputusan yang seperti itu tentu akan memicu perdebatan sengit - tetapi juga merupakan keputusan yang tepat.

    Alasan yang dibutuhkan Martinez pun sudah terpampang di depan mata: semua juga menyaksikan drastisnya penurunan Ronaldo di Piala Dunia 2022. Jangan lupa juga bahwa saat itu ia menjadi distraksi yang menggangu dengan meninggalkan Manchester United secara tidak baik-baik. Bruno Fernandes dan para pemain Portugal lain sampai capek menjawabi pertanyaan soal kapten mereka.

    Dan semua itu terjadi lagi. Ronaldo masih menjadi pusat perhatian di skuad Portugal - dan semua ini gara-gara Martinez.

  • Cristiano Ronaldo of Portugal Getty Images

    Ronaldo di "titik nadir"

    Terlalu lembek untuk memarkir Ronaldo, Martinez seharusnya paling tidak cukup punya nyali untuk mengistirahatkan bekas penyerang Real Madrid itu saat menghadapi Georgia.

    Namun Martinez justru memperparah situasi yang sudah runyam dengan sekali lagi memainkan pemain 39 tahu itu sebagai starter - padahal jelas-jelas ia butuh istirahat, baik secara fisik maupun mental setelah tamak memikul beban ekspektasi. Akhirnya, ia mengulang kesalahan Fernando Santos di Piala Dunia 2022.

    Keputusan itu terbukti merugikan. Mandul lagi praktis semakin menambah tekanan pada pemain No. 7 menjelang laga Slovenia, dan Ronaldo akhirnya hancur berkeping-keping setelah Jan Oblak menepis penaltinya.

    Saat berkumpul untuk melakukan team talk pada jeda babak tambahan, para pemain Portugal terlihat berusaha menghibur sang kapten, yang sudah banjir air mata. Ronaldo setelah itu mengakui bahwa ia merasa itu adalah "titik nadirnya". Ia kewalahan menerima fakta bahwa setelah bertahun-tahun menggendong rekan-rekannya, kini giliran mereka yang menggendongnya.

  • Cristiano Ronaldo Roberto Martinez Portugal Euro 2024Getty

    Kalau bukan Ronaldo, pasti sudah dicoret

    Berani jamin, Ronaldo akan starter lagi melawan Prancis, karena Martinez terlanjur mengutuk dirinya sendiri dan kini tak punya pilihan lain. Perjudian nekatnya ini harus membuahkan hasil - ia penuh harap Ronaldo bakal kembali ke masa keemasannya dan menjadi pahlawan di Frankfurt.

    Mungkin Leao, Bruno, atau Bernardo Silva akan memberikan sebuah peluang emmas untuknya, mungkin akhirnya dia akan berhasil melakukan sundulan yang sepanjang turnamen ini selalu gagal ia eksekusi, atau mungkin Jota akan memenangkan penalti lagi untuknya, memberi Ronaldo satu momen penebusan lagi.

    Tapi semua itu tak relevan, karena apa pun yang terjadi, fakta bahwa kehadiran Ronaldo melukai Portugal adalah sesuatu yang tak terbantahkan lagi. A Selecao punya banyak pemain berbakat yang jauh lebih layak bermain ketimbang dirinya.

    Ronaldo adalah penendang terbanyak di Piala Eropa 2024, tapi tak satu pun berbuah gol. Kalau ini striker lain, pasti sudah dicoret. Dan manajer yang lebih bernyali sudah pasti akan mengambil keputusan itu.

    Karena di tahap ini, sudah bukan saatnya kita bicara keberanian. Ini soal akal sehat belaka - dan kemaslahatan Portugal bersama. Jadi, jangan biarkan raja pengalihan isu bertindak sesuka hatinya.

0