Chelsea falling apart GFXGOAL

Kenapa Chelsea Tiba-Tiba Porak-Poranda?! Skuad Jomplang, 'Red Flag' Enzo Maresca, & Transfer Ugal-Ugalan Mengancam Cetak Biru Si Biru

Article continues below

Article continues below

Article continues below

Sebulan yang lalu, Chelsea hanya terpaut beberapa poin dari pemuncak klasemen Liga Inggris, Liverpool. Bayangan The Blues menjadi tim kejutan dalam pacuan gelar pun bukan cuma imajinasi - jauh lebih baik dari prediksi pramusim yang mayoritas berkata bahwa mereka akan beruntung jika berhasil lolos ke zona Eropa lagi.

Tetapi kasak-kusuk dari kubu Stamford Bridge tak setuju. Sang pelatih Enzo Maresca serta berbagai anggota tim utama Chelsea, juga para penggemar di media sosial, ngotot bahwa The Blues bukan penantang gelar. Tapi tindakan lebih lantang dari sekadar kata, dan setelah lima laga tanpa kemenangan - diimbangi Everton, Crystal Palace, dan Bournemouth, serta kekalahan di tangan Fulham dan Ipswich - mereka terbukti benar. Tahun ini belum tahunnya Chelsea.

Pendakian Chelsea ke peringkat dua sama sekali tidak terlihat sebagai sebuah kebetulan belaka. Mereka benar-benar pantas berada di sana setelah mencatatkan serangkaian kemenangan impresif sepanjang November hingga pertengahan Desember. The Blues memang tak bisa mengalahkan dua penantang gelar sesungguhnya, Liverpool dan Arsenal, tapi bisa mengimbangi mereka secara permainan.

Melihat Manchester City, Manchester United, dan Tottenham terseok-seok, Chelsea pun digadang-gadang hampir pasti lolos ke Liga Champions. Tapi kini mereka dipaksa harus bersusah-payah lagi untuk lolos empat besar, setelah periode Nataru penuh petaka.

Ikuti GOAL Indonesia di WhatsApp Channel! 🟢📱
  • Mauricio Pochettino Enzo MarescaGetty Images

    'Red flag' sejak awal

    Chelsea sudah tahu risiko yang mereka ambil ketika memutuskan merekrut Enzo Maresca, seorang pelatih yang relatif minim pengalaman. Maresca memang dikenal sebagai pemikir taktik cemerlang binaan Pep Guardiola, yang memiliki potensi besar menjadi manajer papan atas. Namun, ia juga sosok yang butuh waktu untuk memperbaiki kekurangan yang ia miliki, belum lagi kini dibebani membenahi skuad muda Chelsea yang masih penuh masalah. Kontrak lima tahun yang diberikan (plus opsi perpanjangan 12 bulan, karena ya sudah sekalian saja, bukan?) menjadi bukti bahwa The Blues melihat Maresca sebagai proyek jangka panjang setelah Mauricio Pochettino hanya diberi satu musim untuk meletakkan fondasi dan merampingkan skuad mereka yang memang sempat amat gemuk.

    Sebelum pindah ke London Barat, Maresca baru menjalani satu musim penuh di level senior, membawa Leicester City – yang difavoritkan juara – memuncaki Championship musim 2023/24. Menjadi juara bukan pencapaian yang main-main, dan mungkin yang terbaik yang bisa ia raih di King Power Stadium, tetapi tetap saja ada berbagai red flag yang berkibar. The Foxes memulai musim dengan luar biasa, mengemas 13 kemenangan dari 14 pertandingan pertama mereka, dan terlihat berada di jalur yang tepat untuk memecahkan rekor poin di kasta kedua. Namun, performa Leicester terjun bebas di periode musim dingin, sehingga persaingan gelar kembali terbuka untuk Ipswich dan Leeds.

    Maresca kerap dikritik karena pendekatan filosofinya yang dianggap satu dimensi dan kaku. Gaya bermainnya yang terlalu sabar juga sering membuatnya berselisih dengan suporter. Hal itu pada akhirnya memang tidak terlalu berpengaruh pada klasemen di akhir musim, tetapi suasana tersebut menunjukkan bahwa perjalanan Leicester tidak semulus yang seharusnya, mengingat mereka memiliki skuad termahal di Championship.

  • Iklan
  • Chelsea FC v AFC Bournemouth - Premier LeagueGetty Images Sport

    Lini belakang keropos

    Maresca mewarisi skuad Chelsea yang musim lalu kebobolan dengan jumlah yang mengkhawatirkan (63 gol dalam 38 laga Liga Primer Inggris). Namun, ada satu perbedaan penting kali ini – mereka kehilangan satu-satunya pemimpin senior di lini belakang, Thiago Silva. Bek veteran asal Brasil tersebut memang sudah menurun performanya, tetapi tetap menjadi sosok yang berpengaruh di ruang ganti juga di atas lapangan. Kini, Maresca hanya memiliki sederet pemain yang tergolong "bagus, tapi tidak istimewa."

    Levi Colwill contohnya. Di usia 21 tahun, ia sudah menjadi penggawa timnas Inggris sebagai salah satu dari sekian banyak lulusan padepokan Cobham yang sukses, dan sosok yang seharusnya menjadi pilar Chelsea selama satu dekade ke depan. Untuk saat ini, level Colwill barulah bek yang cukup oke, tapi sudah dibebani tanggung jawab sebagai pemimpin lini pertahanan. Colwill sempat berduet dengan menjanjikan bersama Wesley Fofana, tetapi bek asal Prancis tersebut kini harus absen berbulan-bulan karena lagi-lagi cedera serius. Bahkan sekalipun sembuh nanti, Fofana tak sebaiknya diandalkan melihat riwayat cederanya.

    Sebagai penggantinya, Chelsea mengandalkan Tosin Adarabioyo, rekrutan musim panas yang pada usia 27 tahun mengambil alih peran Silva dalam struktur skuad dan ruang ganti. Masalahnya, Tosin tak sehebat pendahulunya, yang begitu berprestasi, berkualitas, dan kaya pengalaman di level tertinggi.

    Di belakang lini pertahanan yang gonta-ganti ini ada sosok Robert Sanchez, kiper yang dicadangkan oleh Pochettino musim lalu tetapi berhasil merebut kembali posisinya. Filip Jorgensen, yang didatangkan dari Villarreal, belum mampu menggusurnya. Tapi puncak ironinya adalah bahwa owner Chelsea, BlueCo, melepas salah satu kiper terbaik Liga Primer Inggris musim ini, Matz Sels, setelah enam menjaga gawang sister club Chelsea, Strasbourg. Kini Selz bertengger di peringkat tiga bersama Nottingham Forest.

    Pertahanan yang solid membutuhkan kombinasi antara kualitas dan kekompakan. Sayangnya, Chelsea saat ini tidak memiliki cukup keduanya untuk mendukung ambisi pacuan gelar.

  • FBL-EUR-C4-CHELSEA-SHAMROCKAFP

    Harmoni skuad dalam bahaya

    Setelah mulus melewati fase pertama Liga Konferensi musim ini, Maresca sempat dipuji karena berhasil membagi skuad gemuk Chelsea menjadi dua tim: satu untuk bersaing di Liga Primer Inggris, dan satu lagi untuk beraksi di Eropa.

    Namun, strategi ini sejak awal memiliki risiko yang bisa menjadi bumerang, dan memang tak realistis untuk diandalkan sampai sisa musim. Beberapa laporan sudah mengklaim bahwa pemain seperti Christopher Nkunku, Joao Felix, dan Kiernan Dewsbury-Hall mulai merasa tidak puas karena terjebak di tim ‘B’ dan hanya dimainkan sesekali melawan oposisi yang kualitasnya jauh di bawah standar.

    Entah apa alasannya, Maresca masih belum memercayai sebagian besar pemain tim 'B' untuk dimainkan di Liga Primer Inggris. Sempat proaktif dengan pergantian pemain di awal musim, ia kini kerap dikritik karena terus-terusan menunggu hingga menit akhir untuk menggunakan pemain cadangan. Sekalinya melakukan pergantian, hanya satu-dua pemain yang dimasukkan. Ini akhirnya membuat para starter kelelahan, akibatnya tim lawan memiliki keunggulan fisik di babak kedua. Siklus yang terus berulang ini menjadi salah satu faktor utama penurunan performa Chelsea belakangan ini. Maresca terlalu lama menunda penyegaran tim, sehingga terlambat untuk membalikkan keadaan.

    Contoh terparah terjadi ketika dipecundangi Fulham di Boxing Day. Chelsea mendominasi babak pertama setelah Cole Palmer membawa mereka unggul lebih dulu, tetapi kehilangan kendali permainan ketika Marco Silva mengerahkan para pemain cadangannya. Dua pengganti, Harry Wilson dan Rodrigo Muniz, mencetak gol pada menit ke-82 dan 95. Sementara itu, Maresca hanya melakukan satu pergantian pemain, mengganti Nicolas Jackson dengan Nkunku, seorang penyerang yang tak bisa dibilang No. 9 murni.

    Keletihan adalah hal wajar, terutama di era jadwal sepak bola yang padatnya ngawur seperti sekarang. Namun, rotasi besar-besaran antara domestik ke Eropa sepertinya tidak memberikan keuntungan yang signifikan bagi Chelsea. Tapi terlepas dari apakah Maresca melakukan pergantian pemain atau tidak, seharusnya Chelsea tetap tidak porak-poranda semudah itu di paruh kedua pertandingan. Masih ada separuh musim untuk dimainkan, dan situasi ini menjadi semakin mengkhawatirkan.

  • Chelsea FC v Shamrock Rovers FC - UEFA Conference League 2024/25 League Phase MD6Getty Images Sport

    Transfer yang masih ugal-ugalan

    Kemenangan dapat menyembuhkan segalanya dalam sepakbola, dan dalam kasus Chelsea, performa paruh pertama musim ini sempat memperbaiki narasi tentang strategi transfer mereka yang sering terlihat ugal-ugalan. Langkah Maresca membangun dua tim yang berjalan paralel menambah kesan positif terhadap cetak biru yang dirancang para owner baru The Blues.

    Keterpurukan yang sedang Chelsea alami saat ini memang tak sepenuhnya disebabkan oleh kengawuran di bursa transfer, tapi ia tetap menjadi konteks yang tak sedap dipandang. Nkunku, yang kariernya di Stamford Bridge kerap diganggu cedera bertubi-tubi dan minimnya kesempatan bermain, dilaporkan sedang mempertimbangkan pindah ke Bayern Munich. Chelsea sendiri disebut tidak akan menghalangi jika banderol mereka tetapkan disanggupi. Fakta bahwa Chelsea memasang harga dan mengumbarnya menjadi konsumsi publik sepakbola, mencerminkan ketidaksabaran terhadap salah satu pemain paling berbakat di skuad mereka.

    Sementara itu, Trevoh Chalobah—yang musim panas lalu diasingkan dari sesi latihan tim utama—baru saja dipanggil kembali dari masa peminjaman di Crystal Palace guna menambah kedalaman di lini belakang. Pelatih Palace, Oliver Glasner, bahkan mengeluhkan ketidakpastian yang terjadi selama sepekan terakhir. Chelsea memiliki banyak direktur, pemandu bakat, dan sistem rekrutmen yang kompleks, tetapi bisnis transfer mereka tetap terkesan amatiran. Dengan hasil yang terus menukik, mereka membutuhkan stabilitas dan rasa percaya diri dari segala sektor - bukan kembali ke kebiasaan asal tembak yang menjadi ciri khas mereka belakangan ini.

  • FBL-ENG-PR-CHELSEA-BOURNEMOUTHAFP

    Muda dan (kurang) berbahaya

    Alasan paling sederhana di balik keterpurukan Chelsea adalah mereka tim yang masih terlalu muda dengan pelatih yang juga relatif muda. Mereka jauh dari kata sempurna dan jelas membutuhkan waktu untuk berkembang, meski harus melewati banyak rintangan dan luka di sepanjang perjalanan.

    Bahkan pemain terbaik mereka tidak luput dari hal ini. Cole Palmer, kini salah satu nama terbesar di Liga Primer Inggris, berulang kali menunjukkan magisnya, namun ia juga sering menghilang dari pertandingan saat tim berada di bawah tekanan. Duetnya dengan Jackson yang telah menghasilkan 12 gol - kombinasi tertinggi di liga sejak 2023/24 - berada di jalur yang tepat untuk menjadi salah satu duet termaut sepanjang sejarah Liga Primer Inggris. Tetapi kombo keduanya ini masih perlu banya dipoles. Kemandulan Jackson mulai hadir kembali setelah sempat gacor di awal musim, dan ketidakmampuannya mencetak gol di momen-momen krusial sering kali menjadi alasan Chelsea gagal unggul sampai tak terkejar.

    Sebagian besar jajaran pemain muda Chelsea dipaksa dewasa lebih cepat. Duo Amerika Selatan, Moises Caicedo dan Enzo Fernandez, sudah dipercayai dengan ban kapten menggantikan Reece James yang tak hentinya dilanda cedera. Colwill juga harus mengisi peran yang kualifikasinya jauh melampaui pengalamannya. Fakta bahwa sosok seperti Marc Cucurella menjadi salah satu suara paling berpengaruh dan dominan di ruang ganti cukup mewakili situasi tim, sekalipun kisah kebangkitan bek gondrong Spanyol itu patut diacungi jempol.

    Maresca mengakui bahwa timnya gagal mengalahkan Bournemouth karena mental para pemainnya jatuh setelah kebobolan penalti di awal babak kedua. Ini bukan pertama kalinya mereka bereaksi lesu terhadap situasi sulit. Ketidakmatangan emosional seperti ini hampir pasti terjadi dalam tim yang masih dibangun dengan pemain-pemain muda. Namun, pelatih juga perlu berperan lebih baik dalam menyesuaikan rencana permainan untuk mengatasi hal ini, alih-alih hanya menyaksikan timnya tenggelam dan kesulitan.

    Seperti halnya Maresca sendiri, para suporter Chelsea harus menerima kenyataan bahwa inilah pentolan-pentolan tim mereka saat ini. Mereka bisa menjadi tim yang istimewa suatu hari nanti, tetapi mereka harus melewati lebih banyak cobaan dan rintangan sebelum bisa disebut sebagai tim yang benar-benar matang.

  • Chelsea FC v Fulham FC - Premier LeagueGetty Images Sport

    Pacuan dimulai

    Performa tim-tim pesaing di bawah Chelsea justru melonjak di saat yang paling tidak tepat bagi The Blues, yang kini berada di peringkat keenam menjelang laga hari Selasa dini hari WIB melawan Wolves. Mereka tertinggal satu poin dari Manchester City dan Newcastle United, sementara tim paling mengejutkan musim ini, Nottingham Forest, masih menunjukkan konsistensi yang mengesankan sehingga semakin menyulitkan posisi Chelsea.

    Kali ini The Blues memang lolos dari sanksi PSR dari Liga Primer Inggris, namun posisi finansial mereka akan jauh lebih aman jika mendapat aliran pendapatan besar dari Liga Champions. Mengingat BlueCo telah menggelontorkan lebih dari £1 miliar sejak mengambil alih pada 2022, sorotan publik pasti semakin tajam jika lagi-lagi gagal ke UCL.

    Tekanan ini sepenuhnya Chelsea ciptakan sendiri, dan sekarang terserah Maresca serta para pemainnya untuk membuktikan mereka sanggup memenuhi ekspektasi. Mereka semua sudah tahu konsekuensi dari proyek besar ini saat mereka bergabung, dan kini mereka harus menghadapi tuntutan besar di depan mata. Semua orang di ruang ganti Chelsea harus bisa mematangkan diri lebih cepat jika ingin terhindar dari gelombang kritik dan ledekan yang siap menghunjam tanpa ampun.

0