Ancelotti Brazil Real Madrid GFXGetty/GOAL

6 Alasan Ancelotti Latih Brazil Adalah Keputusan KONYOL & Tak Masuk Akal - Terutama Untuk Real Madrid

Salah satu manajer tersukses yang pernah ada di level klub melatih tim nasional tersukses sepanjang masa, sempurna bukan? Tidak juga. Keputusan Carlo Ancelotti melatih Brasil di 2024 adalah langkah seismik yang tak masuk akal dari segala aspek.

Ancelotti, satu-satunya pelatih yang mampu memenangkan empat trofi Liga Champions dan meraih gelar juara di lima liga top Eropa, tak henti-hentinya dikaitkan dengan jabatan manajer Selecao semenjak Tite hengkang usai anak asuhnya tereliminasi dengan tragis di perempat-final Piala Dunia 2022 di tangan Kroasia.

Ednaldo Rodrigues, presiden PSSI-nya Brasil (CBF), buka-bukaan soal keinginannya menjadikan Ancelotti pelatih Tim Samba yang baru. Dan manajer asal Italia itu pun tidak malu-malu memperlihatkan antusiasmenya, dengan mengakui bahwa ia "berdebar" (excited) dengan prospek menukangi Brasil.

Tapi timing penunjukkan ini aneh sekali - untuk saat ini bos Fluminese Fernando Diniz ditunjuk sebagai manajer interim sebelum Ancelotti mulai menjabat tepat sebelum Copa America di Juni 2024.

Bagi Brasil, tujuan mereka jelas: Piala Dunia 2026. Dan mereka percaya bahwa Ancelotti adalah satu-satunya sosok yang bisa membantu mereka mengakhiri kutukan melawan timnas-timnas Eropa. Ya, terakhir kali Selecao mengalahkan tim Eropa di babak gugur Piala Dunia adalah di final Piala Dunia 2002, menghajar Jerman 2-0 untuk menjadi juara dunia kelima kalinya.

Sementara itu Real Madrid dibikin limbung terombang-ambing, setelah mengetahui pelatih yang menghadirkan begitu banyak kesuksesan bagi mereka akan hengkang di akhir musim 2023/24. Dan sejarah sepakbola sangat kental dengan kisah-kisah pemain yang hilang motivasi saat mereka tahu pelatih yang memimpin mereka akan pergi.

GOAL menjelaskan mengapa pengumuman resminya Ancelotti sebagai pelatih Brasil adalah keputusan mengejutkan dan akan berdampak buruk bagi semua pihak dalam jangka pendek...

  • Carlo Ancelotti Florentino PerezGetty

    Cederai reputasi Real Madrid

    Real Madrid consider themselves as the biggest club side in the world, and their 14 European Cups and 35 La Liga titles certainly back that claim up. So their coach agreeing a move elsewhere, even if it is to become manager of Brazil, feels like a slight on the reputation of Los Blancos.

    Real Madrid menganggap diri mereka sebagai klub terbesar di dunia, dan 14 Piala Eropa serta 35 gelar La Liga sangat cukup untuk membuktikan itu. Maka melihat pelatih mereka sepakat hinggap ke lain hati, sekalipun itu untuk menukangi Brasil, terasa seperti sebuah pencorengan terhadap nama besar mereka.

    Madrid sudah terkenal tanpa ampun dalam memecat manajer, mendepak Jupp Heynckes setelah juara Liga Champions di 1998 dan melengserkan Vicente del Bosque meski ia mempersembahkan dua UCL dan dua La Liga.

    Sepanjang sejarah, petinggi Madrid-lah yang berkuasa dan mengambil keputusan, bukan para pelatihnya. Tetapi sepertinya kali ini Ancelotti yang mensekakmat Madrid. Gampangnya, ia bilang ke raja sepakbola Eropa itu bahwa mereka hanyalah pilihan kedua - hanyalah masa lalu yang akan segera ia tinggalkan.

  • Iklan
  • Carlo Ancelotti Real Madrid 2022-23Getty

    Pelatih dengan tanggal kedaluwarsa

    Fakta bahwa semua orang tahu kalau kontrak Ancelotti di Madrid tinggal setahun juga bisa mengurangi peluang mereka untuk mencatatkan musim yang bagus. Memang tak sedikit kisah manajer yang berjaya di musim perpisahan mereka (seperti ketika Heynckes mempersembahkan treble untuk Bayern Munich di 2013) tetapi mengetahui sang pelatih kepala tidak akan menetap sering berakibat penurunan motivasi - buntutnya ya performa yang tak karu-karuan.

    Sir Alex Ferguson mengumumkan akan pensiun sebagai manajer Manchester United di awal 2001/02, keputusan yang ia tarik kembali, dan ia sebut sebagai "kesalahan terbesar" dalam kariernya. MU mengakhiri musim itu tanpa trofi, dan menyerahkan gelar Liga Primer Inggris kepada Arsenal di Old Trafford.

    "Saya merasa banyak dari mereka yang mengibarkan bendera putih," kenang Ferguson. "Mereka pikir, 'Oh pak manajer bakal pergi', tetapi ketika saya menarik keputusan saya di Januari, saya mulai memikirkan soal United lagi dan bagaimana kami bisa kembali ke puncak."

    Fergie belajar dari kesalahan itu, dan ketika ia memutuskan untuk benar-benar pensiun di 2013, ia merahasiakannya. Ia baru mengumumkannya dengan sisa dua laga di musim 2012/13 setelah Man United mengunci gelar juara Liga Primer.

  • Luka Modric Real Madrid 2022-23

    Motivasi & fokus dipertanyakan

    Manchester City juga mengalami penurunan performa setelah mengumumkan pada Februari 2016 bahwa Manuel Pellegrini bakal cabut di akhir musim, membuka jalan bagi Pep Guardiola. DI laga pertama setelah pengumuman tersebut, Man City keok 3-1 di kandang sendiri melawan pesaing juara Leicester City. Mereka lantas menelan enam kekalahan di 14 laga tersisa, dan cuma finis keempat berkat unggul selisih gol.

    Ada contoh-contoh lain yang bahkan lebih akrab dengan Madrid: seperti ketika El Real mengakhiri 2012/13 dengan lesu setelah Jose Mourinho dirumorkan bakal hengkang di akhir 2012/13, atau ketika Barcelona gagal juara La Liga dan tersingkir dari Liga Champions pada 2016/17 ketika Luis Enrique mengumumkan kepergiannya di bulan Maret.

    Madrid punya PR besar di 2023/24 setelah finis 10 poin di bawah Barcelona musim lalu dan dibantai Manchester City 4-1 (agregat 5-1) di semi-final Liga Champions. Dilatih manajer yang kontraknya tinggal setahun berpotensi menggangu kemampuan mereka mengerjakan PR-PR ini, dan hasil buruk di musim depan bisa dipastikan akan membuat fokus Ancelotti dan motivasi para pemain dipertanyakan.

  • Brazil Copa America 2019Getty

    Tak sempat persiapan untuk Copa America

    Namun kerugian Madrid adalah rezekinya Brasil. Selain orang sok tahu yang melabelinya pelatih miskin taktik, tak akan ada yang bisa meragukan bahwa Selecao telah mendapatkan salah satu juru taktik terbaik di dunia. Dan Ancelotti juga piawai memaksimalkan skuad yang memiliki ego paling masif sedunia sembari menghadapi tekanan maha dahsyat dengan penuh ketenangan.

    Tetapi yang menjadi masalah di sini adalah timing. Ancelotti baru akan mulai bekerja untuk Brasil pada Juni 2024, hanya beberapa pekan sebelum Copa America dimulai pada 20 Juni. Jika Real Madrid mencapai final Liga Champions yang digelar 1 Juni atau 2 Juni (tergantung zona waktu), waktu yang ia dapatkan untuk mengenal penggawa Tim Samba bakal semakin sempit lagi.

    Ia memang pasti akan menjalin kontak dengan Diniz selaku pelatih interim selama satu tahun ke depan, dan akan memantau skuad Brasil dari jauh, tetapi itu tetap tak bisa menggantikan melihat pemain di sesi latihan dan bekerja bersama mereka secara langsung dan tatap muka. Selain itu, ia juga masih punya tanggung jawab di Madrid.

    Bagi Brasil, Copa America mungkin tak sepenting Piala Dunia, tetapi ia tetaplah sebuah turnamen besar nan bergengsi, turnamen yang mereka menangkan di 2019 dan hampir mereka menangkan lagi di 2021. Edisi 2024 bukan akan jauh lebih disoroti mengingat ia akan digelar di Amerika Serikat.

    Berangkat ke turnamen sepenting itu dengan waktu persiapan yang sangat singkat membahayakan peluang Brasil untuk menjuarainya, dan Ancelotti berisiko membuka babak kariernya di Selecao dengan rapor merah darah.

  • Fernando Diniz observa o Fluminense na vitória sobre o Paysandu, no jogo de volta da Copa do Brasil 2023Mailson Santana/Fluminense

    Brasil terombang-ambing selama setahun

    Copa America juga bukan satu-satunya yang harus Brasil khawatirkan sembari menunggu kedatangan Ancelotti. Mereka akan memulai kualifikasi Piala Dunia CONMEBOL yang dikenal sebagai kualifikasi tersulit di dunia itu pada September 2023, dan akan melakoni enam pertandingan dari September sampai November, termasuk laga kandang maha akbar melawan sang musuh bebuyutan dan juara dunia, Argentina.

    Dan dalam enam laga itu mereka bakal dipimpin Diniz. Statusnya Diniz sebagai interim berisiko mencederai motivasi pemain, dan ia sendiri juga memegang dua jabatan.

    Sembari memandu Selecao di kualifikasi Piala Dunia, Diniz tetap akan bekerja sebagai pelatih Fluminese, salah satu klub terbesar di Brasil. Saat September tiba, besar kemungkinan Fluminese sedang memasuki fase-fase krusial Serie A Brasil dan Copa Libertadores (Liga Champions-nya Amerika Selatan). Membagi fokus memegang dua pekerjaan masif bukanlah tanggung jawab yang sepele.

  • Brazil fans.Getty

    Mendobrak tabu pelatih asing

    Kalau kata orang, Brasil punya 200 juta pelatih. Semua orang dari Manaus sampai Porto Alegre punya opini garis keras masing-masing soal bagaimana tim nasional Brasil seharusnya bermain. Maka fakta bahwa CBF harus merekrut seorang manajer asing adalah sebuah tamparan keras tentang betapa sedikitnya pelatih lokal yang punya kualitas mumpuni saat ini. Tapi siapa yang bisa menyalahkan mereka?

    Sedikit sekali pelatih Brasil di lima liga top Eropa, dan bahkan di antara klub-klub terbesar dan tersukses di Brasil sendiri. Lima dari delapan pelatih terakhir Flamengo bukanlah orang Brasil (manajer saat ini, Jorge Sampaoli, adalah warga Argentina), sementara Palmeiras dilatih orang Portugal Abel Ferreira, begitu pula dengan Botafogo sang pemuncak klasemen, sebelum Luis Castro dirampas Al-Nassr.

    Mungkin memang bisa dimengerti mengapa Brasil lebih memilih Ancelotti alih-alih pelatih lokal yang medioker, tetapi rasanya tetap aneh orang Italia yang bakal melatih timnas tersukses dan bisa dibilang paling passionate di dunia

    Ancelotti akan menjadi manajer asing pertama yang menukangi Brasil semenjak Filpo Nunez, orang Argentina, yang cuma menangani satu laga uji coba versus Uruguay di 1965 (iya, 58 tahun yang lalu!). Pelatih asing lain dalam sejarah Tim Samba juga sedikit sekali: Ramon Platero, pelatih asal Uruguay yang menjabat tak sampai sebulan di 1925, dan pelatih asal Portugal bernama Joreca, yang masa baktinya cuma berumur empat hari di 1944.

0