Arsenal Man Utd WL GFXGOAL

No Gabriel, No Problem! Pemenang & Pecundang Ketika Set-Piece MAUT Arsenal Melahap Manchester United Dan Rotasi Naif Ruben Amorim Gagal Total

Arsenal menyayatkan kekalahan perdana Ruben Amorim sebagai pelatih Manchester United, usai menang 2-0 di Emirates Stadium, Kamis (5/12) dini hari WIB. Setan Merah berkunjung ke London Utara dengan rekor tak terkalahkan dalam tujuh laga, yang dimulai sejak era interim Ruud van Nistelrooy. Namun, rekor tersebut terputus tanpa diberi kesempatan menyelamatkan diri.

The Gunners sempat kesulitan menembus pertahanan tim tamu di babak pertama, sehingga memilih meningkatkan intensitas permainan di babak kedua dan memanfaatkan kelengahan Man United mempertahankan set-piece atau situasi bola mati.

Jurrien Timber membuka skor melalui sundulan, diikuti gol William Saliba tak lama setelahnya. Sayangnya, anak asuh Amorim gagal memberikan respons yang berarti di lini serang.

GOAL mengulas tuntas para pemenang dan pecundang dari laga Arsenal vs Manchester United di Emirates Stadium...

  • Arsenal FC v Brighton & Hove Albion - Premier LeagueGetty Images Sport

    PEMENANG: Nicolas Jover & skema set-piece Arsenal

    Ketika Bukayo Saka bersiap mengambil sepak pojok ke-13 dan terakhir Arsenal di laga ini, tribun Clock End - markasnya 'semi-ultras' Arsenal, Ashburton Army - bergema dengan chant, "bola mati lagi, ole ole."

    Semua tahu Arsenal rajanya set-piece. Pelatih spesialis bola mati mereka, Nicolas Jover, kini sudah menjadi semacam selebriti di Emirates. Ia sering terlihat mondar-mandir di area teknis Mikel Arteta setiap kali Arsenal mendapatkan peluang bola mati, dan rasanya jarang meninggalkan pertandingan tanpa melihat kinerjanya membuahkan hasil menggembirakan bagi The Gunners.

    Bahkan ketika Martin Odegaard kembali bermain apik di lini tengah, Arsenal tidak terlalu bisa menciptakan peluang dari open play karena Man United fokus bertahan rapat. Namun, nakal dan gigihnya Arsenal dari situasi bola mati membuat lawan mana pun frustrasi.

    Pada pertengahan babak pertama, kiper Man United Andre Onana terlihat kesal ketika sudut pandangnya untuk membuang bola terhalang dan dipaksa membuang bola ke belakang gawangnya. Sebelum Timber memecah kebuntuan, Arsenal bahkan nyaris mencetak dua atau tiga gol cuma dari set-piece saja. Seusai laga, mantan striker The Red Devils Dimitar Berbatov melabeli Arsenal sebagai "Stoke City era baru", merujuk pada gaya bermain The Potters ketika diasuh Tony Pulis. Inilah hasil dari detail-detail kecil yang selalu ditekankan dan dikejar Arteta, dan di laga ini, detail kecil itu menjadi pembeda.

  • Iklan
  • Arsenal FC v Manchester United FC - Premier LeagueGetty Images Sport

    PECUNDANG: Pertahanan bola mati Manchester United

    Aura sombong fans Arsenal di tribun Clock End pada situasi sepak pojok mungkin bisa dibilang semakin membuncah karena melihat upaya Man United yang terang-terangan mencoba - tapi gagal - untuk menyetop terjadinya bola mati.

    Sebagian besar sesi pemanasan Man United pra-pertandingan dihabiskan untuk melatih pertahanan bola mati. Umpan-umpan silang beterbangan dan terus disapu. Amorim sudah mengidentifikasi ancaman unik ini, tetapi nampaknya merasa perlu memberikan penekanan khusus di hari pertandingan tepat sebelum sepak mula.

    Sayangnya, persiapan ekstra itu sia-sia. Man United pontang-panting dan kehabisan akal menghentikan bola mati Arsenal yang hampir selalu menembus kotak penalti mereka. Di akhir laga, kamera televisi menangkap momen Amorim duduk di bangku cadangan, mengusap kening yang mengkerut layaknya pekerja kantoran pada Senin pagi setelah berpesta semalam suntuk di akhir pekan. Amorim tahu bahwa masih banyak PR yang harus diselesaikan jika ia ingin mengembalikan masa jaya Man United.

  • Arsenal FC v Manchester United FC - Premier LeagueGetty Images Sport

    PECUNDANG: Rotasi penyerang Manchester United

    Man United, dengan segala gelimangan uang yang mereka pamerkan dan jutaan pound sterling yang telah mereka habiskan, masih tak bisa menemukan formula jitu untuk menceploskan bola ke gawang lawan. Di laga ini, mereka nyaris tidak menyentuh lini belakang Arsenal yang sebenarnya compang-camping - tidak banyak tim Liga Primer Inggris yang bisa seberuntung Setan Merah menghadapi The Gunners tanpa Gabriel Magalhaes dan Riccardo Calafiori.

    Rasmus Hojlund adalah pekerja keras, dan Tuhan suka orang yang gigih bekerja keras, tapi Man United butuh lebih dari sekadar kerja keras. Bahkan ketika berduel fisik dengan William Saliba, hasilnya terasa akan selalu sama: Hojlund terjatuh dan kehilangan bola alih-alih memberikan tekanan.

    Amorim lalu menjajal peruntungan memasukkan Joshua Zirkzee, Marcus Rashford, dan Antony - nama terakhir masuk lapangan dengan disambut sorakan bahagia dari suporter Arsenal - untuk mencari solusi. Namun, hasilnya nihil. Bisa jadi ini adalah masalah adaptasi dengan sistem baru, atau bukti bahwa Man United menghamburkan terlalu banyak fulus untuk penyerang jadi-jadian. Rumor ketertarikan Man United pada striker Sporting Viktor Gyokeres, yang dikenal memiliki kombinasi insting gol tajam dan kekuatan fisik, pun jadi semakin masuk akal.

  • FBL-ENG-PR-ARSENAL-MAN UTDAFP

    PEMENANG: Tyrell Malacia

    Satu pelipur lara bagi fans Man United - Tyrell Malacia mungkin masih bisa diandalkan meski absen cukup lama akibat cedera. Bek kiri asal Belanda ini, yang baru saja kembali setelah menepi satu setengah tahun, diturunkan sejak awal dengan tugas maha berat menangani Bukayo Saka, salah satu winger paling berbahaya di Liga Primer Inggris. Ketika susunan pemain dirilis, tentu banyak yang harap cemas-cemas (ya, lebih banyak cemasnya).

    Namun Malacia tak gentar. Tidak banyak bek yang mengklaim bisa meredam Saka tanpa harus menendanginya atau menarik bajunya, tetapi Malacia bisa. Ketika Diogo Dalot dipindahkan ke kiri pada babak kedua, Saka langsung lebih bebas menyerang.

    Luke Shaw lagi-lagi menepi cukup lama gegara sebuah cedera baru, sehingga comeback Malacia ini datang di saat yang sempurna untuk Man United.

  • Arsenal FC v Manchester United FC - Premier LeagueGetty Images Sport

    PECUNDANG: Gabriel Martinelli

    Meremehkan pemain muda bukanlah sikap yang bijak, dan pribadi semenyenangkan Gabriel Martinelli adalah sosok yang susah untuk tidak didukung. Tetapi, makin banyak bukti bahwa winger 23 tahun ini mungkin tidak akan pernah bisa mencapai level luar biasa yang ia tunjukkan pada 2022/23 bersama Arsenal.

    Kecepatan Martinelli masih eksplosif, tetapi kini visinya yang terkenal sukar diprediksi itu malah sering menjadi senjata makan tuan. Bahkan ketika ada ruang kosong terbentang di depannya, ia acap kebingungan harus melakukan apa.

    Mengingat Saka adalah tipe winger kreatif yang lebih sering mengoper bola ke kaki rekannya alih-alih berlari ke belakang garis pertahanan lawan, tanggung jawab penetrasi direct jatuh ke pundak Martinelli. Bek-bek lawan memang masih kelimpungan mengejar sprint-nya itu, tetapi sudah sekian lama sejak ia bisa memaksimalkan bakat lahiriahnya itu.

    Tak banyak posisi dalam starting XI Arsenal yang bisa di-upgrade dan, seiring musim musim berjalan, posisi Martinelli tampaknya menjadi salah satu yang berpotensi digantikan.

  • Arsenal FC v Manchester United FC - Premier LeagueGetty Images Sport

    PEMENANG: Pacuan gelar Liga Primer Inggris

    Ketika peluit panjang ditiupkan di Anfield, Minggu (1/12) kemarin, banyak yang sudah mantap untuk menobatkan Liverpool sebagai juara Liga Primer Inggris usai nampaknya berhasil menggulingkan Manchester City.

    Namun, hanya tiga hari kemudian, pacuan gelar kembali terbuka. The Reds ditahan imbang 3-3 oleh Newcastle United berkat gol menit akhir Fabian Schar. Sementara itu, Man City dan Chelsea yang berada di peringkat kedua juga meraih kemenangan. Tetapi Arsenal, yang jamak dianggap sebagai pesaing terkuat Liverpool, justru menjadi tim yang paling percaya diri setelah hasil-hasil ini.

    Jarak antara Arsenal dan Liverpool kini terpangkas menjadi tujuh poin - masih cukup besar, tetapi tidak mustahil untuk dikejar. Setelah jadwal padat nan sulit yang bakal dihadapi armada Arne Slot selama musim liburan akhir tahun nanti selesai, kita akan tahu dengan lebih pasti apakah mereka benar-benar layak menjadi kampiun. Di sisi lain, pasukan Arteta lebih bisa diprediksi. Akan sangat mengejutkan jika mereka tidak berada dalam pacuan gelar hingga Mei nanti.