Musim 2025/26 menjadi saksi kelahiran kembali Phil Foden di Manchester City. Setelah melalui periode yang penuh tantangan pasca-Euro 2024, pemain berusia 25 tahun ini kembali menemukan performa terbaiknya dengan peran yang sedikit berbeda. Gol indahnya ke gawang Crystal Palace akhir pekan lalu bukan hanya sekadar tambahan angka di papan skor, melainkan bukti nyata bahwa Foden telah beradaptasi sempurna dengan evolusi taktik Pep Guardiola yang menempatkannya lebih ke dalam.
Pep sendiri menyebut versi Foden saat ini sebagai "Phil yang kita kenal dahulu kala", merujuk pada masa-masa awal sang pemain menembus tim utama. Namun, ini bukan sekadar nostalgia. Statistik menunjukkan bahwa Foden kini bermain lebih efektif, menyeimbangkan tugas sebagai kreator serangan dari lini kedua sekaligus eksekutor mematikan. Ia telah terlibat dalam jumlah gol yang sama banyaknya dengan musim lalu di Liga Primer, meski baru memainkan setengah jumlah pertandingan.
Di tengah pujian yang mengalir, tantangan besar masih menanti di level internasional. Minimnya menit bermain di bawah asuhan pelatih baru Inggris, Thomas Tuchel, menjadi anomali yang harus segera dipecahkan. Dengan Piala Dunia 2026 di depan mata, Foden harus membuktikan bahwa kualitasnya di level klub dapat diterjemahkan menjadi kontribusi nyata bagi The Three Lions, bersaing dengan talenta-talenta lain yang sedang naik daun.
GOAL, memanfaatkan data dari Opta, coba membedah secara mendalam transformasi taktik Foden di City, mulai dari pergeseran posisi bermain, peningkatan efisiensi tembakan, hingga etos kerjanya yang luar biasa. Kami juga akan menyajikan data statistik yang membandingkan performanya dengan musim-musim sebelumnya serta pemain elite Eropa lainnya.







