Arsenal kini berada dalam posisi yang tidak mengenakkan. Keunggulan nyaman tujuh poin atas Manchester City yang mereka nikmati beberapa pekan lalu kini telah terkikis menjadi hanya dua poin dalam kurun waktu empat pertandingan. Bagi para pendukung The Gunners, situasi ini membangkitkan trauma kegagalan di musim-musim sebelumnya, di mana mereka kehilangan gelar di tikungan terakhir. Bayang-bayang Manchester City yang seolah tak terhentikan mulai menghantui setiap langkah tim asuhan Mikel Arteta.
Namun, narasi "kehancuran" Arsenal mungkin terlalu dini untuk disimpulkan. City sendiri tidak sedang dalam performa terbaik mereka, dengan beberapa kali kehilangan poin dan mencatatkan angka Expected Goals (xG) yang rendah di beberapa laga. Meski demikian, kemenangan dramatis Arsenal atas Wolves — yang membutuhkan gol bunuh diri di menit akhir — menunjukkan adanya keretakan dalam mentalitas dan performa tim yang sebelumnya tampak solid.
Faktor cedera pemain kunci di lini belakang dan kelelahan mental akibat jadwal padat menjadi sorotan utama. Statistik menunjukkan penurunan signifikan dalam intensitas tekanan (pressing) Arsenal, yang selama ini menjadi ciri khas permainan mereka. Di sisi lain, supercomputerOpta masih menempatkan Arsenal sebagai favorit juara, meski probabilitasnya menurun drastis dalam beberapa pekan terakhir.
GOAL coba membedah secara mendalam statistik di balik penurunan performa Arsenal, mulai dari krisis pertahanan, perubahan pola serangan, hingga faktor keberuntungan yang menyelamatkan mereka. Apakah ini hanya sekadar "cegukan" kecil dalam perjalanan menuju gelar, atau tanda awal dari keruntuhan yang lebih besar? Mari kita telusuri data dan faktanya.









