Manchester United kembali tersandung masalah klasik yang menghantui mereka sepanjang musim ini: ketidakmampuan untuk mempertahankan keunggulan. Hasil imbang 1-1 melawan West Ham United menjadi bukti terbaru dari kerapuhan mentalitas Setan Merah saat berada dalam posisi memimpin. Kegagalan ini membuat mereka melewatkan kesempatan emas untuk menembus lima besar klasemen Liga Primer dan membangun momentum positif.
Sorotan tajam kini tertuju pada manajer Ruben Amorim dan keputusan-keputusan taktisnya di pinggir lapangan. Setelah unggul lewat gol Diogo Dalot pada menit ke-58, Amorim merespons dengan serangkaian pergantian pemain yang cenderung defensif. Strategi ini, alih-alih mengamankan kemenangan, justru menjadi bumerang yang membuat United kehilangan kendali permainan dan membiarkan lawan menyamakan kedudukan di menit-menit akhir.
Statistik menunjukkan tren yang mengkhawatirkan di mana United telah kehilangan delapan poin dari posisi menang musim ini. Lebih parah lagi, kehadiran pemain pengganti tertentu, khususnya Manuel Ugarte, berkorelasi kuat dengan momen-momen kebobolan tim. Apakah strategi pergantian pemain Amorim menjadi solusi atau justru sumber masalah utama bagi ketidaksolidan tim?
GOAL coba membedah secara mendalam pola pergantian pemain Amorim yang dianggap terlalu konservatif, dampak negatif dari strategi "parkir bus" dini, statistik mengkhawatirkan Ugarte, dan misteri di balik diabaikannya talenta muda Kobbie Mainoo. Mari kita analisis apakah ketidakpercayaan Amorim pada skuadnya sendiri justru menjadi penyebab utama kegagalan mereka.







