Hasil imbang 1-1 melawan Arsenal di Stamford Bridge mungkin terlihat sebagai poin yang berharga bagi Chelsea, namun di balik skor tersebut tersimpan sebuah masalah sistemik yang kian menggerogoti ambisi juara The Blues. Kartu merah yang diterima Moises Caicedo menjadi simbol dari penyakit kronis yang sedang melanda skuad asuhan Enzo Maresca: ketidakdisiplinan yang merugikan. Meski tampil dominan di awal laga dan sempat unggul, Chelsea lagi-lagi harus kehilangan momentum karena bermain dengan 10 orang di lapangan.
Insiden ini bukan kejadian tunggal, melainkan bagian dari tren yang sangat mengkhawatirkan bagi tim yang ingin bersaing di papan atas. Statistik menunjukkan bahwa Chelsea sedang berada di jalur untuk memecahkan rekor kartu merah terbanyak dalam sejarah Liga Primer jika perilaku ini tidak segera dihentikan. Rata-rata pengusiran pemain mereka musim ini jauh melampaui standar normal sebuah tim juara, yang biasanya memiliki disiplin taktik dan emosional yang tinggi.
Analisis data mengungkapkan bahwa poin-poin yang hilang akibat kartu merah telah menciptakan jurang pemisah yang signifikan antara Chelsea dan Arsenal di puncak klasemen. Jika The Blues mampu menjaga disiplin dan bermain dengan 11 orang secara konsisten, proyeksi poin mereka seharusnya bisa menempel ketat The Gunners dalam perburuan gelar. Namun, realitasnya mereka kini harus mengejar ketertinggalan yang disebabkan oleh kesalahan sendiri.
GOAL, memanfaatkan data dari Opta, coba membedah secara mendalam dampak dari krisis disiplin Chelsea terhadap peluang juara mereka. Kita akan membandingkan statistik performa mereka dengan dan tanpa kartu merah, serta menyoroti bagaimana perilaku manajer di pinggir lapangan mungkin turut memengaruhi mentalitas para pemain muda di lapangan.









