Why England won't win Euro 2024 GFXGOAL

6 Alasan Inggris TIDAK AKAN Juara Euro 2024: Taktik Pengecut Gareth Southgate & Pertahanan Keropos

Apakah saat itu telah tiba? Akankah sepakbola benar-benar 'pulang'? Mampukah Inggris mengakhiri penderitaan 58 tahun dengan menyambangi Jerman dan pulang dengan trofi Henri Delaunay di tangan? Kalau boleh dibilang, Dewi Fortuna memanglah di pihak mereka.

Inggris adalah salah satu timnas paling dijagokan untuk menjuarai Euro 2024, bahkan mungkin lebih dijagokan ketimbang Prancis sang runner-up Piala Dunia, Jerman sang tuan rumah, hingga Portugal sang kampiun edisi 2016. Pun anggapan itu tak terlalu mengejutkan, mengingat The Three Lions diberkati dengan talenta-talenta kreatif di segala lini, ditambah sang kapten, Harry Kane, sedang subur-suburnya.

Tetapi, armada Gareth Southgate tidak bisa disebut sempurna. Ya, terlepas dari segala optimisme (atau mungkin arogansi, tergantung dari sudut pandang mana Anda melihatnya) yang mengiringi langkah Inggris, berbagai kekurangan serta cela yang membuat mereka gagal di Euro 2020 dan Piala Dunia 2022 belum selesai diatasi.

Di bawah, GOAL mengulas mengapa Inggris TIDAK AKAN juara Euro 2024 di Jerman...

  • Luke Shaw England 2023Getty Images

    Krisis bek kiri

    Luke Shaw hanya tampil 15 kali lintas kompetisi untuk Manchester United musim lalu. Parahnya lagi, dia belum semenit pun tampil di laga kompetitif semenjak 18 Februari kemarin. Tetapi, dialah satu-satunya bek kiri natural di skuad Inggris, bukti minimnya opsi yang dimiliki Southgate dan akan menjadi sumber kekhawatiran menjelang laga pertama di Euro.

    Grup C relatif enteng, sehingga Inggris harusnya tetap bisa melenggang bahkan dengan menempatkan seorang bek kanan di sisi kiri di fase grup sementara Shaw meningkatkan kebugarannya. Tapi, lantas bagaimana jika dia belum siap saat Inggris harus menghadapi tim berkualitas seperti Prancis? Seyakin apa Southgate dengan kapabilitas Kieran Trippier si tukang blunder atau bek sentral seperti Joe Gomez atau Ezri Konsa mengawal daya cipta Ousmane Dembele?

    Shaw disebut "berprogres dengan baik" dalam periode penyembuhannya dari cedera hamstring, tetapi jika dia belum 100 persen fit ketika fase grup dimulai, The Three Lions bakal sangat pincang di sisi kiri - baik dari segi defensif maupun ofensif. Tubuh Shaw yang rapuh berpotensi menjadi pembeda antara kesuksesan dan kegagalan Inggris di turnamen sekeras Euro.

  • Iklan
  • Harry Maguire England 2024Getty

    Lembek di tengah

    Absennya Harry Maguire merupakan pukulan yang telak bagi Inggris. Ya, selembek itulah pertahanan skuad Southgate.

    Southgate sudah tunggang-langgang mencari alternatif semenjak partisipasi Maguire diragukan lantaran cedera betis di Man United. Ia sampai memanggili berbagai bek sentral ke skuad sementara Inggris sebelum Euro.

    Sang pelatih berharap Maguire bisa sembuh tepat waktu untuk ikut ke Jerman. Namun, ketika diagnosis menyatakan bek termahal dunia itu hampir tidak mungkin ikut serta di fase grup, Southgate akhirnya terpaksa meninggalkan salah satu anak buah yang paling ia andalkan itu. Benar, atas segala kekurangan Maguire (jujur, banyak banget), tak bisa dipungkiri bahwa ia adalah salah satu pemain terbaik Inggris di Piala Dunia 2022. Tak bisa memboyongnya pun praktis membuat kepala Southgate pening.

    Marc Guehi yang sepertinya akan menemani John Stones di jantung pertahanan, mengisi lubang yang ditinggalkan Maguire, tapi rasanya kok tidak yakin. Bek sentral Crystal Palace itu masih belum teruji di level ini (dia hanya memiliki enam penampilan kompetitif untuk Inggris) sementara Stones hanya tampil 21 menit pada tujuh laga Liga Primer Inggris terakhir Manchester City. Jika Stones tak cukup prima, maka Lewis Dunk, Konsa, atau Gomez yang harus menggantikannya...

    Orang bilang pertahanan akan memberimu gelar juara - defence wins you titles - tapi demi kemaslahatan Inggris, semoga adagium itu tidak terbukti, ya!

  • Harry Kane England 2024Getty Images

    Tidak ada pelapis Kane

    Sebelum laga uji coba kontra Islandia, Southgate mengaku kecil kemungkinan dia akan memainkan Ivan Toney sebagai starter, karena prioritasnya adalah mempersiapkan Harry Kane sebaik mungkin untuk Euro 2024 setelah bintang Bayern Munich itu absen di akhir musim gegara cedera punggung.

    Kane memang masuk sebagai pengganti (bahkan masuk papan skor) melawan Bosnia & Herzegovina pada laga sebelumnya, tetapi harus dikatakan bahwa mantan bomber Tottenham itu belum 100 persen bugar. Oleh karenanya, Southgate bakal berdoa Kane tidak mengalami cedera susulan atau tambahan di Euro, karena striker 30 tahun itu benar-benar tak tergantikan.

    Ollie Watkins adalah penyerang all-rounder hebat yang baru saja menutup musim impresif bersama Aston Villa, tetapi ia gagal bersinar di laga Bosnia dan tak bisa menunjukkan kualitas serta kematangan yang selevel dengan kaptennya. Sementara itu Toney adalah salah satu pemain paling overrated di Liga Primer Inggris dan sangat hoki bisa masuk skuad Inggris, setelah absen sepanjang paruh pertama musim karena larangan bertanding, dan hanya mencetak empat gol sepanjang paruh kedua.

    Opsi penyerang Inggris memang sangar-sangar dan garang-garang, tetapi jika Kane cedera, maka posisi striker akan menjadi masalah besar untuk mereka.

  • Declan Rice England 2024Getty Images

    Dilema double pivot

    Bulan lalu Southgate mengaku bahwa dia belum yakin dengan double pivot Inggris. "Selama beberapa bulan terakhir, saya terus merenung: 'Declan sama siapa ya?'" ucapnya. "Dan: 'Kalau tak ada Declan, lantas siapa?'"

    Pertanyaan kedua tak perlu dipikirkan sebegitunya. Declan Rice konsisten mengisi starting XI Inggris selama empat tahun terakhir; The Three Lions bakal hilang arah tanpa sosok yang semakin matang itu semenjak bergabung dengan Arsenal awal musim lalu. Bahkan, mungkin akan lebih baik jika Rice dioperasikan sebagai seorang No. 8.

    Namun, itu sulit dilakukan, karena Inggris sangat minim alternatif di posisi perisai lini belakang. Performa Kalvin Phillips menukik tajam semenjak hijrah ke Manchester City, sementara Jordan Henderson merusak karier dan reputasinya dengan ke Arab Saudi. Alhasil, mereka sama-sama dicoret, bahkan tak masuk skuad sementara.

    Dengan demikian, kemungkinan besar Southgate akan menaruh kepercayaannya pada Trent Alexander-Arnold, pemain yang posisi aslinya ada di bek kanan, atau memilih salah satu dari Kobbie Mainoo, Conor Gallagher, atau Adam Wharton untuk menemani Rice. Mainoo dan Wharton adalah pemain dengan potensi menjanjikan, sementara Gallagher mampu bersinar di antara pemain Chelsea yang merdioker.

    Tapi Mainoo dan Wharton cuma punya empat caps jika dikombinasikan, sementara Gallagher sama sekali tak dipakai di Piala Dunia 2022, yang artinya dia juga minim pengalaman di turnamen besar. Apa pun pilihannya, ini bukan situasi ideal bagi Inggris, menigngat pentingnya posisi pivot untuk melindungi lini belakang yang keropos dan membebaskan para penyerang untuk fokus melakukan tugas terbaik mereka.

  • Jude Bellingham Phil FodenGetty Images/Goal

    Bellingham vs Foden

    Mungkin terakhir kali Inggris berdebat soal pemain sepanas ini adalah saat era Frank Lampard vs Steven Gerrard. Sekarang sejarah tersebut semacam terulang lagi, dengan semua penggemar bertanya-tanya: bagaimana caranya memasang Phil Foden dan Jude Bellingham di line-up yang sama?

    Masalahnya adalah, keduanya sama-sama bersinar di posisi sentral. Berbagai suporter dan pandit ingin melihat duet keduanya sebagai No. 10 kembar di formasi 4-3-3, dengan Rice diposisikan tepat di depan lini belakang. Tetapi mengacu pada komentar Southgate di atas, kecil kemungkinan formasi itu terwujud. Bos Inggris itu nampaknya bersikeras memakai sistem double pivot, yang artinya hanya satu di antara Foden dan Bellingham yang bisa mengisi posisi di belakang Kane.

    Pilihan yang cerdas tentu Bellingham, mengingat bagaimana ia "meledak" di Real Madrid setelah diberi kebebasan untuk bermain di depan oleh Carlo Ancelotti, sementara Foden sedikit lebih fleksibel jika dibandingkan dengan kompatriotnya. Dia cukup terbiasa bermain melebar untuk Manchester City.

    Tetapi, Foden menjadi pemain terbaik Liga Primer Inggris 2023/24 karena dia dimainkan di sentral, dan daya ledaknya terancam mejan jika dipaksakan bermain ke samping.

    Tentu Anda bisa bilang bahwa ini adalah masalah yang 'menyenangkan' untuk dimiliki: memilih salah satu dari dua bintang kelas dunia. Tetapi, Southgate harus segera mengakhiri perdebatan yang berpotensi menimbulkan distraksi ini dengan mencari cara memaksimalkan Bellingham dan Foden bersama-sama, apalagi mengingat dia kerap dikritik gagal memanfaatkan penyerang-penyerang berbakat Inggris...

  • Southgate-EnglandGetty

    Taktik konservatif Southgate

    Sosok Southgate masih sangat populer di kancah sepakbola Inggris. Dialah si 'orang baik' pemersatu bangsa, mengembalikan kebanggaan suporter pada The Three Lions dengan memupuk gotong royong tim yang hangat serta memoles sekelompok pemain muda berbakat.

    Hasilnya pun cukup apik. Dia memiliki rekor terbaik kedua dibandingkan manajer Inggris lainnya, dan memimpin mereka ke empat besar Piala Dunia (2018) dan final Piala Eropa (2020). Tetapi, keraguan mulai menyeruak gegara konservatisme Southgate.

    Bahkan sebelum Inggris ditaklukkan skuad Prancis yang sejujurnya amat sangat bisa dikalahkan di perempat-final Piala Dunia 2022, keluhan dan kritik sudah menghujaninya silih berganti, bahwa The Three Lions asuhannya seolah bermain dengan rem tangan terpasang. Alhasil, setelah Qatar, ia dituntut untuk tak mengekang pemainnya, untuk lebih berani mengambil risiko, entah dalam hal susunan formasi atau pergantian pemain. Ingat, Inggris memilih mengangkat kaki dari pedal gas setelah ungguk cepat di final Euro 2020 versus Italia, dan kepengecutan itu yang membuat mereka harus membayar mahal. Para suporter Inggris cemas tim kesayangan mereka akan "dihukum" karena bermain pragmatis di Jerman.

    Inggris akan menjadi favorit juara bagi banyak pihak, salah satunya karena mereka baru akan berhadapan dengan juara grup lain di semi-final (tentu jika lolos). Tetapi yang jelas Inggris akan menghadapi tim tangguh dan sejarah mengatakan Southgate kesulitan ketika harus melawan tim tangguh. Dalam 25 perjumpaan melawan tim-tim elite Eropa seperti Prancis, Jerman, Belgia, Belanda, Italia, Spanyol, hingga Kroasia, ia hanya menang enam kali.

    Tak bisa dipungkiri bahwa tim pria Inggris berpeluang besar menjuarai trofi besar pertama mereka sejak Piala Dunia 1966 - tetapi apakah Southgate cukup berani untuk mewujudkannya? Karena sekarang sudah tidak ada alasan lagi. Hanya kemenangan di partai puncak yang bisa disebut sebagai kesuksesan untuk Southgate. Cedera dan kemalangan lain tentu akan menjadi faktor, tetapi jika Inggris gagal juara Euro, sang manajerlah yang paling harus disalahkan.