Joselu Jude Bellingham Real Madrid 2023-24Getty Images

Jangan Cari Yang Nggak Ada! Parade 13 Tim Yang Sempurna Di Grup Liga Champions Termasuk Liverpool, Real Madrid, Manchester City, & AC Milan

Tak peduli berapa kali Manchester City diundi masuk grup bareng Shakhtar Donetsk, tak peduli berapa kali tim kecil kena sial masuk 'grup neraka', faktanya adalah tidak ada laga Liga Champions yang bisa dibilang gampang.

Bukan berarti tim-tim raksasa mustahil membantai lawan mereka - tentu saja mereka mampu - tapi siapa pun yang mendapat kesempatan untuk berkompetisi di turnamen elite Eropa ini, niscaya mereka akan melakukan segalanya untuk meraih kemenangan, bukan cuma untuk melaju lebih jauh, melainkan juga demi sejarah dan kehormatan, dan mereka tak boleh dianggap enteng.

Bukan bermaksud menjadi Pep Guardiola yang hobinya memuji klub yang baru saja ia gilas habis, tapi memang semua tim yang Anda hadapi di Liga Champions harus diberi respek setinggi-tingginya jika Anda ingin merenggut Si Kuping Besar.

Sejarah mencatat, hanya ada 13 kasus sebuah tim mampu menyempurnakan performa mereka di fase grup di era Liga Champions - sebuah bukti nyata betapa sulitnya milestone tersebut. Dua tim baru saja memperpanjang deretan elite ini dalam 36 jam terakhir: Manchester City melakoni debut mereka sehari setelah Real Madrid, sang raja Eropa dengan koleksi delapan trofi UCL (enam sisanya di era Piala Eropa), meraih prestasi ini untuk yang ketiga kalinya.

Mari, lalui nostalgia ini bersama kami - GOAL akan mengulas siapa saja yang pernah sempurna di fase grup Liga Champions Eropa.

  • AC Milan 1992-93Getty Images

    AC Milan (1992/93)

    Tim pertama dalam sejarah yang mampu meraih milestone ini, dan mereka adalah tim yang sangat luar biasa.

    Armada Fabio Capello elektrik di edisi perdana era Liga Champions, mengalahkan lawan mereka satu demi satu dalam format lama untuk berjumpa Marseille di final. Rossoneri memang akhirnya tumbang di partai pemungkas, tapi mari kita berikan puja dan puji kepada Marco van Basten dan enam golnya sepanjang turnamen.

  • Iklan
  • PSG 1994-95Getty Images

    Paris Saint-Germain (1994/95)

    Paris Saint-Germain (PSG) memang masih gagal juara Liga Champions sampai detik ini, tapi setidaknya mereka memiliki satu rekor yang bisa mereka banggakan.

    George Weah pun meraih Ballon d'Or 1995 setelah bersinar di UCL dan menjadi top skor musim itu.

  • Spartak Moscow 1995-96Getty Images

    Spartak Moskwa (1995/96)

    Sebuah nama yang tak terduga! Topik ini memang cocok dijadikan lomba kuis trivia, dan fans kebanyakan akan terkejut melihat nama Spartak Moskwa di sini - apalagi nama tim-tim yang mereka kalahkan.

    Spartak membekuk Blackburn Rovers, Legia Warsawa, dan Rosenborg, dan menjadi juara Grup B dengan 18 poin. Sayangnya prestasi impresif tersebut tak berarti di fase gugur, karena mereka langsung tersingkir di perempat-final usai dihajar Nantes 4-2 dalam dua leg.

  • Riquelme Barcelona 2002-03Getty Images

    Barcelona (2002/03)

    Betul, bukan Barcelona era Johan Cruyff maupun Pep Guardiola yang mampu sempurna di fase grup - melainkan Barca-nya Louis van Gaal.

    Sebelum reputasi Van Gaal dirusak Manchester United, ia adalah seorang pelatih brilian yang meracik sepakbola brilian bersama Barca. Pelatih asal Belanda itu memimpin Blaugrana meraih sembilan kemenangan beruntun di Liga Champions 2002/03 sebelum diimbangi Inter Milan di fase grup kedua (iya, format saat itu memang cukup unik) dan ditumbangkan Juventus, yang akhirnya runner-up, di perempat-final.

  • Karim Benzema Real Madrid 2011-12Getty Images

    Real Madrid (2011/12)

    Tak ada klub lain yang sejarahnya saling terikat dengan Liga Champions sebagaimana Real Madrid, sehingga Los Blancos tentu senang bukan kepalang bisa mencatatkan fase grup yang sempurna bersama Jose Mourinho.

    Tipikal Mourinho, fondasi kesuksesan Madrid saat itu adalah pertahanan yang kokoh, dan mereka hanya kemasukan dua gol dalam enam laga melawan Dinamo Zagreb, Lyon, dan Ajax.

    Sayangnya prestasi tersebut tak menjadi pertanda baik, karena mereka disingkirkan Bayern Munich di semi-final via adu penalti.

  • Real Madrid 2014-15Getty Images

    Real Madrid (2014/15)

    Tiga tahun berselang, Madrid invincible lagi. Kali ini Carlo Ancelotti yang bertindak sebagai entrenador dan ia mendapatkan drawing yang menguntungkan.

    Mereka ditemani oleh Liverpool yang tengah terseok dan klub kecil dari Bulgaria, Ludogorets. Membantai Basel, yang akhirnya jadi runner-up grup, dengan skor 5-1 di matchday perdana membantu Madrid mendominasi. Sayangnya lagi-lagi ini tak menjadi pertanda baik, karena justru sang rival bebuyutan, Barcelona, yang keluar sebagai juara dan melengkapi treble.

  • Bayern Munich 2019-20Getty Images

    Bayern Munich (2019/20)

    Jangan keliru menyangka musim 2019/20 Bayern Munich mulus-mulus saja, mengingat Die Roten menyapu bersih semua laga Liga Champions mereka dan bahkan meraih treble.

    Faktanya, sebelum Hansi Flick mengambil alih tampuk kepelatihan di November, FC Bayern sedang terjun bebas. Pelatih asal Jerman itu layak diberi kredit sebesar-besarnya karena mampu menciptakan salah satu tim terbaik dalam sejarah sepakbola Eropa.

  • Ajax 2021-22 Getty Images

    Ajax (2021/22)

    Ajax memang merupakan klub dengan sejarah besar di Eropa, tapi mereka tak akan menjadi tim yang dijagokan untuk menyapu bersih fase grup Liga Champions di era semodern 2021/22.

    Namun, bersama Sebastian Haller yang sedang gacor-gacornya, armada Erik ten Hag mendominasi grup beranggotakan klub ngetop Eropa Borussia Dortmund, Sporting, dan Besiktas.

    Sebagian besar anggota skuad mereka, termasuk Haller, Antony, Lisandro Martinez, hingga Ryan Gravenberch, kini telah hijrah ke klub lain - demikianlah nasib seekor ikan kecil di rantai makanan sepakbola Eropa.

  • Liverpool 2021-22 Porto Getty Images

    Liverpool (2021/22)

    Kesempurnaan Liverpool di 2021/22 adalah salah satu kampanye paling impresif di deretan ini, mengingat mereka tergabung bersama Atletico Madrid, Porto, dan AC Milan.

    Berkali-kali mereka nyaris tak menang, tapi The Reds memaksimalkan momentum yang dimulai dari fase grup untuk mencapai final - di mana (lagi-lagi) mereka dibikin patah hati oleh Real Madrid yang maha efisien.

  • Bayern Munich 2021-22 Getty Images

    Bayern Munich (2021/22)

    Tim ketiga yang memenangkan segalanya - di fase grup - pada musim 2021/22: Bayern Munich.

    Die Roten mencatatkan selisih gol paling epik dibanding dua tim lainnya: mencetak 22 gol dan hanya kebobolan dua kali. Membantai Barcelona 3-0 di kandang dan tandang berkontribusi banyak pada pencapaian itu.

  • Bayern Munich 2022-23 Getty Images

    Bayern Munich (2022/23)

    Bayern Munich menorehkan poin maksimum untuk ketiga kalinya dalam empat musim pada 2022/23, ditutup dengan kemenangan 2-0 atas Inter Milan. Barcelona lagi-lagi jadi bulan-bulanan mereka dengan skor agregat 5-0 di dua laga fase grup.

    Napoli hampir menyusul Bayern, namun sayangnya pasukan Luciano Spalletti ditumbangkan dua gol telat Liverpool di matchday terakhir.

  • Joselu Jude Bellingham Real Madrid 2023-24Getty

    Real Madrid (2023/24)

    Meski dominan di Liga Champions dalam beberapa tahun terakhir, 2023/24 adalah kali pertama Real Madrid mencatatkan rekor 100 persen di fase grup sejak 2014.

    Dan perjalanan mereka tak sepenuhnya mulus. Union Berlin hampir merusak catatan ini di kandang dan tandang, tetapi Jude Bellingham cs mampu menyingkirkan semua penghalang pada akhirnya.

  • Oscar Bobb Rico Lewis Manchester City Red Star Belgrade 2023-24 Champions LeagueGetty

    Manchester City (2023/24)

    Manchester City akhirnya menyudahi kutukan mereka di Eropa dengan menjuarai Liga Champions untuk pertama kalinya musim lalu, dan sang juara bertahan pun bergabung dengan deretan elite ini musim ini. Armada Pep Guardiola memang diuntungkan oleh drawing yang tak terlalu berat, tapi mereka mampu menunjukkan tekad dan rasa lapar di saat tim lain mungkin sudah kehilangan motivasi.

    Sang treble-winners berhasil comeback untuk menghantam Red Star Belgrade dan RB Leipzig di kandang dan dibikin berjuang sampai menit akhir pertandingan untuk meraih tiga poin di markas Young Boys. Mereka menurunkan tim lapis kedua berisikan para youngster di laga pemungkas, tapi tetap mampu merenggut milestone ini saat melawat ke Red Star.