Wayne Rooney - Playing Surface

Wayne Rooney, Emas Dalam Generasi Gagal Timnas Inggris

"Si Gempal" bernomor punggung sepuluh itu akhirnya menutup buku di Wembley, Jumat (16/11) dini hari WIB. Wayne Rooney mengakhiri pengabdiannya untuk Timnas Inggris, yang sudah dibela sejak masih bocah pada Februari 2003 silam.

Kala itu umurnya baru 17 tahun 111 hari dan jadi pemain termuda kedua yang mengukir penampilan untuk tim senior Inggris. Berselang 206 hari, Rooney lantas jadi pemain termuda dalam sejarah The Three Lions yang mencetak gol.

Ratusan pertempuran di segala ajang akbar maupun sekadar uji coba dilalui sejak saat itu. Mulai sebagai youngster, kemudian jadi penggawa senior, dipilih untuk mengemban ban kapten, hingga kini berstatus legenda.

Artikel dilanjutkan di bawah ini
Wayne Rooney - Playing Surface

Usai 32 menit terakhirnya di Wembley yang berakhir dengan kemenangan telak 3-0 atas Amerika Serikat, total sudah 120 caps diukir Rooney. Angka yang menempatkan bomber 33 tahun itu duduk sebagai runner-up pementas terbanyak sepanjang sejarah Inggris.

Menjadi jauh lebih istimewa, karena selama periode tersebut Rooney sanggup menggelontorkan 53 gol. Angka yang tak mampu dicapai bomber Inggris mana pun dan menjadikannya sebagai pengemban predikat topskor sepanjang masa.

Tangisan pun mengiringi kepergian Rooney dari rumput hijau Wembley, dengan diiringi tepuk tangan riuh puluhan ribu penonton, rekan setim, maupun lawan. Perasaan bahagia mengiringi langkah terakhirnya dengan jersey kebanggaan Tim Tiga Singa.

"Ini persis seperti apa yang saya bayangkan. Adalah luar biasa ketika federasi sepakbola negara Anda memberi penghormatan untuk pemain yang sudah memberi banyak hal, dalam kancah internasional. Itu merupakan hal yang bagus dan saya percaya akan terjadi lagi pada legenda baru nanti," ujar Rooney selepas laga, seperti dikutip The Guardian.

Wayne Rooney - Playing Surface

Namun fakta ironis juga mengiringi partai perpisahan Rooney. Seperti pernah disinggung dalam editorial terdahulu Goal Indonesia, eks kapten Manchester United itu kini resmi masuk dalam generasi gagal Inggris. Generasi tanpa gelar.

Selama 15 tahun masa abdinya, Rooney memainkan sebagaian besar perannya bersama sosok-sosok tersohor layaknya Rio Ferdinand, Steven Gerrard, Frank Lampard, Michael Owen, hingga David Beckham. Prestasi terbaik mereka adalah mentok di perempat-final Euro 2004, Piala Dunia 2002, Piala Dunia 2006, dan Euro 2012.

Padahal nama-nama yang disebut di atas adalah legenda besar di level klub, tak terkecuali Rooney. Alih-alih persembahkan trofi yang terakhir hadir pada 1966, menyamai prestasi Paul "Gazza" Gascoigne cs atau Alan Shearer cs dengan menembus semi-final Piala Dunia 1990 dan Euro 1996 pun urung dilakukan.

Belakangan Rooney mengungkap bahwa pelabelan "Generasi Emas" yang sempat dihadirkan oleh media dan publik, jadi penghambat terbesar dirinya bersama rekan-rekannya tampil maksimal untuk Inggris.

Wayne Roone - Playing Surface

"Terdapat waktu di mana saya tidak bisa menikmati [bermain untuk Inggris] sebanyak yang harusnya saya rasakan. Itu terjadi karena tekanan yang saya berikan pada diri saya sendiri. Sesuatu yang ketika Anda ada di mode itu, tidak ingin Anda akui ada di sana,"  terang Rooney jelang laga perpisahannya, seperti dikutip The Sun.

Masuk akal memang, karena mental selalu jadi masalah akut Inggris sebelum era kepelatihan Gareth Southgate sekarang. Mereka dikenal hanya dahsyat di partai-partai kualifkasi atau uji coba. Rooney pun terpengaruh, seturut fakta cuma tujuh dari 53 gol-nya untuk Timnas yang lahir di turnamen akbar.

Sebagai catatan, Rooney terlibat dalam enam turnamen akbar bersama Inggris yang tersebar antara Euro dan Piala Dunia. Empat dari tujuh gol-nya juga terjadi dalam satu turnamen, yakni di Euro 2004 yang jadi pentas akbar perdananya.

Seakan dibuat frustrasi oleh kegagalan hebat "Generasi Emas" Rooney, sebagian khalayak sepakbola Inggris bahkan mempertanyakan keputusan federasi sepakbolanya, FA, memberikan partai perpisahan untuk suami dari Coleen McLoughlin itu.

Wayne RooneyGOAL

Sikap yang amat ditentang Southgate. "Kami adalah negara aneh yang meratapi kenyataan bahwa kami belum mencapai sebanyak yang kami inginkan. Kemudian kami memiliki pemain yang harus dihormati dan kami justru menghabiskan banyak waktu untuk memperdebatkan penghormatan untuknya," kecam Southgate, seperti dikutip beIN SPORTS.

Pada akhirnya memang tak bisa dibantah bahwa Rooney masuk dalam generasi gagal Inggris. Namun dia adalah emas, dalam generasi kelam tersebut. Apa yang diberikannya untuk sepakbola Negeri Ratu Elizabeth di kancah internasional bahkan bisa dikatakan lebih krusial dibanding rekan-rekan tersohornya, seperti Gerrard atau Lampard.

Koleksi 120 caps dan statusnya sebagai topskor sepanjang masa dengan koleksi 53 gol bukanlah pencapaian sembarangan. Ada masa di mana Inggris begitu bergantung padanya. Masa yang mungkin dianggap kelam, tapi Wazza ada di situ sebagai cahaya.

Rooney boleh dicap gagal, tapi senyum layak terlukis di wajah sangarnya karena tahu telah mewariskan inspirasi besar pada bintang-bintang muda andalan layaknya John Stones, Dele Alli, Raheem Sterling, dan tentunya Harry Kane. Ya, generasi yang sudah memberi bukti kemilaunya di Piala Dunia 2018 lalu.

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

A post shared by Goal Indonesia (@goalcomindonesia) on

Goal 50 HP GFX Luka ModricGoal
Iklan