Vietnam dan Thailand dituding memainkan sepakbola gajah di laga pamungkas Grup A di Stadion Madya, demi menjegal langkah Indonesia U-19 di ajang Piala AFF.
Pasalnya, dua tim pertama bermain "asal-asalan" ketika skor sudah menunjukkan angka imbang, 1-1. Vietnam dan Thailand dinilai bermain tidak profesional dan mengabaikan asas fair play.
Alhasil, Indonesia gagal lolos ke semi-final, sementara Vietnam dan Thailand dipastikan melaju ke babak empat besar karena unggul dalam head-to-head. Seperti diketahui, skuad Garuda Muda tak mampu membuat gol saat melawan Vietnam dan Thailand di mana dua laga itu diakhiri dengan skor kacamata.
Indonesia sebetulnya meraih kemenangan fantastis atas Myanmar, 5-1, di Stadion Patriot Candrabhaga. Namun, dugaan kongkalikong yang dilakukan Vietnam dan Thailand yang dengan sengaja menuntaskan laga dengan skor imbang 1-1, Muhammad Ferarri cs pun harus mengelus dada, gagal mengamankan tiket ke semi-final.
Pelatih Indonesia Shin Tae-yong sampai-sampai tak sungkan menyebut Vietnam dan Thailand adalah tim pengecut. Juru taktik berkebangsaan Korea Selatan itu meyakini, dua tim terakhir ketakutan berjumpa Indonesia di fase berikutnya sehingga memainkan sepakbola gajah.
Bagi Tae-yong, Vietnam dan Thailand adalah tim tangguh saat ini di belantara sepakbola Asia Tenggara, dan tak selayaknya mempertontonkan skenario menjijikan seperti itu.
“Vietnam dan Thailand tampaknya dalam posisi takut kepada Indonesia, makanya saya tersinggung,” ucapnya kepada awak media.
“Seharusnya menjalankan fair play di saat sekarang ini. Tetapi nyatanya tidak seperti itu!” tegas sang pelatih.
"Dengan demikian, Vietnam dan Thailand juga merasakan performa Indonesia semakin kuat dan baik. Jadi, mereka membuat hasil pertandingannya seperti itu," tuding Tae-yong.
Mirisnya, Indonesia sebetulnya memiliki produktivitas gol yang luar biasa dibanding dua rivalnya itu. Selisih gol Garuda Muda menyentuh +15, sementara Vietnam hanya +9 dan Thailand +6.
Namun, lantaran merujuk pada regulasi head-to-head, Vietnam praktis menjadi juara grup, Thailand di posisi kedua, disusul Indonesia di bawahnya, walaupun ketiga tim memiliki poin yang sama yakni 11.
Tae-yong mengecam AFF karena masih menggunakan head-to-head dalam menentukan kelolosan fase penyisihan grup. Padahal, sebagaimana diketahui, FIFA dan AFC sudah tak lagi memakai sistem seperti itu.
"AFF ini aneh. Di turnamen-turnamen berikutnya kriteria seperti itu jangan dipakai lagi," seru Tae-yong.
