Willian Eden Hazard ChelseaPaul Ellis

Tiada Masalah Selain Mo Salah


OLEH    YUDHA DANUJATMIKA     Ikuti di twitter

Lima menit jelang akhir pertandingan, Willian berhasil menembus kotak penalti Liverpool dan sedikit melebar ke arah kanan. Sebentar menengok ke kiri, ia melihat Alvaro Morata berlari ke tiang jauh, lalu dilambungkannya umpan silang yang manis. Adapun umpan silang itu salah dibaca oleh Simon Mignolet, bukannya mengarah pada Morata, bola justru langsung menyasar gawang. Gol penyama kedudukan pun tidak terhindarkan.

Antonio Conte langsung merayakan gol tersebut setelah berdiri tegang selama lebih dari 20 menit. Penantian dan pertaruhan sang manajer akhirnya terbayar juga. Dengan strategi yang seolah-olah tampak sederhana, Chelsea akhirnya bisa mencetak gol ke gawang Liverpool walau ada sedikit bau keberuntungan di sana.

Betapa tidak, terlepas dari permainan rumit di belakang dan pressing ketat di tengah, skuat Conte nyaris mengulangi beberapa pola sama dalam serangan. Terlihat dengan jelas bagaimana bola selalu diserahkan kepada Eden Hazard setiap kali serangan dikonstruksi. Gelandang Belgia itu pun menghidupi peran utama yang diberikan kepadanya, berkali-kali merusak pertahanan The Reds dengan dribel ciamiknya.

Artikel dilanjutkan di bawah ini
Willian Eden Hazard ChelseaPaul Ellis

Gol Willian sedikit berbau keberuntungan.

Pendekatan taktik ini sebenarnya bukan hal baru untuk Liverpool. Hampir setiap lawan The Reds selalu menerapkan serangan balik sederhana dengan tumpuan satu pemain. Kemampuan individu saja dianggap mampu menembus deretan bek-bek The Reds.

Memang, strategi Conte tak langsung berbuah manis karena para bek Jurgen Klopp secara tumben mampu tampil di atas rata-rata. Namun skema konstruksi serangan yang terus berulang secara tidak langsung menyampaikan pesan: lini belakang Liverpool pasti jebol, bahkan dengan taktik sederhana sekalipun.

Sorotan untuk Lini Tengah

Singkatnya, pertahanan Liverpool tampil di atas rata-rata. Ragnar Klavan dan Joel Matip tampil impresif dalam meredam Hazard. Sementara itu, Alberto Moreno bangkit dari performa buruk untuk membungkam Davide Zappacosta dkk. Joe Gomez tak perlu dijelaskan lebih lanjut, ia selalu dingin dan kejam dalam bertahan.

Namun The Blues mendapat durian jatuh di Anfield, yakni lini tengah yang minim keseimbangan dan minim kewaspadaan. Melihat aliran bola yang begitu cepat dari lini belakang ke lini depan Chelsea, rasanya lapangan tengah Liverpool seperti kosong begitu saja.

James Milner, Liverpool, Eden Hazard, ChelseaShaun Botterill

Milner & Henderson jadi titik lemah Liverpool

James Milner, Jordan Henderson, dan Philippe Coutinho dipercaya untuk mengisi sektor tersebut di Anfield. Hal yang patut disayangkan adalah ketiganya tak mampu menjawab kepercayaan Jurgen Klopp. Milner jadi beban permainan, sangat sering kehilangan bola, dan lambat dalam mengalirkan serangan. Hendo pun sama saja, sering melebar dari posisinya walau diberi peran sebagai pengangkut air. Sementara itu, Coutinho tak mungkin menjaga keseimbangan – karena ia adalah gelandang yang cenderung ofensif.

Hendo dan Milner sangat lemah terhadap pressing dari N’Golo Kante plus Danny Drinkwater. Selain kehilangan bola, mereka juga selalu gagal dalam membendung serangan The Blues. Statistik yang menyolok mata secara gamblang mengungkap hal itu, seiring Hendo mencatatkan nol tekel, nol intersepsi, nol blok, dan nol sapuan. Aliran serangan Chelsea pun jadi mudah lewat begitu saja – sehingga Hazard punya ruang lebar untuk “menari”.

Tiada Masalah Selain Mo Salah

Melihat permainan Chelsea di Anfield, kiranya dapat ditarik benang merah bahwa yang patut ditakuti hanyalah Mohamed Salah. Mungkin bayangan ini sudah terbesit di benak Conte ketika melihat starting XI yang diturunkan Kloppo. Tidak ada Sadio Mane, tidak ada Roberto Firmino, justru Daniel Sturridge dan Alex Oxlade-Chamberlain yang dimainkan.

Sturridge memang pernah jadi salah satu striker terbaik Inggris, tapi tampaknya era tersebut sudah lewat. Kecepatan kaki sang bomber tidak lagi terlihat dan kelihaiannya melihat celah di lini belakang lawan pun mulai pudar. Eks penggawa Chelsea itu hanya mencatatkan 30 sentuhan, dua tembakan dan tak ada yang mengarah ke gawang. Kemampuan mengumpannya memang mengalami peningkatan, tetapi bukan itu yang dicari dari sang striker.

Mohamed SalahGetty

Liverpool mulai bergantung pada Salah?

Di sektor kiri, Ox menunjukkan peningkatan dari performa. Kemampuannya menusuk dan mendribel bola layak dapat pujian. Hanya saja, ia tidak menunjukkan konsistensi selama 88 menit bermain. Ada momen magis yang berujung pada umpan silang apik, tetapi lebih banyak terjadi salah kontrol, salah umpan, dan kecolongan. Minim produk akhir yang bisa diberikan oleh pembelian asal Arsenal itu.

Minimnya kecemerlangan di lini depan membuat opsi Coutinho terlimitasi. Playmaker Brasil itu kerap kali mengoper ke kanan walau ia ditempatkan agak ke kiri. Beberapa kali dapat disaksikan, terutama di paruh pertama, ia memilih untuk mengalirkan bola pada Salah yang dikawal dua pemain ketimbang kepada Ox yang hanya berhadapan satu lawan satu dengan Zappacosta.

Ketergantungan kepada Salah ini sedikit mengingatkan pada performa Liverpool di era Brendan Rodgers. Pada kala itu, The Reds bergantung pada Luis Suarez dan mereka jadi salah satu klub paling produktif di Liga Primer Inggris. Mereka bahkan nyaris juara di musim 2013/14 berkat ketajaman Suarez – dan sumbangsih dari Sturridge yang tak terlalu sering cedera. Melihat 15 gol yang telah dilesakkan oleh Salah musim ini, tidak mustahil jika momen 2013/14 bakal terulang.

GFXID - Mo Salah, Liverpool

Namun bagi klub-klub pesaing Liverpool di Liga Primer Inggris, tiada masalah selain Mo Salah. Perlu diingat bahwa di era nyaris juara Liverpool, lini tengah diperkuat oleh kapten legendaris Steven Gerrard dan lini belakang dikawal oleh wakil kapten Daniel Agger. Kedua sosok tersebut memberikan ketangguhan di lini tengah dan belakang, plus ultra punya mentalitas pemenang nan dominan.

Kegemilangan Salah takkan bisa maksimal hanya dengan dukungan dari kapten Jordan Henderson dan wakil kapten James Milner. Lebih dari perburuan bek, Jurgen Klopp sebenarnya yang lebih darurat adalah kehadiran mental pemenang yang bisa mengangkat moral skuat di tengah lapangan - salah satu aspek menonjol yang hilang sejak kepergian Gerrard.

Iklan