Sejak strategi J-League merambah seantero Asia yang dimulai pada 2012, kompetisi tertinggi di Negeri Sakura itu menjalin kemitraan dengan tujuh negara, meliputi Thailand, Vietnam dan tentu saja Indonesia. Terobosan apa saja yang telah dibuat di bawah kerja sama ini?
Strategi yang digagas Departemen Bisnis Luar Negeri J-League adalah dengan meningkatkan kesadaran fans terkhusus di Asia Tenggara. Pers Indonesia diundang ke Jepang untuk melihat laga pembuka musim 2023, dan apa saja proyek dan target yang dicanangkan kompetisi elite Asia ini?
'Growth Together with Asia'
J-League memulai strategi mereka di belantika sepakbola Asia pada 2012. Saat ini, banyak liga di ASEAN yang menjalin kerja sama, dan kepala Departemen Bisnis Luar Negeri J-League, Takeyuki Oya, merinci awal mula strategi ini dibentuk.
"Pada 2011, terjadi gempa bumi besar di Jepang Timur, dan kehidupan orang-orang berubah, fans berhenti datang, dan lingkungan sepakbola dan olahraga lainnya berubah, dan J-League berada dalam situasi yang sulit. Saat itu, kami mengatakan 'ayo memulai sesuatu yang baru', dan di tengah fokus pada usaha jangka menengah-panjang, kami mulai membicarakan tentang ekspansi ke Asia Tenggara, yang sebelumnya kami fokuskan di dalam negeri," tuturnya.
Ketika dia memulai penelitian lapangan di Asia Tenggara sebagai persiapan awal dari strategi Asia, dia mendapatkan kesan bahwa "ada orang-orang yang memiliki gairah lebih besar daripada Jepang terhadap sepakbola. Sebagai contoh, Vietnam mencapai final turnamen AFC U-23 untuk pertama kalinya, tiga atau empat tahun lalu. Di final turnamen untuk usia U-23, ada sebanyak 100.000 ribu orang berkumpul di National Stadium".
Oya menjelaskan dua elemen krusial sebagai alasan awal menggagas strategi Asia di Asia Tenggara.
"Levelnya meningkat pesat, dan ada beberapa pemain seperti Chanathip [saat ini di Kawasaki Frontale], yang aktif di J1 dari Asia Tenggara. Yang ketiga adalah aspek ekonomi. Perusahaan-perusahaan Jepang sudah lama aktif memasuki Asia Tenggara. Meskipun dihentikan sementara karena corona, ada permintaan yang tinggi untuk travel ke Jepang dari Asia Tenggara. Jadi, kami memulai pada 2012, bukan hanya agar J-League berkembang dengan memaksimalkan sepakbola, tapi juga jembatan antara Asia, untuk berkontribusi pada kegiatan bisnis dan aktivitas administratif, dan demi meningkatkan nilai sepakbola itu sendiri," urainya.
Faktanya, J-League mengangkat tagline 'Growth Together with Asia' seiring berkembangnya strategi Asia. Selama komunikasi awal, mereka fokus pada berbagai tantangan di Asia Tenggara.
(C)Getty images"Ada masalah umum di liga-liga Asia Tenggara bahwa jumlah penonton di stadion tidak meningkat. J-League juga memiliki periode seperti itu, di mana tidak ada yang datang ke stadion sekalipun dinanti-nantikan. Sebagai contoh, para pemain pergi ke sekolah dasar untuk membicarakan diri mereka sendiri, atau mereka harus keluar dari stadion mereka sendiri. Kecuali mereka melakukan kegiatan di kampung halaman, klub tidak akan bertumbuh. Jadi, kami membuka workshop di daerah setempat, memberitahu mereka bagaimana kami membangunnya di J-League, dan mereka juga datang ke Jepang untuk melihat tidak hanya pertandingan, tapi juga suasananya," ungkapnya.
Di sisi lain, Oya mengungkapkan bahwa J-League juga memasukkan aspek-aspek menarik dari Asia Tenggara.
"Ada pula kecintaan yang besar terhadap sepakbola, serta kualitas video dan gambar yang sangat tinggi. Sehingga, kini kami selalu berusaha untuk memanfaatkan perusahaan luar negeri sebanyak mungkin, dengan sikap belajar bersama. Kami mengadakan workshop di daerah setempat dan mereka juga datang ke Jepang untuk melihat tidak hanya pertandingan, tapi juga suasananya. Kami bukan dalam posisi menerima dukungan J-League, melainkan kami berbagi pengalaman dan belajar dari kepekaan luar biasa mereka," kata Oya.
Kekuatan yang berbeda dari Liga Primer
Yoshikazu Nonomura, yang menjadi chairman J-League sejak Maret tahun lalu, telah menetapkan salah satu strategi pertumbuhan yang bertujuan agar kompetisi teratas di Jepang menjadi konten global. Apa yang diharapkan Oya dari negara-negara Asia adalah meningkatnya nilai-nilai J-League di dunia.
"Asia memiliki populasi yang besar. China, India, Bangladesh, Pakistan, dll, memiliki jumlah penduduk yang besar, sehingga dari segi potensi, merupakan kawasan paling potensial dibanding Eropa dan Amerika Selatan. Bagaimana menjadikan potensi ini sebagai siklus dan sistem yang mengarah pada perkembangan sepakbola Asia? Sekarang, anak-anak Asia juga menonton sepakbola Eropa dan amat sangat mencintainya. Namun, di antara mereka yang sangat bersemangat, bagaimana negara dapat memperkuat sepakbola mereka sendiri dengan mengarahkan minat dan sumber daya mereka ke sana? Saya rasa bahwa setiap negara di Asia harus memikirkan ini," ulas Oya.
Kendati demikian, modal yang sangat besar di Asia juga menjadi masalah utama di Eropa. Bagaimana Oya memandang realita ini?
"Saya kira, itu tergantung apakah sebuah klub yang ingin dibeli investor demi diri mereka sendiri. Memiliki klub di Liga Primer menjadi status bagi perusahaan-perusahaan besar dan individu investor, dan saya kira ada banyak kasus di Amerika Serikat di mana orang-orang membeli dengan harga rendah dan meningkatkan nilainya melalui manajemen mereka sendiri. Di situasi semacam ini, adalah fakta bahwa Jepang tidak dipilih secara realistis pada saat ini. Pentingnya untuk membuat segala sesuatunya menarik."
Dengan struktur kekuatan seperti itu dalam dunia sepakbola, Oya mengatakan bahwa hal pertama yang harus dibidik J-League adalah "meningkatkan kemampuan atletik sepakbola Asia dan menciptakan lingkungan di mana para bintang dari setiap negara bisa bersinar di J-League".
(C)Getty images"Sama seperti yang dilihat semua orang ketika Hidetoshi Nakata bergabung ke Perugia di Serie A, ada pula Nakata dari setiap negara. Ketika anak-anak melihat itu, mereka akan mengikuti jejak mereka. Kami ingin menciptakan hubungan antara liga kasta teratas Jepang dan Eropa, namun di level yang sedikit lebih rendah, antara J-League dan Asia, dan ketika ada puluhan pemain ASEAN di J-League, itu akan menjadi liga yang bisa ditonton. Ini adalah liga di mana ada beberapa pemain dan pahlawan dari negara sendiri dan hal itu berbeda dengan Liga Primer dalam hal keterikatan terhadap klub. Kami ingin berkontribusi terhadap perkembangan speakbola ASEAN dengan cara kami sendiri."
Sebagai bagian dari strategi Asia, media Indonesia diundang untuk mendapat kesempatan merasakan sejarah sepakbola Jepang di Museum Sepakbola Japan Football Association [JFA] dan merasakan antusiasme dari stadion di laga pembuka J1 League antara Kawasaki Frontale dan Yokohama F.Marinos pada 17 Februari lalu.
GettyMedia Indonesia menggambarkan bahwa "tur ini memungkinkan kami mengobservasi dan menganalisis perkembangan dari J-League secara lebih dekat, dan itu merupakan pengalaman spesial. Kami harap bisa memberi publik informasi yang kami peroleh, memberi mereka wawasan yang berharga, dan memiliki pengaruh positif terhadap peningkatan sepakbola Indonesia".
J-League, yang menempati posisi penting dalam perkembangan sepakbola Asia, terus mempererat hubungan dengan negara lain untuk mencapai kemaslahatan bersama.
