Tiga poin dari enam pertandingan fase grup Liga Champions, jelas menjadi aib bagi fans Juventus mana pun.
Satu grup dengan Paris Saint-Germain, Benfica, dan Maccabi Haifa, Bianconeri benar-benar babak belur bak tim medioker, kepayahan meladeni para rivalnya itu demi lolos ke babak gugur.
Setelah membuka dua laga awal dengan kekalahan dari PSG dan Benfica, Juve memetik kemenangan pertama di UCL musim ini dalam matchday 3 kontra Haifa. Namun, kebangkitan itu hanya berjalan sesaat.
Di perjumpaan kedua dengan Haifa, Si Nyonya Tua dihajar 2-0.
Alih-alih balas dendam dengan Benfica dan PSG di pertarungan kedua, pasukan Massimiliano Allegri justru kembali menelan kekalahan, masing-masing dengan skor 4-3 dan 2-1.
Juventus sebetulnya punya mimpi besar menyudahi kutukan Liga Champions dengan menjadi juara di musim ini, aktualnya mereka tak bisa berbuat banyak dengan hanya memenangkan satu dari enam pertandingan babak grup.
Beruntung Bianconeri, mereka masih bisa mengamankan play-off Liga Europa meski perolehan poin mereka dengan Haifa sebetulnya sama -- skuad Allegri berhak ke Liga Europa karena unggul selisih gol.
Sejarah mencatat, ini adalah sejelek-jeleknya kiprah Juventus di Liga Champions edisi mana pun. Dengan hanya memperoleh tiga dari 18 poin potensial, itu merupakan poin terendah dalam sejarah Juventus di kompetisi kasta tertinggi Eropa itu.
Dengan kata lain, perioe kedua Allegri di Juventus membawa klub berada pada titik nadir mereka di UCL setelah di periode pertama sang juru taktik sukses mengantar tim menjadi runner-up edisi 2015/15 dan 2016/17.