dybala juventus disperatoGetty Images

Memang Pahit, Tapi Bercerai Dengan Paulo Dybala Adalah Keputusan Terbaik Juventus

Ketika kepergian Paulo Dybala dikonfirmasi Senin (21/3) kemarin, kakaknya, Gustavo, mengunggah sebuah pesan singkat penuh makna: "Unbelievable."

Padahal sebenarnya, ini tak terlalu sukar dipercaya.

Perceraian ini memang sudah hampir pasti terjadi sejak lama. Semakin lama saga kontrak Dybala berlangsung, semakin mungkin berakhir dengan kepergian penyerang Argentina itu.

Kendati begitu, tetap saja tak sedikit loyalis Bianconeri yang syok membaca berita bahwa salah satu pemain kesayangan mereka, yang benar-benar mencintai kariernya di Turin, akan hengkang begitu kontraknya habis musim panas nanti.

Mereka berharap bisa melihat Dybala mengakhiri kariernya di Juve, tapi harapan hanyalah harapan, dan kenyataan lebih pahit dari angan-angan.

Kontrak baru sebenarnya sudah disepakati Oktober tahun lalu. Cuma kurang tanda tangan Dybala saja.

Tetapi Juve tersadar bahwa kesepakatan tersebut tak masuk akal, baik dari segi bisnis maupun sepakbola.

Begitulah. Ketika kabar beredar bahwa Si Nyonya Tua rela menaikkan nilai kontrak Dybala menjadi €10 juta (€8 juta plus €2 juta bonus) per tahun selama lima tahun, banyak yang tidak percaya.

Angka tersebut adalah jumlah yang masif buat pesepakbola 28 tahun yang gampang cedera, terutama di iklim ekonomi sekarang.

Penggemar Dybala optimistis bahwa investasi modal bersejarah senilai €400 juta dari parent company Juve, EXOR, Desember kemarin bakal melancarkan aliran dana dan menjustifikasi pengeluaran gaji tinggi sang pemain.

Tetapi uang itu justru menyadarkan Juve.

Intervensi EXOR memang diperlukan untuk menyeimbangkan neraca dan melakukan investasi signifikan untuk skuad yang jomplang dan berkinerja buruk.

Namun lantas keputusan besar mesti diambil: sebenarnya, Juve ingin membangun tim yang terpusat pada siapa?

Jawabannya mudah.

Di saat Fiorentina sangat ingin menjual Dusan Vlahovic yang memang ingin pergi, Juve mendapatkan kesempatan emas untuk memboyong salah satu talenta muda terbaik di dunia yang bisa menjadi ujung tombak mereka selama sisa dekade ini.

Memang tidak ada jaminan keran gol Vlahovic di Turin bakal semoncer di Firenze, tapi di sisi lain tak ada jaminan pula permasalahan otot Dybala bakal hilang secara ajaib.

Ketika menatap sosok Vlahovic, Juve melihat masa depan cerah. Sebaliknya, ketika menengok ke Dybala, mau tak mau sosoknya diperkeruh dengan bayang-bayang cedera.

Pada akhirnya, menggelontorkan €75 juta buat No.9 subur yang memang amat dirindukan oleh Juve jauh lebih masuk akal ketimbang menyepakati gaji kotor senilai €92,5 juta hanya demi mempertahankan pemain yang sebenar-benarnya tak selalu cocok secara taktis di Turin.

Uang perpanjangan kontrak Dybala kini bisa diinvestasikan buat merekrut pemain yang lebih muda dan bugar, atau malah menambal posisi problematis yang sudah sejak lama menghantui mereka: lini tengah.

Seperti yang dikatakan Maurizio Arrivabene kepada Sky Sport Italia, "Dengan kedatangan Vlahovic, aspek teknis, tim, dan proyeknya berubah...."

"Tak ada yang meragukan nilai teknis Paulo, tetapi ada pertimbangan lain yang harus dipikirkan soal durasi kontrak dan faktor ekonomi lain..."

"Keputusan sudah dibuat, kami memikirkannya masak-masak tapi saya ingin menggarisbawahi satu hal: dewan Juve tidak mengambil keputusan yang merugikan Juventus, tetapi yang menguntungkan Juventus."

Paulo Dybala Dusan Vlahovic Juventus 2021-22 GFXGetty

Pesannya jelas: Bianconeri bahkan tidak yakin menurunkan gaji Dybala bakal baik buat kepentingan mereka.

Memang, menurut Corriere dello Sport dan La Repubblica, direktur Juventus Federico Cerubini mengabari agen Dybala, yakni Jorge Antun, setelah pertemuan berdurasi dua jam Senin kemarin: "Tak ada artinya saling bertemu lagi. Kami sama sekali tak tertarik mempertahankannya."

Arrivabene menyoroti, "Posisi Paulo tak lagi penting buat proyek Juve]," sehingga pihak Juventus bahkan tidak mempertimbangkan opsi mempertahankan Dybala dengan gaji yang lama (€7 juta per musim); mereka sepenuhnya menarik tawaran buat sang striker.

Memang kejam dan dingin rasanya, apalagi ini soal seseorang yang sudah mengabdi buat Juventus selama tujuh tahun terakhir, tapi itu jelas merupakan keputusan tepat dari seorang pria yang memiliki julukan 'Iron Mau'.

Tak perlu diperdebatkan bahwa Juventus kehilangan seorang pemain berkualitas. Tidak ada pemain lain yang bisa mencetak lebih banyak gol di Serie A (delapan) atau mengemas lebih banyak assist (lima) buat Bianconeri musim ini, dan itu semakin impresif mengingat dia baru tampil 21 kali.

Tetapi dalam gambaran besar, angka tersebut tak ngeri-ngeri amat, dan jumlah penampilan Dybala-lah yang justru dianggap signifikan, karena angka itu merupakan cerminan permasalahan cedera yang ia hadapi. Dia sudah absen lima kali sepanjang 2021/22 lantaran masalah otot.

Apa yang akan terjadi setelah ini layak dinantikan.

Perceraian Juve-Dybala sudah dipastikan, tetapi mereka baru akan 'pisah ranjang' dua bulan lagi.

Massimiliano Allegri selaku Allenatore selalu punya titik lemah buat Dybala, tetapi dia bisa dijamin bakal muak menghadapi hujan pertanyaan mengenai kepergian striker Argentina itu, dan mengenai apakah ia dilibatkan dalam keputusan Juventus.

Menarik pula menanti komentar Dybala soal perceraian ini, dan melihat apakah performanya terpengaruh.

Sudah jelas sejak Januari kemarin bahwa dia jengkel dengan beberapa komentar yang dilontarkan direktur-direktur Juventus di media menyoal saga kontraknya – terutama yang dilontarkan Arrivabene.

Bagaimana tidak, Dybala bahkan sampai ogah merayakan golnya ke gawang Udinese dua bulan lalu, dan memilih memelototi tempat duduk para direktur di stadion.

Ketika ditanya soal tatapan tersebut, dia menjawab: "Saya mencari teman saya, tetapi tidak bisa menemukannya."

Tak perlu heran jika Dybala merasa terluka dan kesal oleh perlakuan ini.

Dia selalu merasa sangat terhormat mengenakan jersey ikonik Juventus No.10 dan amat sangat kecewa dengan klaim Arrivabene Desember kemarin bahwa dia masih harus membuktikan komitmennya buat Juve, dan menyindirnya bahwa dia lebih loyal sama agen ketimbang sama klub.

Ingat, Juve sempat berusaha melego Dybala ke Manchester United 2019 lalu demi mengamankan jasa Romelu Lukaku, dan ia bahkan sudah merekam video selamat tinggal buat para penggemar di mana ia sampai menangis, sedih ketika mengira ia harus meninggalkan Bianconeri tercintanya.

Pada akhirnya, ia emoh pindah ke Old Trafford, dan meski proposal transfer ke Tottenham di bursa yang sama kolaps karena permasalahan hak citra, Dybala tetap tidak mau hengkang.

Dybala selalu memprioritaskan menetap di Turin, tetapi sekarang sudah tak ada lagi jalan kembali; tak ada lagi perubahan dramatis di detik-detik terakhir.

Juve dsudah menegaskan itu kepada Dybala dan para suporternya, dan itu berarti ini akan menjadi sebuah perceraian yang panjang tapi perlahan, tak berbeda dengan kepergian Alessandro Del Piero yang penuh kepahitan 2012 lalu.

Dybala memang tidak mencapai level yang sama dengan legenda Italia itu, tetapi para penggemar pasti memiliki banyak kenangan indah tentang pemain dengan kaki kiri ajaib yang, hingga saat ini, sudah mencetak 113 gol lintas ajang buat Juventus.

Pasti akan ada beberapa kecaman dan tuduhan menyoal bagaimana Juventus memperlakukan kepergian Dybala.

Namun, di saat imaji Juventus tanpa Dybala masih sukar dipercaya bagi sebagian fans, kenyataan pahitnya adalah bahwa ini saatnya untuk mengucapkan selamat tinggal kepada La Joya

Iklan

ENJOYED THIS STORY?

Add GOAL.com as a preferred source on Google to see more of our reporting

0