OLEH KRIS VOAKES PENYUSUN ADHE MAKAYASA
Manchester United akan menjamu Sevilla di Old Trafford pada Rabu (14/3) dini hari WIB nanti, dengan mereka mengincar kelolosan ke fase perempat-final Liga Champions.
Di leg pertama yang digelar di Spanyol bulan lalu, United memiliki sedikit peluang dan hanya melepaskan satu tendangan ke arah gawang selama 90 menit sebagaimana mereka memprioritaskan clean sheet dengan skor 0-0.
Beberapa pihak lantas mempertanyakan kebijakan tersebut, itu karena Jose Mourinho lebih mementingkan untuk tampil habis-habisan ketika bermain di Manchester padahal ia tahu hasil imbang di Spanyol bisa saja membuat United terlempar dari babak 16 besar.
Mourinho dianggap melakukan perjudian untuk satu ini, tapi sejarah Liga Champions lebih berpihak pada tim tuan rumah di leg kedua karena mereka kerap menuntaskan tugas lewat kemenangan di kandang. Sejauh ini, ada 30 laga di mana leg pertama berakhir 0-0 sejak kompetisi ini diubah formatnya menjadi Liga Champions pada 1992, dan tim yang bermain tandang pertama sukses melaju ke babak berikutnya sebanyak 21 kali, dengan persentase kesuksesan sebesar 70 persen.
United sendiri sukses melakukannya sebanyak tiga kali, meski mereka juga sempat gagal dua kali di dua kesempatan pertama ketika menghadapi situasi serupa -- kala memetik hasil imbang 0-0 di leg pertama.
Pada 1998, mereka berhadapan dengan AS Monaco di Old Trafford setelah bermain imbang di markas klub luar Prancis tersebut, namun mereka tersingkir berkat gol cepat David Trezeguet di leg kedua perempat-final, selagi gol penyama Ole Gunnar Solskjaer tidak mampu membawa mereka lolos.
Ceritanya hampir mirip di tahapan yang sama dua tahun kemudian saat mereka menjamu Real Madrid menyusul hasil imbang 0-0 di Madrid, dengan tim arahan Sir Alex Ferguson akhirnya menyerah kalah 3-2 di kandang.
Sejak itu peruntungan mereka berubah dan sempat menjungkalkan Barcelona di babak semi-final 2008 melalui gol tunggal Paul Scholes di leg kedua, mengalahkan bos mereka saat ini Mourinho yang waktu itu melatih Inter Milan dengan skor 2-0 di leg kedua musim 2009 setelah bermain 0-0 di San Siro, dan terakhir mengamankan kemenangan 2-1 atas Marseille pada 2011 setelah mendapati situasi yang mirip.
Mourinho sendiri punya catatan campur-campur. Pada 2004, tim Porto arahannya menyisihkan Deportivo setelah bermain imbang 0-0 di Portugal pada pertemuan pertama, sebelum kemudian menang 1-0 di Spanyol. Namun setahun setelahnya tim Chelsea yang ia arsiteki ‘ditendang’ lewat skor 1-0 melalui ‘gol hantu’ pemain Liverpool Luis Garcia di babak semi-final, setelah sebelumnya bermain imbang 0-0 di Stamford Bridge.
Dan setelah meninggalkan Inter, tim Chelsea arahannya pada 2014 mengamankan skor 0-0 di leg pertama semi-final yang digelar di markas Atletico Madrid, namun ia tak mampu terhindar dari kekalahan setelah ditekuk 3-1 di leg kedua di London barat.
Suporter United tentu berharap bahwa klub pujaannya itu mengikuti jejak Bayern Munich pada 2015 ketika mereka bermain imbang 0-0 di leg pertama babak 16 besar melawan Shaktar Donetsk. Waktu itu, tim arahan Pep Guardiola sukses membalikkan keadaan dengan membantai wakil Ukraina itu dengan skor telak 7-0 di pertemuan kedua di Allianz Arena, dan itu sampai saat ini skor tersebut tetap menjadi margin kemenangan terbesar dalam sejarah Liga Champions setelah hasil imbang 0-0.
Dalam sejarahnya, hanya ada satu kejadian di mana tim yang bertemu di fase knock-out memetik hasil imbang 0-0 di dua pertemuan, yakni dua tahun lalu ketika PSV dan Atletico harus menentukan pemenang lewat adu tendangan penalti di babak 16 besar, dengan klub Spanyol itu keluar sebagai pemenang.