Luis Enrique Mbappe Neymar GFXGetty/GOAL

Tantangan Luis Enrique Menyulap Kylian Mbappe Jadi Neymar Versi Treble Winners Barcelona Di 2015

Rezim Paris Saint-Germain bersama Christophe Galtier resmi berakhir, ditandai dengan datangnya Luis Enrique yang siap menjadi nahkoda baru menuju kesuksesan yang lebih besar di kampanye 2023/24.

Juru taktik Spanyol itu bergabung setelah pelatih Prancis itu gagal menyudahi penantian panjang klub akan kejayaan di panggung Eropa: juara Liga Champions.

Pertanyaannya, apakah bersama Enrique segalanya akan jadi beda di PSG?

Pelatih 53 tahun itu merapat ke Les Parisiens setelah memimpin timnas Spanyol di Piala Dunia 2022 dan kredibilitasnya di level klub bersama Barcelona seringkali terabaikan hanya karena apa yang dicapai klub Catalan setelahnya.

Namun, di atas kertas, peraih gelar Liga Champions itu, yang semasa aktif bermain begitu dihormati, dipercaya punya tangan dingin dalam memupuk talenta-talenta terbaik di lingkup Paris.

Tak terkecuali Kylian Mbappe, superstar, talenta, sekaligus pentolan PSG. Tugas terberat Enrique dalam memenuhi tuntutan juara Liga Champions klub jelas bakal lebih banyak bersinggungan dengan bagaimana dia menangani pemain kelas kakap sekaliber megabintang Prancis jawara Piala Dunia itu.

Enrique tidak hanya memiliki silsilah juara Liga Champions dari periode sukses dia di 2015 bersama Barcelona, tapi dia juga mengeluarkan yang terbaik dari Neymar dalam balutan seragam klub Catalan dan memimpin revolusi pemuda Brasil itu di Spanyol.

Kejayaan Barca delapan tahun lalu di Berlin dengan mengalahkan Juventus 3-1 tetap jadi satu-satunya kesuksesan Neymar di kancah Eropa sejauh ini, kendati bakatnya mengisyaratkan itu bakal jadi yang pertama dari banyak kemenangan pada saat itu, sebelum dia memutuskan untuk keluar dari bayang-bayang Lionel Messi pada 2017 setelah peran kunci dalam episode Remontada.

Sekarang 31 tahun, Neymar kala itu berusia 23 tahun dan dia mencetak 10 gol selama kampanye UCL edisi 2015, termasuk lima golnya menghadapi PSG itu sendiri di dua leg babak perempat-final dan dua kali pertemuan di Grup F, di mana pasukan Laurent Blanc - pelatih terdahulu PSG - hanya meraih satu kemenangan dari total empat pertemuan.

Liga Champions saat itu berada di bawah radar mengingat karier mengejutkan Enrique usai mengawinkan gelar La Liga dan Copa del Rey pada 2015, yang kemudian diikuti dengan rengkuhan dobel juara setahun berselang.

Total, dalam kurang dari tiga tahun menukangi Los Blaugrana, Enrique mempersembahkan sembilan trofi. PSG tahu apa yang mereka butuhkan dalam diri juru taktik 53 tahun itu.

Praktis, kedatangan Enrique harusnya menjadi kabar baik bagi Neymar yang tak lagi diinginkan di Paris. Okelah kalau bicara tentang masa emas Neymar yang sudah lewat. Tapi, bagaimana dengan Mbappe?

Superstar Prancis itu dan PSG mendapati diri mereka dalam situasi yang canggung, seiring sang striker bersikeras ingin mengakhiri sisa satu tahun kontraknya di ibu kota, sementara manajemen tak ingin melepasnya secara cuma-cuma di bursa transfer musim panas berikutnya ketika dia kemungkinan besar akan berlabuh di Real Madrid.

Desas-desus yang menghubungkan Mbappe dengan Los Blancos di musim panas ini juga agak setengah hati mengingat presiden Florentino Perez telah menegaskan bahwa skenario transfer ini tak akan terjadi di musim panas sekarang setelah El Real membuat beberapa transaksi besar.

Pada tahap ini, masih ada waktu untuk mewujudkan sebuah gerakan. Enrique harus bisa memposisikan Mbappe layaknya Neymar muda, Neymar yang berusia 23 tahun ketika angkat trofi UCL 2015.

Jika berhasil, akan ada dua pembuktian: Enrique mempertegas reputasinya sebagai pelatih juara UCL dengan mengakhiri dahaga PSG akan titel Eropa, dan nama Mbappe harum saat kelak meninggalkan Parc des Princes.

Iklan
0