"Liverpool sudah kembali" sebagaimana yang digembar-gemborkan berbagai pihak nyatanya hanya sebatas di atas kertas alias tak pernah benar-benar teruji secara sahih di lapangan.
Kampanye The Reds di edisi 2022/23 lebih cocok terangkum dalam satu kata: angin-anginan. Suka tidak suka, harus diakui keadaan pasukan Jurgen Klopp saat ini sedang tidak baik-baik saja.
Maksud hati terus mengatrol posisi untuk mendekati spot Eropa di klasemen setelah performa di paruh pertama musim yang berantakan, aktualnya klub Merseyside tak lebih sekadar tim papan tengah, di mana mereka masih tersesat di peringkat kedelapan.
Betapa gagah perkasanya anak-anak Klopp ketika membumihanguskan Manchester United -- yang baru beberapa hari merayakan titel Piala Liga Inggris -- tujuh gol tanpa respons, seakan hasil itu lantang menegaskan bahwa itu adalah titik balik Liverpool untuk menyapu bersih sisa musim dengan hasil-hasil positif untuk mengunci paling jelek tiket Liga Champions.




Nahas, teori tinggallah teori. Pasca-pembantaian ikonis itu, Liverpool malah semakin terjun bebas. Dimulai dari kejutan tim papan bawah Bournemouth yang menyengat The Reds 1-0, Real Madrid menyusul dengan menendang Mohamed Salah cs dari Liga Champions dengan keunggulan agregat 6-2 di 16 besar.
Semalam, Liverpool merangkai tiga kekalahan beruntun di seluruh kompetisi usai diluluhlantakkan Manchester 4-1. Meski Salah sempat menggila di tahapan awal laga dengan golnya, berondongan empat gol The Citizens tak terbendung lewat aksi-aksi dari Julian Alvarez, Kevin De Bruyne, Ilkay Gundogan dan Jack Grealish.
Dari tujuh laga berlalu di lintas ajang, Liverpool tercatat hanya bisa meraup dua kemenangan. Liverpool bahkan menelan lima kekalahan dari sepuluh pertandingan terkini di 2023 -- jumlah kekalahan yang sudah melebihi dari apa yang didapat di seluruh edisi 2021/22.
Tak malu-malu, selepas dibantai Man City, Klopp bahkan mengakui Liverpool beruntung tak kebobolan lebih banyak gol di Etihad Stadium, dan menyayangkan betapa loyonya penampilan pasukannya sejak kemenangan masif atas Man United.
"Jika Anda ingin mendapatkan sesuatu di sini, 14 sampai 15 pemain harus berada di puncak performa mereka dan bukan itu utamanya," kata Klopp kepada Sky Sports.
"Kami berada di siutuasi skor 3-2 ketika Robbo [Robertson] menerobos, tetapi terlepas dari itu, City bisa saja melakukan yang mereka mau karena ada ruang yang terlalu menganga, jadi kami beruntung mereka hanya menambah satu gol lagi," keluh Klopp.
GettyBelum sembuh dari kondisi babak belur, Liverpool akan menjalani duel pesakitan kontra Chelsea 5 April mendatang. The Blues juga sama-sama butuh kemenangan untuk mengembalikan status mereka sebagai tim papan atas.
Kalau sudah begini, apalah arti menjadi singa buas di hadapan Man United, jika setelahnya Liverpool malah menjadi singa ompong di laga-laga genting yang wajib hukumnya tiga poin demi membesarkan peluang setidaknya tiket Liga Champions musim depan?
Dengan 11 laga tersisa, Liverpool tak punya pilihan selain melahap semuanya dengan kemenangan, atau raihan positif lebih dominan.
Klopp harus mencari jalan keluar, sebab bila skenario yang terjadi adalah sebaliknya, klub Merseyside bahkan bisa finis lebih buruk dari posisi saat ini.
.jpg?auto=webp&format=pjpg&width=3840&quality=60)