John Henry Jurgen Klopp Mohamed Salah FSG Liverpool GFXGetty/GOAL

Liverpool Tiba-Tiba Mau Dijual, Sebenarnya Ada Apa?

Awal pekan yang mengejutkan.

Saat para penggemar Liverpool ingin menikmati kemenangan tandang Liga Primer mereka yang pertama musim ini, dan mengetahui harus menghadapi Real Madrid di babak 16 besar Liga Champions, berita mengejutkan yang bahkan tidak pernah terpikirkan oleh mereka sejauh ini tiba-tiba datang.

Pemilik klub, Fenway Sports Group (FSG), dilaporkan The Athletic membuka peluang untuk menjual The Reds, menginstruksikan Goldman Sachs dan Morgan Stanley, dua lembaga keuangan terbesar di dunia, untuk mencari pihak yang berkepentingan untuk memastikan ada calon pembeli potensial.

Artikel dilanjutkan di bawah ini

Sebuah perkembangan yang signifikan, tentu saja, dan yang disertai dengan pernyataan dari FSG, disorot bukan hanya dari pernyataan mereka tapi juga apa yang akan mereka lakukan setelah ini.

Ada, misalnya, desakan bahwa "FSG tetap berkomitmen penuh untuk keberhasilan Liverpool, baik di dalam mau pun di luar lapangan", dan pengakuan bahwa mereka "sering menerima pernyataan minat dari pihak ketiga yang ingin menjadi pemegang saham" di klub.

"Di bawah syarat dan ketentuan yang tepat," pernyataan itu menambahkan, "kami akan mempertimbangkan [adanya] pemegang saham baru jika itu demi kepentingan terbaik Liverpool sebagai klub."

Apa yang tidak terkandung dalam pernyataan itu, bagaimana pun, adalah segala jenis penolakan bahwa klub itu akan dijual, atau bahwa sebuah dokumen telah disiapkan untuk dipertimbangkan oleh calon pembeli.

Itu signifikan. Ketika dilaporkan pada 2018, bahwa Sheik Khaled Bin Zayed al-Nehayan, sepupu pemilik Manchester City, Sheik Mansour, siap untuk meluncurkan tawaran akuisisi senilai £2 miliar untuk Liverpool, FSG menanggapi dengan pernyataan yang, seperti Senin (7/11), mengonfirmasi bahwa investor baru akan dipertimbangkan "di bawah syarat dan ketentuan yang tepat", namun ada tambahan, yang terpenting, bahwa "FSG telah jelas dan konsisten: klub tidak untuk dijual."

Sama halnya di akhir tahun lalu, ketika New York Post memuat berita yang mengklaim John W Henry, pemilik utama Liverpool, bersedia menerima tawaran akuisisi. "Spekulasi yang tidak berdasar," kata seorang juru bicara klub pada waktu itu.

Dan baru-baru ini di bulan Mei, Tom Werner, pimpinan Liverpool, mengatakan kepada The Athletic bahwa FSG masih melihat klub sebagai "proyek jangka panjang," dan bahwa mereka "lapar untuk memenangkan lebih banyak trofi untuk klub."

Namun, tidak ada komentar seperti itu dalam pernyataan awal pekan ini, dan itu menimbulkan asumsi bahwa situasinya sekarang berbeda dan sikap FSG mulai melunak, meski pun ada sumber yang mengatakan kepada GOAL bahwa prospek masuknya investasi pihak ketiga, melalui saham minoritas, tetap ada dan lebih memungkinkan daripada penjualan klub sepenuhnya.

FSG telah, pada 2021, menjual sebagian bisnisnya ke RedBird Capital Partners, sebuah perusahaan investasi yang telah menyelesaikan pengambilalihan raksasa Italia, AC Milan.

RedBird membayar £654 juta kepada FSG untuk mengambil alih 11 persen saham klub yang, secara teori menghargai kepemilikan Liverpool menjadi lebih dari £5,8 miliar, namun dalam jangka pendek memungkinkan mereka untuk menyerap dampak pandemi virus corona dan mencegah mereka membebani Liverpool atau kepentingan bisnis olahraga lainnya, seperti waralaba bisbol Boston Red Sox atau tim Roush Fenway Racing NASCAR.

Pertumbuhan Liverpool di bawah FSG, baik di dalam maupun di luar lapangan, terlihat jelas, meski pun sejauh ini reputasi mereka sebagai pemilik klub tidak selalu populer di mata para suporter.

Pemilik asal Amerika Serikat (AS) itu membayar £300 juta untuk membeli Liverpool pada Oktober 2010, mengakhiri era kepemilikan George Gillett dan Tom Hicks yang penuh kontroversi, tapi Forbes memperkirakan awal tahun ini bahwa The Reds sekarang bernilai lebih dari £3,6 miliar, hasil dari era kesuksesan di lapangan, dan pertumbuhan pendapatan yang substansial.

Jurgen Klopp Liverpool Premier League 2020 GFXGetty/GOAL

Valuasi itu, kebetulan, dibuat tepat sebelum pengambilalihan Chelsea senilai £4,25 miliar oleh konsorsium yang dipimpin Todd Boehly, dan telah disarankan bahwa kesepakatan itu telah menjadi faktor dalam keputusan FSG untuk mempertimbangkan untuk menerima calon pembeli potensial yang bersedia mengakuisisi Liverpool.

Kekhawatiran atas keamanan finansial klub jika mereka gagal lolos ke Liga Champions musim depan mungkin juga punya andil.

Sementara itu, pemilik The Reds terus berinvestasi dalam infrastruktur klub, berkomitmen untuk pembangunan kembali Anfield, yang akan meningkatkan kapasitas stadion menjadi lebih dari 61.000 penonton ketika Anfield Road Stand selesai dirombak tahun depan, dan membangun kompleks pelatihan baru senilai £50 juta di Kirkby, yang dibuka pada 2020.

Dari perspektif sepakbola, FSG mengatasi awal yang sulit untuk menjadikan Liverpool sebagai salah satu manajemen terpintar di sepakbola Eropa.

Penunjukan Jurgen Klopp sebagai manajer pada 2015 disusul dengan serangkaian keputusan transfer yang cerdik di bawah direktur olahraga Michael Edwards, membuahkan hasil ketika The Reds memenangkan Liga Champions pada 2019 sebelum mengakhiri penantian 30 tahun mereka untuk gelar liga pada tahun berikutnya.

Edwards meninggalkan klub pada akhir musim lalu, dan digantikan oleh asistennya Julian Ward, tetapi Klopp menandatangani kontrak baru yang akan membuatnya tetap di Anfield hingga 2026 pada bulan April, dan pada bulan Juli, Liverpool menjadikan Mohamed Salah sebagai pemain dengan bayaran tertinggi dalam sejarah klub, memberi pemain Mesir itu kontrak baru selama tiga tahun dengan nilai sekitar £350.000 per pekan.

Mereka juga mengontrak striker Darwin Nunez dari Benfica, yang ditebus dengan harga yang bisa memecahkan rekor transfer klub.

Darwin Nunez Liverpool 2022-23 GFXGetty/GOAL

Meski pun demikian, sudah lama ada anggapan bahwa model bisnis FSG, yang mengandalkan perdagangan pemain sebagai kebalikan dari model investasi murni dari pemilik, berarti membuat The Reds tidak dapat mengimbangi para rival secara finansial, khususnya Manchester City, yang telah memenangkan empat dari lima gelar Liga Primer Inggris terakhir.

Itu adalah hal yang disorot oleh Klopp baru-baru ini, ketika menyatakan bahwa "tidak ada yang bisa bersaing" dengan City milik grup Abu Dhabi, atau bahkan Newcastle United, yang diakuisisi oleh Dana Investasi Publik Arab Saudi pada 2021.

"Beberapa klub tidak punya batasan," kata sang bos The Reds. "Kita tidak bisa bertindak seperti mereka. Itu tidak mungkin."

Apakah ada perubahan di masa depan, masih harus dilihat lagi. Saat ini cuma sedikit yang kami ketahui dan lebih banyak yang tidak kami ketahui terkait dengan situasi internal Liverpool.

Kami tahu bahwa FSG setidaknya sedang mempertimbangkan opsi mereka dan bahwa mereka telah membuat langkah pertama untuk mengidentifikasi dan menarik investor potensial, itu sudah menjadi perkembangan yang signifikan.

Tapi kami tidak tahu mengapa mereka ingin melakukannya dan kami tidak tahu siapa, jika ada, di luar sana yang siap melayangkan tawaran yang bakal sulit ditolak oleh pemilik Liverpool asal AS tersebut.

Ada banyak pertimbangan moral yang melekat pada proses akuisisi nantinya, seperti yang Anda ketahui bagaimana ketika Newcastle dan City dulu diakuisisi.

Untuk saat ini, ada lebih banyak pertanyaan daripada jawaban.

Satu hal yang pasti, beberapa minggu atau bahkan bulan ke depan di Anfield bisa menjadi menarik, baik di dalam mau pun di luar lapangan.

Iklan