6 November, yang dinanti-nanti loyalis Barcelona terwujud. Klub meresmikan perekrutan Xavi untuk menggantikan Ronald Koeman sebagai pelatih kepala, dengan harapan maestro Los Blaugrana ini bisa membawa tim ke era baru.
Tidak mudah bagi pria asli Catalan berusia 42 tahun itu, yang pernah mengecap kesuksesan besar dalam 17 tahun pengabdiannya sebagai penggawa Barca.
Sejak Xavi angkat kaki dari Camp Nou pada 2015 untuk menangani klub Qatar Al Sadd, Barca terjerembab dalam masalah finansial, yang berujung pada perpisahan dengan megabintang sekaligus sosok ikon klub, Lionel Messi, di musim panas kemarin.
Bersama Koeman sebagai juru taktik, tim pun mengalami kemalangan di lapangan.
Barcelona hanya memenangkan empat dari 13 pertandingan pertama musim ini, membuat mereka benar-benar kehilangan identitas sebagai salah satu tim yang paling disegani di dunia.
Membawa Xavi kembali ke Camp Nou memunculkan antusiasme tersendiri. Kendati pengalaman melatihnya minim, dia dipandang sebagai sosok visioner yang memahami 'gaya Barcelona', seseorang yang tumbuh dalam era Dream Team Johann Cruyff dan mengimplementasikannya secara gamblang dalam tim tiki-taka Pep Guardiola.
Tentu, Xavi tahu bagaimana merajut hubungan yang manis dengan fans.
Barca sukses memenangkan laga pertama di era baru bersama Xavi. Moral pun membumbung tinggi usai laga Derby Catalan yang berakhir 1-0. Tampak banyak perubahan dibandingkan dengan tim garapan Koeman.
Namun sejak saat itu, segala sesuatunya tak berjalan sesuai ekspektasi. Paling mencolok, kekalahan memalukan dari Bayern Munich di Liga Champions, membuat Barca terperosok ke Liga Europa untuk pertama kalinya sejak musim 2003/04.
Terbaru, Barca dipaksa bertekuk lutut dari rival abadi mereka, Real Madrid, di Piala Super Spanyol. Namun, tak bisa diabaikan pula bahwa Barca di bawah komando Xavi tetap memiliki progres.
Getty ImagesBuktinya, sejak ditangani Xavi, Barca telah memainkan delapan pertandingan La Liga: lima kemenangan, dua hasil imbang dan sekali kalah.
Jika La Liga dimulai pada 7 November atau tepat ketika Xavi resmi menangani Barca, mereka bakal menempati posisi empat besar di klasemen La Liga -- tiga poin di belakang Real Madrid, dua angka di belakang Real Betis, dan berjarak satu poin dari Sevilla.
Namun perlu dicatat, selama periode itu, tiga tim yang berada di atas Barca mencatatkan satu pertandingan lebih banyak dibanding Blaugrana. Artinya, pasukan Xavi bisa menyamai poin Madrid di klasemen La Liga seandainya Barca sukses memenangkan tabungan satu laga mereka.
Berikut pemandangan klasemen La Liga selama dua setengah bulan terakhir, untuk mengamati seberapa mampu Xavi mengangkat kembali Barca ke persaingan juara.
1. Real Madrid – 9 games, 20 points, +11 GD
2. Real Betis – 9 games, 19 points, +14 GD
3. Sevilla – 9 games, 18 points, +4 GD
4. Barcelona – 8 games, 17 points, +5GD
5. Getafe – 9 games, 16 points, +7 GD
6. Celta de Vigo – 9 games, 15 points, +5 GD
7. Villarreal – 9 games, 14 points, +8 GD
8. Atletico Madrid – 8 games, 13 points, +3 GD
9. Athletic – 9 games, 13 points, +2 GD
10. Elche – 9 games, 12 points, -1 GD
11. Valencia – 9 games, 12 points, -2 GD
12. Rayo Vallecano – 8 games, 11 points, 0 GD
13. Espanyol – 9 games, 10 points, -5GD
14. Granada – 9 games, 10 points, -3 GD
15. Osasuna – 9 games, 9 points, -2 GD
16. Real Sociedad – 8 games, 6 points, -8 GD
17. Cadiz – 9 games, 6 points, -10 GD
18. Mallorca – 8 games, 5 points, -10 GD
19. Levante – 8 games, 5 points, -9 GD
20. Alaves – 9 games, 4 points, -9 GD
Terbilang masih cukup impresif, bukan? Jadi, apakah kalian, khususnya fans Barca, masih meragukan kapabilitas Xavi?


