PSSI - Iswadi IdrisIstimewa

Kilas Balik Timnas Indonesia Di SEA Games 1977-1999


OLEH   DONNY AFRONI

Pesta olahraga multievent dua tahunan di kawasan Asia Tenggara akan segera bergulir pada pertengahan bulan ini. Cabang sepakbola menjadi salah satu olahraga favorit yang ditunggu penggemarnya. Walau hanya menampilkan pemain di bawah usia 23 tahun, sepakbola di SEA Games tetap mengundang minat tinggi.

Dalam rentang waktu 1977 hingga 1999, Indonesia mampu merebut dua medali emas, dua perak, dan tiga perunggu. Berikut kiprah Indonesia dalam 12 penyelenggaraan SEA Games.


SEA GAMES 1977


Indonesia mengawali keikutsertaan di SEA Games pada tahun ini setelah absen kala masih bernama Southeast Asian Peninsular Games. Indonesia memulai debutnya dengan kemenangan 2-1 atas Malaysia pada laga pembuka Grup A. Selanjutnya tim Merah Putih menggasak Brunei Darussalam 4-0, dan bermain imbang 1-1 melawan Filipina.

Artikel dilanjutkan di bawah ini

Di semi-final, Indonesia menghadapi Thailand. Namun laga ini dihentikan wasit Othman Omar pada menit ke-60, karena pemain kedua tim berkelahi. Komisi disiplin (komdis) SEA Games saat itu menganggap Indonesia menelan kalah, karena menjadi pemicu perkelahian. Sebagai sikap protes, Indonesia tidak mengikuti laga perebutan medali perunggu melawan Myanmar.

Pelatih: Suwardi Arland

Dibanding pelatih timnas lainnya, nama Suwardi Arland tidak begitu dikenal publik sepakbola nasional. PSSI menilai Suwardi sebagai pelatih bagus, dan sempat kelimpungan ketika menyatakan mundur menjelang laga persahabatan melawan Uruguay pada 1974. Dua tahun berselang, Suwardi kembali menangani timnas, termasuk di SEA Games 1977, dan mundur dari jabatannya pada 1978.

Pemain bintang: Iswadi Idris

Iswadi menjadi pemain pertama Indonesia yang mencetak gol di SEA Games. Dalam keikutsertaan pertama kalinya di pesta multievent empat tahun ini, Indonesia menghadapi tuan rumah Malaysia di laga pembuka. Iswadi pun menorehkan namanya di papan skor pada menit ke-28. Namun, Indonesia gagal mendapatkan medali perunggu, karena memilih kalah walk-over (WO) sebagai bentuk protes atas pemilihan Thailand ke laga final setelah pemain kedua tim terlibat perkelahian.


SEA GAMES 1979


PSSI - Wiel coerverIstimewa

Indonesia melupakan kegagalan pahit dua tahun sebelumnya saat menjadi tuan rumah tahun 1979. Hanya lima negara yang ambil bagian di cabang sepakbola. Indonesia melalui babak penyisihan dengan kemenangan atas Singapura dan Burma (sekarang Myanmar), diimbangi Malaysia, dan dikalahkan Thailand. Kondisi itu membuat perolehan poin hingga selisih gol sama dengan Thailand.

Indonesia akhirnya merebut tiket ke final setelah menang di laga play-off. Babak ini pun hanya menggelar adu penalti, dan Indonesia menaklukkan Thailand dengan skor 3-1. Namun Indonesia gagal mendapatkan medali emas di hadapan publiknya sendiri setelah dikalahkan Malaysia 1-0 di partai puncak lewat gol tunggal Mokhtar Dahari pada menit ke-17 yang disaksikan sekitar 100 ribu penonton.

Pelatih: Wiel Coerver

Wiel Coerver dinilai sebagai pelatih keras bagi pemain saat itu. Banyak pemain tak tahan dengan program arsitek asal Belanda tersebut, dan memilih tidak mengikuti seleksi hingga tuntas. Coerver mengutamakan pemain yang punya karakter kuat, dan mempunyai kualitas individu di atas rata-rata, serta mengutamakan kerja sama tim. Apalagi SEA Games 1979 dianggap sebagai perang bintang.

Pemain bintang: Haryanto

Nama Haryanto sebetulnya tidak masuk ke dalam skuat timnas berdasarkan pengumuman KONI Pusat. PSSI yang merasa dilangkahi melakukan seleksi tersendiri. Tapi posisi penjaga gawang sangat kritis, karena Taufik Lubis dan Novrizal Chai sedang sakit. Sejumlah nama dipertimbangkan masuk ke dalam skuat, seperti Sudarno dan Endang Tirtana. Namun Haryanto akhirnya dipilih setelah mampu meredam tendangan penalti Iswadi Idris dalam laga uji coba.


SEA GAMES 1981


Heri Kiswanto - Persela LamonganGoal / Abi Yazid

Indonesia untuk ketiga kalinya mengikuti SEA Games, dan kali ini diselenggarakan di Manila, Filipina. Indonesia menjalani laga grup cukup meyakinkan dengan mengalahkan Singapura 1-0 dan membekap tuan rumah 2-0. 

Namun ambisi Indonesia untuk merebut medali emas kembali kandas setelah mereka ditaklukkan Thailand dengan skor 2-0. Tim Garuda akhirnya harus puas membawa pulang medali perunggu dengan menundukkan Singapura 2-0 di perebutan tempat ketiga.

Pelatih: Bernd Fischer

PSSI kali ini menunjuk arsitek asal Jerman Bernd Fischer untuk menukangi timnas di SEA Games 1981 di Manila. Fischer mendapatkan bayaran sebesar Rp5 juta per bulan untuk membawa medali emas. Demi mewujudkan ambisi itu, sejumlah persyaratan diajukan Fischer, termasuk mendatangkan minuman khusus dari Jerman untuk mendongkrak performa tim.

Pemain bintang: Heri Kiswanto

SEA Games 1981 menjadi kiprah pertama Heri Kiswanto di pesta olahraga multievent se-Asia Tenggara, walau dua tahun sebelumnya sudah memperkuat timnas. Pria yang mengisi posisi pertahanan ini justru mengawali kariernya sebagai gelandang. Selepas SEA Games 1981, Heri kerap tampil di ajang serupa pada tahun-tahun berikutnya.


SEA GAMES 1983


PSSI - Iswadi IdrisIstimewa

Indonesia memasang target merebut medali emas di Singapura setelah dua tahun sebelumnya mendapatkan perunggu. Pada pelaksanaan tahun ini, Indonesia masuk ke dalam Grup B bersama Thailand, Brunei Darussalam, dan Burma.

Indonesia mengawali kiprahnya dengan kekalahan telak 5-0 dari Thailand. Asa sempat kembali muncul setelah menundukkan Burma 2-1. Sayangnya di laga terakhir, Indonesia hanya bermain imbang 1-1 melawan Brunei, sekaligus memastikan tim Negeri Kesultanan itu ke semi-final mendampingi Thailand. Indonesia sendiri pun gagal lolos dari penyisihan grup.

Pelatih: Iswadi Idris

Walau kariernya mentereng sebagai pesepakbola, kiprah Iswadi justru tidak cemerlang di kursi pelatih. Sea Games 1983 menjadi debut Iswadi sebagai pelatih tim nasional. Di ajang ini, Iswadi berduet dengan Bernd Fischer yang berstatus sebagai penasihat teknis.

Pemain bintang: Zulkarnain Lubis

Zulkarnain tercatat memulai kariernya bersama timnas senior ketika memperkuat Indonesia di SEA Games 1983. Walau sering bersikap indisipliner, pemain berjuluk Maradona dari Indonesia tetap mendapat kepercayaan memperkuat timnas. Zulkarnaen memiliki akurasi umpan yang bagus kepada barisan depan.


SEA GAMES 1985


PSSI - Harry Tjong

Masa kelam sepakbola Indonesia di SEA Games terus berlanjut di Thailand. Indonesia cukup beruntung bisa lolos ke semi-final setelah dikalahkan Singapura 1-0, dan ditahan Brunei Darussalam tanpa gol. Mereka melaju ke empat besar dengan status runner-up Grup A, unggul selisih gol dari Brunei.

Namun posisi itu membuat Indonesia bertemu tim favorit sekaligus tuan rumah, Thailand. Hasilnya, Indonesia menelan kekalahan terbesar di semi-final SEA Games setelah digasak Piyapong Pue-on dan kawan-kawan dengan tujuh gol tanpa balas. Indonesia pun gagal mendapatkan medali perunggu, karena dikalahkan Malaysia 1-0.

Pelatih: Harry Tjong

Ini merupakan kali kedua Harry Tjong ditunjuk sebagai pelatih tim nasional. Harry sempat menangani timnas pada 1982, namun tidak bertahan lama. Pada tahun 1987, pelatih kelahiran Makassar ini hanya bisa memakai sisa-sisa skuat Garuda 1 yang sempat berlatih di Brasil.

Pemain bintang: Ajat Sudrajat

Penampilan impresif Ajat Sudrajat bersama Persib Bandung tidak perlu diragukan lagi. Pada musim 1983/84, Ajat membantu Persib menjadi finalis Divisi Utama, dan merebut gelar pemain terbaik. Setahun kemudian, Persib kembali menjadi finalis, dan Ajat tampil sebagai pencetak gol terbanyak. Hanya saja, performa impresif itu gagal ditularkan ke timnas, termasuk ketika memperkuat Indonesia di SEA Games 1985. Ajat menduga hal ini akibat adanya perang dingin antara pemain Perserikatan dan Galatama.


SEA GAMES 1987


PSSI - Bertje Matulapelwa

Pelaksanaan SEA Games di tahun ini tidak akan terlupakan bagi publik sepakbola nasional. Untuk kali pertama Indonesia berhasil menggondol medali emas di pesta olahraga Asia Tenggara dua tahunan ini. Hal itu menjadi istimewa, karena diraih saat berlaga di kandang, Stadion Utama Gelora Bung Karno Jakarta.

Indonesia menjalani fase grup dengan mengalahkan Brunei Darussalam 2-0, dan mengimbangi juara bertahan Thailand tanpa gol. Di semi-final, giliran Myanmar digasak dengan skor 4-1. Hanya saja, medali emas baru bisa dipastikan berada dalam genggaman setelah mengalahkan Malaysia 1-0 melalui perpanjangan waktu.

Pelatih: Bertje Matulapelwa

Bertje mendapatkan tugas tidak mudah setelah Indonesia babak belur dua tahun sebelumnya. Persiapan panjang dilakukan dengan menggelar pelatnas sejak akhir 1985. Bertje pun memadukan dua pemain dari kompetisi Perserikatan dan Galatama. Hasilnya, Indonesia dibawa menembus semi-final Asian Games 1986, dan setahun berikutnya memberikan medali emas pertama di SEA Games.

Pemain bintang: Ribut Waidi

Nama Ribut Waidi kalah mentereng dibandingkan sejumlah pesepakbola saat itu, seperti Robby Darwis, Ricky Yakobi, dan Mustaqim. Tak heran kapasitas Ribut diperdebatkan ketika Bertje memanggilnya ke dalam skuat timnas. Namun pemain terbaik kompetisi perserikatan 1987 ini membalas kepercayaan itu dengan mencetak gol tunggal kemenangan pada masa perpanjangan waktu untuk memberikan Indonesia medali emas pertama.


SEA GAMES 1989


PSSI - M Basri

Indonesia menatap SEA Games 1989 di Kuala Lumpur dengan status sebagai juara bertahan. Asa sempat membumbung tinggi ketika mengawali dua laga Grup B dengan kemenangan telak masing-msing 6-0 dan 5-1 atas Brunei Darussalam dan Filipina. Skor telak itu merupakan yang pertama bagi Indonesia di ajang SEA Games. Namun di pertandingan terakhir fase grup, Indonesia menelan kekalahan 2-0 dari Malaysia.

Kekalahan itu membuat Indonesia bertemu juara Grup A Singapura. Harapan mempertahankan medali emas pun sirna setelah dikalahkan Singapura 1-0 lewat gol tunggal Fandi Achmad Saat itu Indonesia harus bermain dengan sepuluh orang sejak menit ke-34. Indonesia akhirnya harus puas mendapatkan medali perunggu setelah mengalahkan Thailand 9-8 lewat adu penalti.

Pelatih: Muhammad Basri, Iswadi Idris, dan Abdul Kadir

Untuk pertama kalinya PSSI menunjuk tiga pelatih untuk menangani tim nasional. Basri, Iswadi, dan Kadir diberi tugas untuk meloloskan Indonesia dari kualifikasi Piala Dunia 1990. Selain itu, mereka juga dibebani target mempertahankan medali emas SEA Games. Namun penunjukkan tiga pelatih sekaligus ini membuat pemain kebingungan dengan strategi yang diterapkan.

Pemain bintang: Mustaqim

Mustaqim mencatatkan namanya sebagai pencetak hat-trick pertama bagi Indonesia di ajang SEA Games. Hat-trick tersebut ditorehkan Mustaqim ketika Indonesia mencukur Brueni 6-0. Total empat gol yang diciptakan Mustaqim sepanjang SEA Games 1989. Satu gol lagi dilesakkan saat menggasak Filipina.


SEA GAMES 1991


PSSI - Anatoliy PolosinIstimewa

Indonesia tampil perkasa pada perhelatan tahun ini di Manila. Mengawali laga perdana Grup B, Indonesia mengalahkan Malaysia 2-0, dan dilanjutkan dengan menundukkan Vietnam 1-0. Tim Merah Putih kemudian menekuk Filipina 2-1 untuk merebut tiket ke semi-final sebagai pemuncak klasemen.

Di empat besar, Indonesia harus bekerja keras untuk menyingkirkan Singapura 4-2 lewat adu penalti. Menghadapi tim favorit yang baru menembus semi-final Asian Games tahun sebelumnya, Thailand, Indonesia bermain penuh semangat, dan akhirnya menggondol medali emas kedua melalui kemenangan lewat adu penalti 4-3.

Pelatih: Anatoli Polosin

Seperti halnya pelatih asal Eropa Timur, Polosin lebih suka memperhatikan kekuatan fisik. Program latihan yang diberikan pun membuat Fachry Husaini dan Ansyari Lubis mundur dari timnas, karena tidak kuat. Tak jarang pula pemain sampai muntah saat mengikuti latihan. Namun cara melatih Polosin ini memberikan hasil manis bagi Indonesia di SEA Games.

Pemain bintang: Eddy Harto

Eddy menjadi kunci kemenangan Indonesia untuk memupus ambisi Thailand merebut medali emas. Eddy yang saa itu masih berusia 29 tahun tampil tenang tanpa beban. Setelah memblok dua eksekutor penalti Thailand, Eddy pun melakukan penyelamatan dengan mematahkan penendang keenam The War Elephants.


SEA GAMES 1993


Bambang Nurdiansyah - Persija Jakarta

Indonesia memasuki arena SEA Games 1993 dengan status juara bertahan. Hanya saja, torehan negatif sebelum ajang ini digelar membuat kondisi di tim nasional bergejolak. Indonesia mengawali laga Grup B dengan mengalahkan Vietnam 1-0, dan selanjutnya menahan imbang tuan rumah Singapura 1-1. Indonesia tampil sebagai runner-up grup dengan menundukkan Filipina 3-1.

Di semi-final, Indonesia berhadapan dengan Thailand yang memburu medali emas setelah gagal di tiga penyelenggaraan sebelumnya. Indonesia pun dibekap 1-0. Indonesia gagal mendapatkan medali perunggu setelah ditundukkan Singapura 3-1.

Pelatih: Ivan Toplak

Ivan Toplak sukses membawa Yugoslavia meraih medali perunggu di Olimpiade Los Angeles 1984. Bermodalkan catatan itu, PSSI mendatangkan Toplak pada 1992 untuk membawa Indonesia lolos ke Piala Dunia 1994, SEA Games 1993, dan Olimpiade Atalanta. Namun harapan itu tidak membuahkan hasil, dan cenderung babak belur.

Pemain bintang: Bambang Nurdiansyah

Hasil buruk yang didapat selama kualifikasi Piala Dunia 1994 membuat Ivan Toplak memanggil sejumlah pemain veteran, satu diantaranya Bambang Nurdiansyah. Bambang yang sudah berusia 35 tahun mampu mengemas sepuluh gol di kompetisi Galatama. Dalam kiprah terakhirnya bersama timnas ini, Bambang masih sempat mencetak gol ke gawang Singapura dalam perebutan medali perunggu.


SEA GAMES 1995


Kurniawan Dwi Yulianto - Primavera SampdoriaIstimewa

Dibandingkan dua tahun sebelumnya, Indonesia menyambut SEA Games 1995 dengan darah segar. Sebagian besar jebolan Primavera memperkuat timnas, namun Indonesia mengawalinya dengan kekalahan 2-1 dari tuan rumah Thailand di Grup A. Selepas itu, optimisme Indonesia kembali bangkit setelah mencatat kemenangan telak 10-0 atas Kamboja, dan menekuk Malaysia 3-0.

Kemenangan atas Kamboja merupakan skor terbesar yang pernah didapat Indonesia di ajang SEA Games. Tapi di laga terakhir yang menentukan, Indonesia menelan kekalahan 1-0 dari Vietnam, sehingga gagal lolos ke semi-final. Catatan ini mengulangi kegagalan Indonesia di SEA Games 1983.

Pelatih: Romano Matte

PSSI menunjuk Romano Matte untuk menangani Indonesia pada 20 Januari 1995 setelah sebelumnya melatih tim Primavera selama dua tahun. Arsitek asal Italia ini dibantu Danurwindo dan Harry Tjong. Tak heran jika Matte banyak memakai pemain jebolan Primavera yang dikombinasi pemain 'didikan' lokal, seperti Widodo Cahyoni Putro.

Pemain bintang: Kurniawan Dwi Julianto

SEA Games 1995 menjadi debut Kurniawan Dwi Julianto di pesta multievent dua tahunan se-Asia Tenggara ini. Si Kurus, sapaan Kurniawan, mencetak gol perdananya di laga pembuka. Namun, gol itu tidak berhasil membantu, karena Indonesia dikalahkan Thailand 2-1.


SEA GAMES 1997


PSSI - Henk WullemsIstimewa

Kembali bermain di kandang membuat harapan tinggi diberikan publik sepakbola nasional. Indonesia mengawalinya dengan kemenangan 5-2 atas Laos di laga Grup A. Setelah sempat diimbangi Vietnam 2-2, Indonesia selanjutnya menghajar Malaysia 4-0 dan Filipina 2-0 untuk memuncaki klasemen.

Di semi-final, Indonesia berhadapan dengan runner-up Grup B Singapura, dan selangkah lagi mendapatkan medali emas setelah membungkam The Lions 2-1. Di partai puncak yang disaksikan 100 ribu penonton, Indonesia justru menyerah dari Thailand melalui adu penalti dengan skor 4-2. Duel ini sempat diwarnai kerusuhan penonton saat jeda babak pertama.

Pelatih: Henk Wullems

Sukses membawa Mastrans Bandung Raya menjuarai Liga Indonesia 1995/96 membuat Henk Wullems dilirik PSSI untuk menangani timnas Merah Putih menggantikan Danurwindo. Selama menangani timnas, Wullems menularkan skema permainan Total Football yang membuat permainan tim enak dilihat.

Pemain bintang: Fakhri Husaini

Kegagalan menyabet medali emas menjadi akhir perjalanan Fakhri Husaini di ajang SEA Games. Fakhri disebut menjadi salah satu playmaker murni terbaik yang pernah dimiliki Indonesia. Golnya ke gawang Singapura turut membantu Indonesia lolos ke final, walau akhirnya gagal mendapatkan kepingan emas.


SEA GAMES 1999


AFF 2008 Bambang Pamungkas - IndonesiaGetty Images

Setelah kegagalan menyesakkan di kandang, Indonesia menatap SEA Games 1999 di Bandar Sri Begawan dengan ambisi besar. Indonesia menjalani laga perdana Grup B dengan menundukkan Kamboja 1-0. Mereka kemudian menggasak Malaysia 6-0, serta diimbangi Singapura 1-1. Pada laga terakhir, Indonesia menjungkalkan tuan rumah Brunei Darussalam 3-0, sehingga memuncaki klasemen.

Di semi-final, tim Merah Putih menghadapi kuda hitam Vietnam. Namun keberuntungan tidak berpihak kepada Indonesia yang dipaksa menyerah 1-0. Indonesia akhirnya harus puas mendapatkan medali perunggu setelah mengalahkan Singapura 4-2 melalui drama adu penalti.

Pelatih: Bernard Schumm

Arsitek asal Jerman ini menjalani peran ganda sebagai direktur teknik PSSI dan pelatih timnas pada 1999. PSSI tetap mempercayai Schumm untuk menukangi timnas sekalipun gagal di kualifikasi Olimpiade 2000. Sejumlah ide kepelatihannya sempat mendapat kritikan dari pelatih lokal. Namun Schumm bergeming, dan tetap melanjutkan programnya.

Pemain bintang: Bambang Pamungkas

SEA Games Brunei menjadi debut Bambang Pamungkas bersama timnas, walau saat itu statusnya hanya pemain Diklat. Sebelumnya, Bambang mengawali karier di tim Merah Putih saat menghadapi Lithuania dalam laga persahabatan. Setelah gagal menorehkan gol di laga pembuka, Bambang pun ikut menjebol gawang Malaysia dua kali saat menang 6-0. Hanya saja, gol itu menjadi yang pertama dan terakhir bagi Bambang di SEA Games 1999.

Iklan