TUAN RUMAH EURO 1984: PRANCIS
Kejuaraan Eropa ketujuh digelar di Prancis dan disebut-sebut sebagai salah satu turnamen yang sukses, diukur dari cuaca yang baik, sepakbola menghibur, dan sedikit sekali hooliganisme. Kesuksesan ini pula yang membantu Prancis memenangi hak tuan rumah Piala Dunia 1998.
Tujuh tempat dipilih untuk menggelar turnamen, yaitu Parc des Princes di Paris, Stade Velodrome di Marseille, Stade de Gerland di Lyon, Stade Geofrroy-Guichard di Saint-Etienne, dan Stade Felix-Bollaert di Lens. Dua lagi merupakan stadion yang baru dibangun, yaitu Stade de la Beaujoire di Nantes dan Stade de la Meinau di Strasbourg.
UEFA mempertahankan format delapan peserta putaran final yang dibagi ke dalam dua grup yang terdiri dari empat tim. Dua teratas dari setiap grup lolos ke semi-final dan partai perebutan tempat ketiga kini ditiadakan. Penyelenggara juga mengatur jadwal sedemikian rupa sehingga tiga pertandingan grup dimainkan di tiga stadion yang berbeda-beda. Ini membuat masyarakat Prancis berkesempatan menyaksikan tim yang beragam, tetapi fans harus merogoh kocek lebih dalam. Faktor ini menyebabkan UEFA kembali memberlakukan penjadwalan tradisional pada turnamen mendatang.
DATA & STATISTIK
Getty
Jumlah Peserta | 8 | |
Juara: | Prancis | |
Runner-Up: | Spanyol | |
Total Gol: | 41 (2,73 per laga) | |
Topskor: | 9 Gol - Michel Platini (Prancis) | |
Total Penonton: | 599.669 (39.978 per laga) | |
Nama-Nama Stadion: | Parc des Princes (Paris), Stade Velodrome (Marseille), Stade de Gerland (Lyon), Stade Geofrroy-Guichard (Saint-Etienne), Stade Felix-Bollaert (Lens), Stade de la Beaujoire (Nantes) Stade de la Meinau (Strasbourg) |
KUALIFIKASI
Prancis lolos otomatis sebagai tuan rumah dan tujuh tim lain berasal dari juara tujuh grup pada babak kualifikasi.
Kejutan bermunculan. Portugal menyingkirkan Uni Soviet berkat penalti pada pertandingan terakhir Grup 2, sementara runner-up Piala Dunia Italia hanya menempati peringkat kelima Grup 5. Dari grup ini, Rumania mengungguli Swedia dan Cekoslowakia.
Spanyol dan Belanda sama-sama finis dengan perolehan poin yang sama di Grup 7, tetapi Spanyol lolos setelah menghancurkan Malta 12-1. Pada babak pertama Spanyol hanya unggul 3-1 dan sembilan gol lahir di babak kedua untuk mengubur impian Oranje.
Irlandia Utara nyaris lolos dari Grup 6 setelah memukul Jerman Barat kandang dan tandang, tetapi gol Gerd Strack ke gawang Albania membuat Jerman Barat unggul selisih gol.
Kedua contoh itu mendesak UEFA untuk mengubah peraturan dengan memainkan laga terakhir kualifikasi secara bersamaan. Selain itu, jika kedua tim mengumpulkan poin yang sama, rekor pertemuan keduanya yang menentukan dan kemudian selisih gol.
Wales harus menyerahkan tiket Grup 4 ke tangan Yugoslavia, yang lolos berkat gol menit terakhir ke gawang Bulgaria. Inggris disingkirkan Denmark di Grup 3, ditambah pula kekalahan 1-0 di Wembley. Itu satu-satunya kekalahan dalam 28 laga kualifikasi Inggris di bawah Bobby Robson.
Jumlah peserta dilengkapi Belgia yang secara meyakinkan menjuarai Grup 1.
Babak Grup | |
Grup 1: | Belgia, Swiss, Jerman Timur, Skotlandia |
Grup 2: | Portugal, Uni Soviet, Polandia, Finlandia |
Grup 3: | Denmark, Inggris, Yunani, Hongaria, Luksemburg |
Grup 4: | Yugoslavia, Wales, Bulgaria, Norwegia |
Grup 5: | Rumania, Swedia, Cekoslowakia, Italia, Siprus |
Grup 6: | Jerman Barat, Irlandia Utara, Austria, Turki, Albania |
Grup 7: | Spanyol, Belanda, Republik Irlandia,Islandia, Malta |
PUTARAN FINAL
Prancis menjadi favorit turnamen berkat segiempat magis di lini tengah, yaitu Jean Tigana, Alain Giresse, Luis Fernandez, dan Michel Platini.
Prancis memulai turnamen dengan kemenangan 1-0 atas Denmark di Grup A yang ditentukan Platini serta diwarnai pula cedera patah kaki Allan Simonsen.
Platini mencetak hat-trick ketika mengalahkan Belgia (5-0) dan Yugoslavia (3-2) sekaligus meloloskan Prancis ke semi-final dengan poin maksimal. Denmark menempati peringkat kedua grup dengan mengalahkan Belgia 3-2 dan Yugoslavia 5-0. Kemenangan Belgia atas Yugoslavia 2-0 melengkapi torehan 23 gol di Grup A. Produktivitas yang sangat ironis dibandingkan dengan Euro 1980.
Sebaliknya, Grup B berjalan lebih waspada. Jerman Barat mengalahkan Rumania 2-1, tetapi tersingkir berkat gol terlambat Antonio Maceda yang membawa Spanyol menang 2-1. Spanyol menjadi juara grup setelah bermain imbang melawan Rumania dan Portugal, yang menjadi runner-up.
Pada laga semi-final pertama, Prancis mengalahkan Portugal dengan skor ketat 3-2. Jean-Francois Domergue membuka keunggulan Prancis, tetapi disamakan Rui Jordao. Pada perpanjangan waktu, Jordao membawa Portugal memimpin, tetapi dibalas Prancis melalui Domergue. Platini kemudian tampil mempersembahkan gol kemenangan dramatis.
Pertarungan Spanyol dan Denmark berimbang pada semi-final lain dan berakhir 1-1 setelah gol Soren Lerby dibalas Maceda. Tidak ada gol yang tercipta pada perpanjangan waktu sehingga laga harus ditentukan melalui adu penalti. Spanyol berhasil menang 5-4.
Grup 1 | |||
Prancis | 1-0 | Denmark | 12 Juni, Parc des Princes |
Belgia | 2-0 | Yugoslavia | 12 Juni, Stade Felix-Bollaert |
Prancis | 5-0 | Belgia | 16 Juni, Stade de la Beaujoire |
Denmark | 5-0 | Yugoslavia | 16 Juni, Stade de Gerland |
Prancis | 3-2 | Yugoslavia | 19 Juni, Stade Geofrroy-Guichard |
Denmark | 3-2 | Belgia | 19 Juni, Stadio Stade de la Meinau |
Klasemen | M | M | S | K | SG | P |
1. Prancis | 3 | 3 | 0 | 0 | +7 | 6 |
2. Denmark | 3 | 2 | 0 | 1 | +5 | 4 |
3. Belgia | 3 | 1 | 0 | 2 | -4 | 2 |
4. Yugoslavia | 3 | 0 | 0 | 3 | -8 | 0 |
Grup 2 | |||
Jerman Barat | 0-0 | Portugal | 14 Juni, Stade de la Meinau |
Rumania | 1-1 | Spanyol | 14 Juni, Geofrroy-Guichard |
Jerman Barat | 2-1 | Rumania | 17 Juni, Felix-Bollaert |
Portugal | 1-1 | Spanyol | 17 Juni, Stade Velodrome |
Jerman Barat | 0-1 | Spanyol | 20 Juni, Parc des Princes |
Portugal | 1-0 | Rumania | 20 Juni, Stade de la Beaujoire |
Klasemen | M | M | S | K | SG | P |
1. Spanyol | 3 | 1 | 2 | 0 | +1 | 4 |
2. Portugal | 3 | 1 | 2 | 0 | +1 | 4 |
3. Jerman Barat | 3 | 1 | 1 | 1 | 0 | 3 |
4. Rumania | 3 | 0 | 1 | 2 | -2 | 1 |
Semi-Final | |||
Prancis | 3-2 (aet) | Portugal | 23 Juni, Stade Velodrome |
Denmark | 1-1 (aet) 4-5 (pen) | Spanyol | 24 Juni, Stade de Gerland |
Final | |||
Prancis | 2-0 | Spanyol | 27 Juni, Parc des Princes |
FINAL: PRANCIS 2-0 SPANYOL
Les Bleus melengkapi kejayaan penampilan agresif mereka dengan menjuarai turnamen besar pertama.
Final berjalan antiklimaks, dengan berkurangnya gairah menyerang seperti yang ditunjukkan pada awal turnamen. Namun, Prancis layak menjadi juara.
Spanyol, yang dilatih Miguel Munoz, tampil di final turnamen besar untuk kali pertama dalam 20 tahun terakhir dan mampu membendung gempuran Prancis selama hampir sejam pertandingan. Pada menit ke-57, tendangan bebas Platini lepas dari tangkapan kiper Luis Arconada dan bergulir masuk ke dalam gawang Spanyol. Meski Yvon Le Roux dikartumerah, Prancis memastikan keunggulan berkat keterampilan individu Bruno Bellone pada menit terakhir pertandingan.
Gol Bellone, satu-satunya dari 14 gol Prancis yang dicetak oleh striker pada turnamen ini, menjadi penutup selebrasi besar di Parc des Princes.
PERTANDINGAN TERBAIK: PRANCIS 3-2 PORTUGAL
Pertandingan mendebarkan ini dianggap sebagai salah satu yang terbaik dalam sejarah Eropa. Portugal, yang tidak diunggulkan, mengerahkan segenap kemampuan terbaik dan mampu unggul pada perpanjangan waktu meski akhirnya harus menyerah dikalahkan gol dramatis Platini.
PEMAIN TERBAIK
Getty Images
Menjadi Pemain Terbaik Eropa 1983, Platini mendominasi Euro 1984. Pemain andalan Prancis ini gemilang di lini tengah dan berdiri di podium internasional sebagai salah satu yang terbaik di dunia dengan tampil inspirasional pada turnamen. Tidak hanya mengapteni Prancis hingga juara, Platini juga menjadi topskor serta pemain terbaik turnamen.
Platini bermain dan mencetak gol dalam seluruh lima pertandingan yang dimainkan Prancis, termasuk torehan sembilan gol, dua di antaranya melalui hat-trick.
Berkarier di Nancy, Saint-Etienne, dan Juventus, Platini pernah merasakan gelar Ligue 1, Serie A, dan Piala Champions. Platini pernah menangani timnas Prancis sebagai pelatih pada 1988 hingga 1992 dan mencatat rekor 19 penampilan tak terkalahkan sebelum fokus di dunia kepengurusan sepakbola.
Pada 2007, Platini menjadi presiden UEFA. Namun, ia tersandung kasus korupsi dan membuatnya tidak aktif lagi di kepengurusan sepakbola, baik di negaranya maupun level internasional.
MOMEN TERBAIK
Prancis mengungguli Portugal pada semi-final dan lantas kehilangannya, tetapi mampu bangkit dan setelah serangkaian peluang, Platini memberikan gol kemenangan yang disambut gembira publik Marseille.
<< Euro 1980 Italia | KILAS BALIK EURO | >> Euro 1988 Jerman Barat |