Antonio Conte, Inter Milan & Juventus GFXAntonio Conte, Inter Milan & Juventus GFX

Inter Milan Scudetto: Tarian Sang Mantan Antonio Conte Di Atas Penderitaan Juventus

Dari manajer sarat pengalaman Rafael Benitez, pelatih 'anak bawang' Andrea Stramaccioni, hingga sosok jagoan lokal Luciano Spalletti, total 12 pelatih menukangi Inter Milan sejak era supremasi 'treble winners' kendali Jose Mourinho tamat. 

Nahas, dari 12 nama, tak satu pun ada yang berhasil melanjutkan tongkat estafet tradisi juara Nerazzurri yang telah dikembangkan oleh juru taktik Portugal tersebut.

Malah, di sela-sela periode itu, Inter pernah terlempar dari persaingan di pentas Eropa alias absen dari keikutsertaan di Liga Champions.

Artikel dilanjutkan di bawah ini

Hari ini, sebagian publik Milan berpesta. Sebagian lagi meradang. Anda paham siapa sebagian lagi itu. Mereka sedang mencak-mencak karena di paruh musim lalu tim kesayangannya yang berwarna merah, sukses menyabet Scudetto d'Inverno alias juara setengah musim tetapi sekarang sedang meringis karena harus terseok untuk bertaruh spot empat besar.

Apa pun itu, lupakan si merah. Sekarang, jutaan pasang mata sedang tertuju pada otak di balik kesuksesan Inter dalam penantian indah sedekade lebih. Dialah Antonio Conte. Sang jenius-atraktif berperangai galak, tapi selalu dirindukan pemain mana pun. 

Loyalis Juventus menyebutnya sebagai The Godfather, merujuk pada keberhasilan masifnya mengangkat klub Turin dari lembah kekelaman pasca-skandal Calciopoli menuju kejayaan yang telah lama didamba. 

Sebagai informasi, dua musim sebelum Conte kembali ke Juve sebagai nahkoda klub, Si Nyonya Tua selalu menuntaskan musim di bawah peringkat tujuh besar di tangan Ciro Ferrara, Alberto Zaccheroni dan Luigi Del Neri! 

Tak pelak, di awal penunjukannya sebagai pelatih kepala Inter pada musim 2019/20, perdebatan pro-kontra di kalangan para suporter tak terhindarkan.

Antonio Conte JuventusGetty Images

Conte yang dikenal sebagai legenda besar Juve, salah satu pelatih sukses Bianconeri, akan duduk di bench si rival abadi secara kontroversial. Sulit dibayangkan.

Bahkan fans Inter sendiri ada saja yang sempat suuzan: jangan-jangan Conte adalah 'agen Juve' yang ditugasi merusak Inter dari dalam? Menggelitik memang. Di musim debutnya, beberapa fans La Beneamata seolah mengamini klaim sepihak itu seiring kegagalan Conte membawa Inter kampiun di musim debutnya.

Mereka yang terlampau jauh menggandrungi teori konspirasi, sampai-sampai menuduh Conte sengaja membiarkan Inter kalah satu poin dari Juventus dalam pacuan Scudetto musim 2019/20.

Akan tetapi, pada akhirnya tuduhan konyol di atas toh terbantahkan dengan sendirinya seiring konsistensi fantastis Inter sepanjang musim ini. 

Episode perseteruan Conte dengan presiden Juventus Andrea Agnelli di leg kedua semi-final Coppa Italia lalu juga mempertegas profesionalisme, komitmen dan kecintaan sang juru taktik pada timnya saat ini, Inter. 

"Saya membuat pilihan tersulit dengan datang ke Inter. Banyak yang akan bersembunyi di balik sejarah, tetapi saya suka tantangan dan datang ke sini untuk menantang diri saya sendiri," kata Conte di satu kesempatan.

"Saya tetap menjadi penggemar di setiap klub tempat saya bekerja, tetapi saya adalah penggemar utama klub tempat saya bekerja saat ini, selalu," jelasnya.

"Saya menyadari tidak mudah bagi saya untuk memasuki hati semua penggemar Inter, tetapi saya selalu memberikan segalanya untuk tim tempat saya bekerja," tuturnya.

"Saya pikir saya benar-benar menantang diri saya sendiri kali ini dan saya dihargai dengan tim yang melakukan sesuatu yang luar biasa," tandas eks pelatih timnas Italia dan Chelsea tersebut.

Kemenangan 2-0 atas Crotone Sabtu lalu mengonfirmasi Scudetto ke-19 Inter seiring Atalanta hanya bermain imbang 1-1 versus Sassuolo. Perjalanan panjang untuk melengkapi kabinet klub menjadi 19 piala dalam rentang 11 tahun.

Sementara Juve, yang semula digadang-gadang akan mengamankan Scudetto kesepuluh secara konsekutif, kini sedang menjadi pesakitan bersama Andrea Pirlo lantaran untuk sekadar finis di posisi empat besar saja akan menjadi PR berat mengingat empat tim -- Milan, Atalanta, Napoli dan Lazio --  lagi ngotot-ngototnya berebut tiket Liga Champions musim depan.

Yang tersisa sekarang, para penggila Juve bakal selalu mengenang Conte sebagai pahlawan atas jasanya yang telah merakit kembali tim dari nol untuk menjadi skuad juara -- diawali dengan raihan tiga Scudetto berentet di tangannya lalu dilanjutkan oleh Massimiliano Allegri dan Maurizio Sarri untuk menyempurnakan kedigdayaan selama sembilan musim.

Namun, Conte pula yang akhirnya memutus periode emas Si Nyonya Tua. Ironisnya, hal itu dilakukannya bersama sang bebuyutan sengit, Inter!

Iklan