Bahkan, fans yang paling mendarah-daging mencintai Inter Milan pun bisa bersepakat menilai bahwa klub kesayangannya itu melenggang ke final Liga Champions 10 Juni mendatang tak lebih dari tim underdog.
Tim terbaik ketiga Serie A musim 2022/23 itu tengah menanti lawan antara raja Liga Champions Real Madrid atau tim terbaik Eropa saat ini Manchester City.
Namun, satu hal yang perlu dicatat: Inter sejauh ini mampu melukai siapa pun yang coba menghalangi jalan mereka menuju Istanbul, termasuk semalam ketika tim ber-DNA Eropa, AC Milan, dibuat tertunduk lesu.
Tidak melulu berbicara mengenai aspek kualitas, tapi melukai di sini secara harfiah membuat lawan tumbang dari sisi emosional. Inter melakukan itu di hampir seluruh lawan mereka di Liga Champions musim ini.
Jika 10 Juni nanti Inter bisa mempertahankan pakem mereka, pemandangan sebagaimana leg kedua semi-final kontra Milan bisa kembali tersaji.
GettyMilan sangat berhasrat untuk menjebol gawang Inter, mereka melakukan pressing garis tinggi, mengecilkan ruang anak-anak Simone Inzaghi. Meski begitu, Lautaro Martinez cs kokoh berdiri di atas pendirian mereka.
Inter membiarkan diri mereka ditekan, tapi kian membuat lawan meraskan frustrasi hebat. Bagaimana bisa?
Babak pertama laga penentuan di San Siro mencatatkan 22 pelanggaran -- terbanyak di 45 menit pertama Liga Champions musim ini. 14 di antaranya berasal dari para pemain Milan.
Inter memutus permainan lawan, memaksimalkan pelanggaran untuk mengantar mereka sampai ke sepertiga akhir. Namun yang terpenting, itu memberi mereka jeda untuk menghentikan waktu dan membuat seteru yang tak sabaran frustrasi.
Taktik serupa diharapkan bisa diterapkan Inzaghi ketika meladeni raksasa macam Man City atau Madrid.
Akan tetapi, ini bukan hanya bicara tentang kegeniusan taktik. Inter memiliki banyak hal untuk ditawarkan di hadapan lawan-lawannya.
GettyDi barisan juru gedor, Inter punya pemain sekaliber kapten Lautaro Martinez, Romelu Lukaku dan Edin Dzeko yang memiliki hasrat, keberanian dan kepala dingin untuk menebarkan ancaman di area pertahanan.
Denzel Dumfries dan Federico Dimarco akan menjadi poin plus seperti saat Inter saat memainkan semi-final. Sementara, Hakan Calhanoglu dan Henrikh Mkhitaryan akan menjadi playmaker yang bermain dari dalam mendukung peran dinamis Nicolo Barella.
Dan yang jauh lebih penting adalah kecerdasan seorang Inzaghi, yang kini telah menjadi salah satu spesialis turnamen terbaik di belantika sepakbola Eropa.

Juru taktik Italia itu telah memenangkan lima final cup terakhir yang dijalaninya bersama Lazio dan Inter. Dia berpeluang menutup musim dengan menambahkan dua trofi lagi di kabinetnya dengan menjuarai Coppa Italia dan Liga Champions.
Apa yang dicapai Inzaghi sejauh ini patut mendapat kredit khusus, dengan skuad dan budaya yang telah dibangunnya di San Siro.
.jpg?auto=webp&format=pjpg&width=3840&quality=60)