OLEH MUHAMMAD RIDWAN
Setelah tertunda hampir dua tahun lamanya, PT Gelora Trisula Semesta (GTS) akhirnya menggelar Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) di Jakarta, Senin (5/3). Berbagai hal dibahas dalam agenda tersebut.
PT GTS merupakan operator yang menjalankan kompetisi non resmi pada 2016 lalu. Mereka mengehelat Indonesia Soccer Championship (ISC) A dan B usai sanksi FIFA terhadap Tanah Air dicabut.
Namun, setelah ajang tersebut selesai dilaksanakan, seolah PT GTS hilang ditelan bumi. PT Liga Indonesia Baru (LIB) yang dipilih untuk menggulirkan kompetisi nasional itu.
Padahal, PT GTS belum membagikan hak komersial kepada para peserta ISC A. Mengingat, para klub tersebut memegang saham mayoritas yang di perusahaan itu.
Kendati demikian, PT GTS tetap memiliki andil di Liga 1 2017. Perusahaan tersebut dipercaya mengurusi produksi tayangan televisi kasta teratas Tanah Air musim lalu, dan diproyeksikan juga mengurusi Liga 1 musim ini.
"Karena klub-klub ini sebenarnya punya dua rumah, GTS dan Liga. Kompetisi mau dimulai tentu dari direksi GTS dan manajemen GTS menyampaikan laporan terhadap semua aktifitas GTS selama satu musim kemarin," ucap direktur utama PT GTS Joko Driyono.
"Ada beberapa note kaitannya dengan masalah keuangan, tadi diputuskan bahwa direksi dan komisaris diberikan kekuasaan penuh dengan target dipertengahan bulan April selambat-lambatnya tanggal 24 April mendatang."
"Hak-haknya klub tahun 2016 itu terpenuhi waktu ISC dulu. Itu saja, sederhana dan itu tugas saya dengan pak Glen [Sugita komisaris PT GTS] melakukan aksi koorporasi agar itu terpenuhi dan itu menjadi keputusan RUPS dan kita akan jalankan," tambahnya.
Lebih jauh, pria yang karib disapa Jokdri tersebut menyatakan tidak menutup kemungkinan kalau PT GTS akan dijual ke pihak swasta. Namun, ia mesti membicarakan masalah tersebut kepada klub agar keputusannya matang.
"GTS punya potensi mulai dari piutangnya, GTS juga punya aset, atau salah satu yang tadi diputuskan termasuk diberi kuasa untuk melepas seluruh kepemilikan saham GTS," ujarnya.
