Graham Potter Kai Havertz Chelsea 2022-23Getty

Sudahlah, Graham Potter! Sudahi Gagah-Gagahan Aneka Eksperimen Gagal Di Chelsea!

Jika Anda melatih tim yang sedang berkembang, eksperimen menjadi satu hal yang mesti dilakukan demi mengeluarkan potensi setiap pemain. Namun, menukangi tim yang telah matang dan terbentuk, Anda hanya perlu untuk melanjutkan dengan sedikit sentuhan khas Anda.

Graham Potter seyogyanya menyudahi eksperimen dia di Stamford Bridge bila asa untuk setidaknya berada di jalur Liga Champions masih ada.

Pakemkan taktik, buang pemain-pemain yang sudah tak masuk rencana, dan rongrong Todd Boehly untuk dibelikan beberapa pemain baru di bursa transfer Januari. Sesederhana itu.

Yang diperlukan Potter saat ini bukan coba-coba strategi dengan komposisi pemain Chelsea yang sudah terbentuk. Dengan keadaan yang sedemikian rupa, The Blues butuh penyegaran dan perubahan. Mereka harus mendapatkan para pemain yang bersungguh-sungguh mengenakan seragam Chelsea.

Beda Brighton, beda Chelsea. Publik bisa melihat sepakbola atraktif yang diusung Potter. Periodenya di Brighton patut diapresiasi, tak boleh diabaikan.

Benar, dia butuh waktu di Chelsea. Akan tetapi, sejauh ini dia telah banyak mengubah sistem di tim. Yang paling ekstrem, dia memerintahkan para pemain untuk mengisi peran tertentu yang mereka sendiri tidak pernah lakukan dalam sejarah karier mereka. Ini fatal!

Salah satu yang menggelitik adalah menempatkan Raheem Sterling di pos wing-back. Pemain yang telah tumbuh berkembang dengan peran menyerang tiba-tiba disuruh menambah elemen defensivitas di dalam dirinya, tentu tak bijaksana.

Sterling Chelsea 2022-23Getty Images

Dalam kekalahan terbaru melawan Newcastle, Potter juga bereksperimen dengan menempatkan remaja nirpengalaman berusia 18 tahun, Lewis Hall, di pos kiri pertahanan alih-alih mempercayakan peran itu ke manusia 60 juta pound Marc Cucurella. Ingat baik-baik, The Magpies itu sedang sangar-sangarnya!

Anak-anak asuh Potter mungkin manut-manut saja dimainkan dengan peran apa pun, selagi itu judulnya 'mendapat menit bermain'. Namun, itu tentu tidak sehat dari sisi mental betapapun pada akhirnya yang bersangkutan bisa klop dengan peran-peran tertentu.

Eksperimen bukan ajang gagah-gagahan untuk memproklamirkan diri sebagai pelatih yang kaya akan taktik. Semiskin-miskinnya taktik yang ditawarkan Carlo Ancelotti-nya Real Madrid misalnya -- seperti kata sebagian fans -- nyatanya juru taktik berpengalaman Italia itu sudah sangat khatam dalam aspek keseimbangan tim.

Bagaimana Don Carlo memadukan para pemain berpengalaman Madrid dengan bibit-bibit muda yang baru saja merekah, benar-benar luar biasa. Hal ini juga dilakukannya di klub-klub yang ditukangi dia sebelumnya.

Potter harus lebih dalam mencermati karakter setiap pemainnya, memahami identitas mereka sebenarnya, sambil menyelaraskan dengan intensi mereka di atas lapangan.

Graham Potter Brighton Chelsea 2022-23Getty Images

Tiga kekalahan secara konsekutif dengan yang terbaru runtuh di kaki Newcastle nyata-nyata berbicara bahwa eksperimen Potter sejauh ini gagal total. Perubahan taktikal dari empat bek ke tiga bek, atau tiga penyerang ke satu penyerang lalu ke dua penyerang, dalam periode yang terbilang rutin, jelas bukan eksperimen, melainkan plin-plan.

Sistem apa yang coba dimainkan Potter di Chelsea? Bahkan, perputaran taktiknya berganti tak sampai dari laga ke laga, melainkan saat masih di dalam satu pertandingan! Bayangkan, betapa pusingnya pemain bila setiap 20 menit permainan tim berubah, dan itu yang dilakukan Potter terhadap anak-anak didiknya di Stamford Bridge.

Sementara dia berpacu dengan musim untuk mengembalikan tim ke habitatnya, Potter tampaknya harus berdamai dengan idealismenya, dia mesti segera menyadari bahwa saat ini segala eksperimen dia tidak berfungsi dengan apik.

Iklan
0