Goalpedia - Muti, Juju & 'Witchcraft' in African footballGoal

Goalpedia: ‘Black Magic’ Di Sepakbola Afrika, Benarkah Itu Ada?

Ilmu sihir telah menjadi tema utama dalam sejarah Afrika jauh sebelum bangsa asing melakukan penjajahan di semua aspek kehidupan benua itu, menurut para sejarawan.

Bahkan pada saat ini, ilmu gaib atau ilmu sihir tetap merupakan konsep yang samar-samar untuk didefinisikan karena maknanya berbeda dari satu daerah ke daerah lain.

Secara arkeologis, ilmu sihir adalah penggunaan sarana supranatural untuk melukai orang yang tidak bersalah, tetapi di era modern, sihir telah berkembang demi memberikan keuntungan pribadi maupun kelompok.

Yang mengejutkan, sihir dianggap telah masuk ke sepakbola sebagaimana beberapa tim sepakbola di Afrika sekarang mengandalkan Muti, Juju atau Otumakpo untuk mempengaruhi hasil pertandingan.

Dari tim nasional hingga klub, administrator sepakbola dan tidak melupakan para pemain; mereka semua terjebak dalam tindakan tidak suci ini.

Sekarang pertanyaannya adalah, apakah ilmu sihir benar-benar ada di sepakbola, terutama Afrika, atau itu hanya isapan jempol belaka?

Goal coba menjelaskannya di sini!

Contoh Dugaan Penggunaan Sihir

Pada 2000, seorang ofisial dari Federasi Sepakbola Nigeria dituduh mencuri jimat yang ditempatkan di belakang jaring Senegal selama pertandingan perempat-final Piala Afrika yang digelar di Lagos.

Intervensinya 15 menit sebelum bubaran memastikan Super Eagles mencetak dua gol telat melalui Julius Aghahowa untuk menggagalkan Lions of Teranga melaju ke semi-final.

Kemudian juga ada insiden menarik yang terjadi di laga Kamerun melawan Mali di semi-final Piala Afrika 2002 di Stade du 26 Mars, Bamako, di mana pelatih Indomitable Lions Winfried Schafer dan pelatih kipernya, Thomas Nkono, ditangkap oleh polisi anti huru-hara karena menempatkan jimat di lapangan sesaat sebelum kick-off.

Football fans - JujuGetty

Sebuah video yang menjadi viral pada 2015 menunjukkan Andre Ayew menaburkan zat berwarna putih di lapangan sebelum timnya menghadapi Pantai Gading di final Piala Afrika. Meski aksinya – yang diklaim banyak pihak adalah Muti – Ghana yang ia perkuat justru berakhir di pihak yang kalah.

Beberapa tahun lalu, pertandingan Liga Utama Rwanda antara Mukura Victory dan Rayon Sports dirusak oleh klaim ilmu sihir. Dalam rekaman video yang beredar di media sosial, striker Moussa Camara – yang timnya tertinggal satu gol dan melewatkan beberapa peluang emas – berlari ke gawang lawan untuk menyandarkan sebuah benda kecil ke tiang gawang.

Dia dikejar oleh penjaga gawang dan itu menyebabkan pertandingan menjadi terhenti sejenak. Setelah restart, Camara mencetak gol penyama kedudukan tetapi ia kemudian didenda 100.000 Franc Rwanda, dengan FA Rwanda mengancam akan menjatuhkan hukuman yang lebih berat kepada setiap pemain yang tertangkap ambil bagian dalam ilmu sihir.

Bagaimana Tanggapan Pesepakbola Afrika?

Tidak diragukan lagi, topik ini terus menghasilkan pendapat yang beragam selama bertahun-tahun. Bagi beberapa pesepakbola - dulu dan sekarang – ada yang percaya soal kemanjuran juju, sedangkan yang lain tidak sependapat.

Mantan pelatih Ghana Goran Stevanovic percaya ilmu hitam itu nyata dan bukan hanya fantasi. Dia menyebut kegagalan timnya memenangkan Piala Afrika 2012 karena para pemainnya yang mencoba untuk mengalahkan satu sama lain menggunakan sihir.

Pelatih Zimbabwe Zdravko Logarusic menuduh Kamerun melakukan 'sihir' menjelang pertandingan pembuka Piala Afrika 2020, sebagaimana timnya kalah 1-0 dari Warriors. Sebuah foto yang dibagikan kepada Goal menggambarkan pelatih Kroasia itu sedang memajang bangkai kelelawar, disertai dengan tanda bertuliskan 'sihir di Kamerun'.

Football fans - JujuGetty

Mantan pemain internasional Nigeria Peter Odemwingie, yang juga pernah berkarier di Indonesia, mengungkapkan bahwa sebagian besar pemain Afrika lebih percaya pada pengobatan juju daripada pergi ke dokter saat cedera.

“Setidaknya 70 persen pemain mempercayainya. Mereka berpikir bahwa semacam salep akan menyelamatkan mereka. Padahal itu cuma bualan. Cuci otak pun berjalan,” katanya kepada Championat dikutip dari The Nation.

“Tetapi tiga tahun berada di Nigeria sangat membantu saya. Mereka memanggil saya ke Liga Besar, dan di sana karier saya berkembang jauh lebih cepat.

Emeka Ezeugo pernah mengungkapkan bahwa ketika dia datang ke tim nasional Nigeria pada 1987, ada juju di mana-mana dengan pemain menggantungkan segala macam jimat untuk mendapatkan bantuan kekuatan tak terlihat di ruang ganti mereka.

Nah, perdebatan tentang ilmu sihir di Afrika jelas akan menjadi wacana yang tak ada habisnya. Untuk FIFA dan Caf, mereka tampaknya tidak percaya pada ideologi ini, tidak heran mereka tetap diam selama bertahun-tahun, dan mereka tidak menekan mereka yang tertangkap dalam tindakan atau meninjau ini dalam Laws of the Game.

Kalau dipikir-pikir, juju serta ilmu sihir benar-benar ada di sepakbola Afrika, mengapa tim-tim dari benua itu kesulitan melewati perempat-final Piala Dunia?

Atau mungkinkah tim dari benua lain memiliki ilmu sihir yang lebih unggul atau canggih?

Iklan

ENJOYED THIS STORY?

Add GOAL.com as a preferred source on Google to see more of our reporting

0