Kylian Mbappe Nasser Al-KhelaifiGetty

"FFP Tak Berlaku Buat PSG!" - Benarkah Klub Sultan Qatar Ini Kebal Financial Fair Play? Apa Itu FFP?

Sejak pergantian milenium baru, sepakbola menyaksikan munculnya para pemilik klub miliarder. Mulai dari Roman Abramovich di Chelsea pada 2003 hingga pembelian Manchester City oleh Abu Dhabi United Grup pada 2008. Pemilik asing yang kaya raya seolah menjadi tren anyar.

Namun, ketika Qatar Sports Investment mendarat di Paris pada 2011, mereka benar-benar mengubah lanskap sepakbola. Ligue 1 Prancis dari yang tadinya tak diperhitungkan, kini menjadi tontonan yang menarik. Sang empunya PSG ingin membangun kerajaan sepakbola di jantung ibu kota Prancis.

Melihat Zlatan Ibrahimovic berpose dengan jersey PSG di depan Menara Eiffel merupakan pemandangan mengejutkan pada 2012 lalu. Tak selesai di situ, QSI kemudian mengguncang dunia dengan memboyong Neymar dan Kylian Mbappe, 2017 silam.

Khaldoon Al Mubarak UEFA Nasser Al-KhelaifiGetty Images

Namun, mungkin pengeluaran yang paling mencengangkan dalam sejarah adalah di musim panas 2021. Ketika sebagian besar klub-klub Eropa mengalami krisis ekonomi karena pandemi Covid-19, PSG justru lagi-lagi mampu mendatangkan megabintang. Mulai dari Sergio Ramos, Achraf Hakimi, Gianluigi Donnarumma, dan tentu yang paling fenomenal adalah Lionel Messi.

Banyak pihak yang terheran-heran dengan aktivitas transfer mereka yang tampak tak masuk akal. Pertanyaan-pertanyaan publik pun terus menyeruak: "Kok bisa mereka terhindar dari Financial Fair Play [FFP]?", "FFP tak berlaku bagi PSG?", dan pertanyaan lain yang senada.

Apa itu Financial Fair Play?

FFP sendiri diperkenalkan UEFA satu dekade lalu. Aturan ini dirancang untuk mencegah klub menghabiskan uang lebih banyak daripada yang mereka peroleh dari kesuksesan di lapangan.

Ringkasnya, tujuan FFP semata untuk melindungi klub dari kesulitan keuangan dalam jangka panjang, sehingga dibuat pembatasan seperti ini.

Selain itu, prouduk sampingan dari regulasi ini adalah mencegah klub mengambil keuntungan dari suntikan dana besar oleh sumber eksternal.

Benarkah PSG Kebal regulasi FFP?

Setelah menuntaskan musim 2010/11 di posisi keempat klasemen akhir Ligue 1 -- pencapaian tertinggi dalam tujuh tahun -- PSG kemudian diakuisisi Qatar Sports Investment, anak perusahaan dari dana kekayaan negara, Qatar Investment Authority. Di titik ini, kerajaan Qatar membuat dinastinya sendiri di kancah sepakbola.

Klub segera memulai investasi mereka secara signifikan di skuad. Di musim perdana bersama QSI, PSG finis sebagai runner-up, tapi berhasil keluar sebagai juara di musim berikutnya dengan datangnya sosok-sosok seperti Ibrahimovic dan Thiago Silva.

Setelah kejayaan pertama di bawah Qatari-era, PSG didudukkan oleh UEFA untuk pertama kalinya, sehubungan dengan kesepakatan sponsorship megah yang mereka buat dengan Qatar Tourism Authority [QTA], yang secara resmi diumumkan pada 2013 dengan nilai mencapai €200 juta.

Menyusul klaim yang menyatakan nilai sponsorship itu telah digelembungkan secara artifisial agar memungkinkan PSG memenuhi persyaratan FFP, Badan Kontrol Keuangan Klub UEFA [CFCB] menyelidiki, dan mendapati nilai kesepakatan sebenarnya yang disebut "jauh di bawah yang diajukan oleh PSG".

Nilai sponsor yang direvisi itu menandakan bahwa PSG telah melanggar regulasi FFP. Denda pun dikeluarkan. Klub menyetujui penyelesaian dengan UEFA pada Mei 2014. PSG diposisikan harus menerima pembatasan hingga akhir musim 2016/17. Namun, pembatasan ini kemudian dicabut setahun kemudian dan PSG segera menandatangani kontrak baru dengan QTA.

NeymarAlKhelaifi-CroppedGetty Images

Pada 2017, PSG menjadi target pengawasan terbaru FFP. UEFA mengonfirmasi investigasi baru setelah klub menuntaskan transfer Kylian Mbappe dari AS Monaco -- hanya beberapa minggu setelah mereka memecahkan rekor dunia dengan memboyong Neymar. Aneh bin ajaib, lantaran mata dunia tertuju pada perhelatan Piala Dunia 2018 di Rusia, PSG tiba-tiba dibebaskan dari regulasi FFP antara 2015 dan 2017. Alih-alih mendapat hukuman, PSG diinstruksikan oleh UEFA untuk mengumpulkan dana tambahan demi menghindari sanksi di masa yang akan datang.

L'Equipe melaporkan penyusutan nilai dari beberapa kesepakatan sponsorship -- mulai dari QTA, Qatar National Bank [QNB], Ooredoo, beIN Sports dan Aspetar -- yang berarti klub akan gagal dalam aturan FFP apabila keuangan tidak mengalami peningkatan di akhir jendela transfer.

Kendati PSG sukses menghimpun dana lewat penjualan beberapa pemain, UEFA mengumumkan bahwa mereka akan meninjau kembali kasus 2015-2017 sekalipun awalnya sempat membebaskan Les Parisiens dari pelanggaran apa pun.

Di internal UEFA sendiri, keputusan penghapusan itu diperdebatkan. Mantan hakim dan ketua panel badan pengatur yang menghukum tim pelanggar aturan keuangan, Jose Narciso da Cunha Rodrigues, mempertanyakan kesimpulan akhir yang diambil dari investigasi dan menuntut kasus tersebut ditinjau kembali.

PSG bereaksi dengan membawa kasus ini ke Pengadilan Arbitrase Olahraga [CAS] pada November 2018. Bulan Maret berikutnya, keputusan UEFA dikuatkan CAS. Sekali lagi, PSG diperintahkan untuk menjual beberapa pemainnya, yang dilakukan dengan sukses.

PSG sebenarnya masih sangat bergantung pada dukungan owner-nya. Namun, meski lebih dominan mitra komersial yang berasal dari Qatar, PSG sekarang bisa membanggakan kontrak besar yang tidak terhubung dengan negara yang memiliki mereka. Kesepakatan dengan Nike, Air Jordan dan sponsor seragam Accor, yang jika diestimasi keseluruhan bisa menghasilkan total €200 juta per tahun.

Dengan kata lain, mereka sebetulnya telah mengeruk keuntungan pada musim 2017/19 dan 2018/19, persis sebelum pandemi Covid-19 menyerang.

Hal ini pula yang bisa menjelaskan kenapa PSG tampak tak gentar dengan pengawasan UEFA saat mereka mendatangkan Lionel Messi. Mereka telah diinvestigasi terkait pelanggaran FFP sebelumnya, namun mampu menghindari hukuman secara signifikan. Mereka yakin bakal dikuatkan dari kesuksesan banding yang diajukan ke CAS.

20220617 PSG Al-Khelaifi Lionel Messi LeonardoGetty Images

Yang tak kalah penting dan perlu diketahui adalah fakta bahwa regulasi FFP telah dilonggarkan sebagai respons atas pandemi -- sedikit banyak turut membantu PSG "lolos" dari FFP. Keputusan untuk melonggarkan pembatasan itu diambil ketika banyak klub mendapati aliran pendapatan mereka yang mengering, terutama akibat bermain di stadion tertutup.

Alih-alih menganalisis tahun keuangan 2020 dan 2021 secara terpisah, FFP akan menilai dua tahun dalam satu dokumen. Secara teori mengungkapkan bahwa kenapa PSG mampu menambahkan Messi ke dalam daftar mereka. Seiring pelonggaran FFP, pandemi juga tidak akan terlalu memukul keras ketika klub memiliki owner multi-miliarder dan keadaan telah menawarkan kesempatan bagi PSG untuk menguntungkan mereka.

Iklan

ENJOYED THIS STORY?

Add GOAL.com as a preferred source on Google to see more of our reporting

0