Dua kekalahan sudah ditelan Manchester United musim ini, semua berasal dari tim London Utara. Setelah dikubur Tottenham Hotspur 2-0 beberapa waktu lalu, teraktual Setan Merah dibenamkan Arsenal 3-1 secara nyelekit.
Terasa nyelekit, pasalnya saat laga tampaknya akan berakhir seri 1-1 usai gol Marcus Rashford dibalas Martin Odegaard, The Gunners sanggup membuat sepasang gol di menit berdarah.
Adalah Declan Rice dan Gabriel Jesus yang menjadi juru selamat Arsenal untuk menentukan kemenangan sekaligus menghadirkan satu alarm bising yang seharusnya mulai disadari manajer Erik ten Hag.
Bukan soal tentang 'ini, kan, baru awal-awal musim'. Namun, ini lebih kepada pertaruhan kredibilitas seorang ten Hag, sosok pelatih jawara Belanda yang datang ke Old Trafford dengan ekspektasi yang cukup tinggi di pundaknya.
Memang, juru taktik plontos ini mewarnai musim debutnya bersama Man United dengan cukup gemilang: menorehkan gelar Piala Liga Inggris.




Getty ImagesHanya saja, kekalahan lainnya yang baru saja hadir di depan mata dia seakan menjadi bukti bahwa pria 53 tahun itu tampaknya bukanlah sosok pelatih untuk pertandingan-pertandingan besar. Mengapa bisa demikian?
Setidaknya, mencuat rekor kelam ten Hag sejak memulai musim lalu atau antara musim debutnya hingga hari ini.
Tercatat bahwa kekalahan dari Arsenal petang ini menandai laju karier ten Hag 90% isinya adalah kekalahan ketika menghadapi tim-tim Big-Nine, bukan lagi bicara Big-Six!
Squawka membeberkan, sejak start musim 2022/23, Man United telah menelan sembilan kekalahan dari 10 pertandingan tandang menghadapi lawan-lawan yang finis di posisi sembilan besar klasemen akhir Liga Primer musim lalu!
Dimulai ketika secara mencengangkan Man United dipecundangi Brentford 4-0. Kemudian, status 'Manchester itu biru' semakin kuat kebenarannya ketika mereka dihancurkan tetangganya itu 6-3 di Etihad Stadium.
Paling ikonis, tentu masih hangat di ingatan bagaimana tragisnya drama pembantaian ketika Liverpool meluluhlantakkan pasukan ten Hag tujuh gol tanpa satu pun gol balasan.
Tak terkecuali dua kekalahan musim ini yang semuanya datang ketika Man United berhadapan dengan duo skuad London Utara.
Pemandangan Man United berada di peringkat ke-11 klasemen sementara seperti tak ada bedanya dari musim-musim getir yang dijalani mereka di pra rezim ten Hag di saat fans menadamba start kencang sebagai sinyal positif bahwa klub kesayangan mereka kali ini sudah benar-benar bangkit untuk menjadi kontender juara.
Benar, Liga Primer baru di tahapan awal. Liga baru membukukan empat laga berlalu, dan peluang ten Hag membawa Man United membungkam semua kritikus terbuka amat sangat lebar untuk membuat 'plot twist' di akhir musim, bahkan kalau perlu 'tsunami trofi' sekalian seperti yang didengung-dengungkan oleh para pemuja Setan Merah.
Getty ImagesNamun, ketidakberdayaan Man United membungkam tim-tim Top-Nine di kandang lawan sejak awal musim lalu akan menimbulkan pertanyaan dan sikap skeptis terhadap ten Hag. Bukankah tim juara akan konsisten memenangkan laga apa pun dan di mana pun, sebagaimana yang dilakukan Si Tetangga Berisik dalam beberapa musim terakhir?
Belum pulih kondisi babak belur Man United di etape awal ini, berikutnya ten Hag sudah harus kembali berputar otak menemukan formula yang tepat untuk membuat gacor kembali anak-anak didiknya saat menghadapi tim yang lima peringkat berada di atas mereka, Brighton.
