Kepergian Donny van Beek dari Old Trafford disambut suka cita oleh deretan legenda Manchester United. Darren Fletcher melabeli transfer ini sebagai "bargain" senilai £39 juta. Ole Gunnar Solskjaer sempat bilang dia adalah sosok berkualitas "fantastis". Rio Ferdinand juga tak ketinggalan melabeli pemuda Belanda ini "Sir Donny" di Twitter.
Pemain 24 tahun itu sukses menjadi magnet deretan raksasa Eropa ketika periode emas dia bersama Ajax. Paling kentara, kecemerlangan dia kala membawa raksasa Eredivisie ini melenggang hingga semi-final Liga Champions 2019, membikin dia dicap sebagai "properti panas" di belantara sepakbola Eropa.
Namun, kepindahannya ke Man United telah menyisakan kisah frustrasi yang berujung penghambatan karier. Van de Beek hanya mengemas empat pertandingan Liga Primer sebagai starter di musim debutnya. Musim ini, anak Belanda itu belum mencatatkan satu pun laga.




Tantangan terberat van de Beek selama berbaju Man United adalah keberadaan Bruno Fernandes. Hal ini tak bisa dibantah.
Van de Beek, mafhum diketahui, tampil begitu prima dengan balutan seragam Ajax di posisi No.10. Selain rajin mengkreasi terciptanya gol, dia juga tak jarang ikut merobek gawang lawan. Namun, kedatangannya di Old Trafford pada September 2020 sewaktu Fernandes "kadung" sukses membentuk diri jadi pemain fundamental Man United di posisi tersebut.

Pemain internasional Portugal itu langsung membuat dampak transformatif setelah kedatangannya dari Sporting Lisbon delapan bulan sebelumnya.
Fernandes langsung memberi impak instan dengan mencetak delapan gol dan memproduksi tujuh assist dalam 14 penampilan pertamanya untuk membantu Man United mengakhiri musim di peringkat tiga besar.
Sejak saat itu, Fernandes terus bermain dalam irama yang sama alias konsisten dengan penampilan gemilangnya.
Fernandes kian rajin mencetak gol [25] dan berkontribusi memberi assist [17] di Liga Primer dibanding pemain Man United mana pun sejak awal musim lalu. Dia pun mencatatkan menit bermain tertinggi daripada pemain Setan Merah lainnya [4.879].
Kontras dengan van de Beek, yang hanya bermain dalam 582 menit dalam rentang waktu yang sama. Seorang pemain yang jadi pentolan di Ajax kini harus menikmati peran periferal sepanjang waktunya di Man United.
Kadang-kadang, kualitasnya terlihat bak kilat. Hanya sekejap. Terbaru, gol kerennya menghadapi Watford November lalu. Namun, tetap saja, output menyerangnnya belum mendekati level Fernandes di banyak kesempatan.
Bagi para fans Man United, rasa frustrasi van de Beek lebih kepada dirinya yang tidak terakomodasi dengan baik di tim. Nyaris tidak ada peran yang ideal bagi dia di bawah komando Solskjaer dalam formasi 4-2-3-1. Dia terlalu cenderung pemain menyerang untuk bermain di barisan dua gelandang dan tidak cukup cepat atau powerful untuk mengisi posisi sayap.
(C)Getty Images
GettyManajer interim Man United terkini, Ralf Rangnick, pun akhirnya kembali ke sistem yang sama setelah gagal menerapkan 4-2-2-2 di awal kedatangannya di Old Trafford.
Bahkan, Rangnick sekarang tak lagi melihat ada ruang bagi van de Beek bisa berkembang di tim garapannya. Di tengah ketidakpastian itu, datanglah secercah harapan.
Frank Lampard, yang baru-baru ini ditunjuk menjadi manajer baru Everton, membawanya ke Goodison Park untuk mengabdi sebagai pemain pinjaman dalam rentang waktu enam bulan.
Terbilang singkat, namun ini jadi kans emas bagi van de Beek untuk membuktikan diri bahwa Man United selama ini telah menyia-nyiakan berlian berdebu. Siapa yang menjamin sang gelandang tak menyimpan "dendam" pada Man United atas perlakuan mereka selama ini terhadap perkembangan kariernya?
Terlalu naif jika tak satu pun pihak ada yang berasumsi "van de Beek siap membuat Man United menyesal dan menangis darah".
"Dia [Lampard] memiliki banyak pengaruh pada keputusan saya [gabung Everton)," kata Van de Beek di laman resmi Everton.
Getty Images"Saya bermain melawan dia ketika saya masih di Ajax, dan dia di Chelsea [sebagai manajer], jadi dia tahu saya sebagai pemain. Dia pikir saya memiliki kualitas yang dapat membantu tim," lanjutnya.
"Saya bisa belajar banyak darinya karena dia berada di posisi hampir sama, pemain lini tengah yang mencetak banyak gol. Dia bisa banyak membantu saya, jadi saya pikir saya berada di tempat yang bagus," imbuhnya.
"Saya ingin menunjukkan kualitas saya, kekuatan saya, kepada orang-orang di Inggris," tegas pemain yang pernah berada di jajaran nominasi Ballon d'Or edisi 2019 itu.
Lampard -- notabene legenda Chelsea yang tentu punya kisah tersendiri berkaitan dengan rivalitas eks klubnya itu dengan Man United -- mungkin saja punya wejangan-wejangan khusus untuk memompa motivasi van de Beek membalas perlakuan tak menyenangkan The Red Devils terhadapnya selama ini.
