Bahaya pindah ke Eropa di usia terlalu muda bukanlah barang baru untuk talenta menjanjikan asal Amerika Selatan.
Sudah terlalu sering wonderkid Brasil atau Argentina melakukan perjalanan melintasi Atlantik saat remaja atau ketika mereka baru saja merayakan ulang tahun ke-20, sebelum kemudian menemui masalah adaptasi yang mengakibatkan kerusakan permanen pada karier mereka.
Meski begitu, hal sebaliknya juga bisa terjadi. Jika terlalu lama menunggu untuk pindah ke Eropa, kesempatan itu akan menguap dan klub terbesar akan mengalihkan pandangan ke tempat lain.
Tanya saja pada Luan. Setelah menjadi properti terpanas di benua itu, mantan target Barcelona ini lantas menemui jalan buntu dan, di usia 28, kesempatannya untuk menjajal Eropa mungkin telah hilang selamanya.
Padahal belum lama ini dunia seolah berada di bawah kakinya. Luan merupakan kunci sukses Gremio di Copa Libertadores pada 2017, membintangi tim asal Porto Alegre itu bersama rekan setimnya yang lebih muda yakni Arthur dan menuntaskan kompetisi sebagai Pemain Terbaik dan pencetak gol terbanyak kedua, setelah menjaringkan delapan gol untuk Tricolor .
Sang pemain pun banyak difavoritkan untuk meraih sukses di Eropa. Tahun sebelumnya, ia tampil mengesankan bersama Neymar di lini depan Brasil saat meraih medali emas Olimpiade.
Pada 2017, ia sudah menjadi pemain internasional penuh waktu, Pemain Terbaik Amerika Selatan dan, pada usia 24, siap untuk melangkah maju, dengan Barca dan Liverpool merupakan beberapa pihak yang dikaitkan dengan jasanya.
“Saya selalu memiliki kepala yang dingin, saya tidak memusingkan tentang itu,” kata Luan menjelaskan kepada El Pais ketika ditanya mengapa dia belum meninggalkan Gremio untuk salah satu klub terbesar di dunia. “Saya punya mimpi bermain di Eropa, tapi saya tidak terburu-buru. Saya pikir saya akan pergi pada waktu yang tepat.”
Getty Images"Waktu yang tepat" itu sampai sekarang belum terwujud. Sementara Arthur pernah pindah ke Camp Nou, Luan tetap bertahan, dengan sekali lagi tampil mengesankan saat Gremio melaju ke semi-final Libertadores pada 2018 sebelum cedera kaki membuatnya absen dari kekalahan di tangan River Plate yang akhirnya jadi juara.
Ketika kesempatan pindah akhirnya tiba, itu terbukti tidak berkembang. Pemain depan ini menghabiskan sebagian besar tahun 2019 di bangku cadangan, kebintangannya dikalahkan oleh wonderkid terbaru Gremio Everton; dan mereka dengan senang hati menjualnya ke rival Serie A Corinthians hanya dengan mahar €5 juta (£4,3 juta / $5,9 juta).
Musim lalu terbukti sama mengecewakannya, dengan Luan hanya mengukir 11 pertandingan liga untuk Timao dan mencetak dua gol sebagaimana mereka merosot ke urutan ke-12 yang mengecewakan.
Laporan terbaru dari Brasil menunjukkan bahwa Corinthians sekarang siap untuk mengurangi kerugian mereka terhadap Luan, dengan sekelompok direktur melakukan perjalanan ke Timur Tengah untuk meningkatkan hubungan antara klub dan wilayah tersebut, sembari membawa misi sekunder di UAE dan Qatar demi menemukan pembeli untuk bintang mereka yang kurang bersinar.
Ketika ditanya oleh UOL Esporte apa yang harus dilakukan Corinthians dengan Luan, kolumnis Andre Rocha dengan tegas menjawab: “Jual dia sekarang, jika ada penawaran yang sedikit menarik.
"Atau teruslah berusaha untuk mengembalikan performa terbaiknya, tetapi bahwa Luan tahun 2017 tidak akan pernah kembali."
Sang pemain itu sendiri, yang merupakan suporter Corinthians, mengaku sedih dengan ketidakmampuannya mereproduksi performa terbaiknya.
Getty Images“Teman-teman saya adalah penggemar Corinthians. Berada di sini adalah tanggung jawab yang sangat besar,” katanya kepada saluran TV resmi klub pada November lalu.
“Saya menjadi gila, saya bahkan tidak bisa berbicara dengan mereka dan saya tidak bisa tidur ketika Corinthians kalah atau saya tidak bermain bagus. Hal ini memalukan.”
Mungkin masih ada kesempatan bagi Luan untuk menebus dirinya bersama Timao selama ia bekerja keras.
Adapun di musim kali ini, pemain setinggi 180cm itu baru mencetak tiga gol dan dua assists dari 12 penampilannya untuk Corinthians di semua kompetisi.


