Hatem Ben Arfa - Pemain TerlupakanGoal

Awalnya ‘Fenomenal’ Terus Terbuang Di Paris – Kisah Menukiknya Karier Hatem Ben Arfa Di PSG

Musim panas ini lima tahun lalu, ada rumor yang menyebut Hatem Ben Arfa akan dimasukkan dalam skuad Prancis arahan Didier Deschamps untuk Euro 2016.

Playmaker yang waktu itu berusia 31 tahun ini tampil gemilang bersama Nice, di mana ia mengemas 17 gol dan enam assists. Dia menunjukkan visi yang spektakuler, terkadang melewati barisan pertahanan lawan untuk mencetak gol dengan gaya seperti Lionel Messi. Pokoknya menarik untuk dilihat.

Tapi ia akhirnya dilewatkan Deschamps, dan Paris Saint-Germain kemudian datang mengambilnya lewat aturan Bosman.

Artikel dilanjutkan di bawah ini

Transfer itu berujung keliru untuk klub sebagaimana si pemain tidak bermain selama setahun sejak menyumbang brace dalam kemenangan melawan Avranches di perempat-final Coupe de France – dan itu menjadi penampilan terakhirnya di musim 2016/17.

Ben Arfa, sementara itu, tampak santai dan tetap berlatih sekali pun ia tahu bahwa dirinya takkan dipilih lagi oleh pelatih Unai Emery. Ia kemudian gagal mengukir satu penampilan kompetitif untuk PSG di gelaran 2017/18 dan memilih pergi meninggalkan klub seusai kontraknya habis pada Juni 2018.

Hatem Ben Arfa - PSG 2016/17Getty Images

“Petualangan saya di PSG segera berakhir dan terlepas dari momen-momen sulit, saya senang pernah mengenakan jersey ini,” katanya kepada pengikutnya di Instagram ketika mengonfirmasi kepergiannya.

"Saya akan menyimpan kenangan indah dari rekan satu tim saya, saya menghargai dukungan mereka yang berkelanjutan dan saya akan selalu mencintai klub ini."

Memang, reputasi Ben Arfa di kalangan staf jauh lebih tinggi ketimbang dengan para pemimpin klub. Dani Alves bahkan menyebut mantan pemain Newcastle itu 'The Phenomenon' karena eksplosivitasnya di tempat latihan.

Berbicara kepada Canal +, bek Brasil itu mengatakan: “Dia seseorang yang sangat profesional. Dia tidak pernah membuat masalah, baik dengan skuad atau di tempat latihan. Setiap hari kami tertawa bersamanya dan dia berlatih dengan sangat baik."

Maxwell, yang telah pensiun, setuju dengan pendapat Alves tersebut.

“Dia memiliki bakat yang luar biasa. Saya telah melihat banyak pemain bagus dalam karier saya, tetapi dia memiliki kualitas yang berbeda dari yang lain dalam situasi satu lawan satu," kata Maxwell, yang pernah satu tim dengan Lionel Messi di Barcelona, kepada TF1.

Hanya saja, Ben Arfa tidak bisa - atau mungkin lebih tepatnya, tidak akan melakukan sesuatu dengan benar di luar lapangan.

 

Joyeux anniversaire à moi , 1 an de placard ça se fête 😅

A post shared by Hatem Ben Arfa (@hatembenarfaofficiel) on

"Selamat ulang tahun buat saya. Satu tahun tanpa bermain dijadikan sebuah selebrasi"

Masalah selalu mengikutinya selama kariernya. Perjalanannya di Lyon, Marseille dan Newcastle United berakhir dalam keadaan sengit, dan waktunya di Paris juga sama. Hanya di Nice dia pergi dengan pengakuan atas kualitasnya di lapangan.

Sebuah leluconnya yang sederhana untuk Syekh Tamim al-Thani, Emir Qatar, tentang dia yang tidak pernah bisa berhubungan dengan presiden Nasser Al Khelaifi menyulut permasalahan di klub. Marah, Al Khelaifi bersumpah pemain itu tidak akan pernah lagi bermain untuk timnya - janji yang telah dia tepati.

Emery selaku pelatih waktu itu juga tidak mengeluh: Ben Arfa sendiri telah menyempurnakan kesan bagi sang pelatih dan rekan satu timnya, yang tetap mendukungnya sepanjang masa-masa sulit.

Adapun dalam upaya untuk mendorongnya keluar dari klub, PSG memerintahkannya untuk berlatih dengan tim cadangan di awal musim 2017/18.

“Dia akan menjadi Neymar dari CFA (cadangan),” keluh agen Jean-Jacques Bertrand kepada RMC. “Kami telah melihat begitu banyak pemain yang tidak menghormati kontrak mereka yang diminta turun ke tim cadangan. Tapi ini adalah kasus sebaliknya, kami ingin klub menghormati kewajiban mereka terhadap pemain."

Hatem Ben Arfa PSGGetty Images

Selama di tim cadangan, ia membuat kesan positif pada rekan satu timnya.

"Anda mendapat kesan bahwa Hatem bisa mengolongi siapa pun ketika dia mau, tapi saya terkejut dengan kekuatan mentalnya," kata Romain Habran. "Untuk pemain hebat seperti Ben Arfa untuk dimasukkan ke tim CFA, itu tidak mudah. ​​Dia tahu bagaimana cara mengatasi itu. Sekarang saya menganggapnya seperti saudara laki-laki."

Di tengah ancaman tindakan hukum, PSG lalu mengembalikan dia ke skuad tim utama namun dengan sengaja mengabaikannya di hari pertandingan. Sementara itu, Ben Arfa dengan senang hati mengambil gajinya yang dilaporkan mencapai €75.000 per minggu, sembari menolak tawaran yang kurang menguntungkan untuk pergi pada Januari dari klub-klub seperti Saint-Etienne dan Nice.

Dia seolah-olah ingin membalas orang-orang yang telah mempersulit hidupnya.

France Football pernah melaporkan bahwa Ben Arfa bahkan mempertimbangkan untuk memesan pizza untuk seluruh skuad guna merayakan satu tahun sejak ia berselisih dengan pimpinan PSG.

Karier yang seharusnya jadi dua tahun puncak kesuksesannya justru berakhir mengecewakan. Sangat disayangkan bahwa seorang pemain dengan kualitas seperti itu harus terjungkal. Tapi dengan upah di angka €4 juta per tahun, mudah untuk dipahami mengapa dia memilih untuk menghabiskan kontraknya dengan cara itu.

Setelah PSG, Ben Arfa hijrah ke Rennes pada musim panas 2018 dan bertahan di sana sampai musim dingin 2020. Ia kemudian mencoba Liga Spanyol dengan merapat ke Real Valladolid untuk durasi enam bulan.

Pada Oktober 2020 silam, Ben Arfa pulang ke klub Ligue 1 Bordeaux. Ia mencetak gol pertamanya untuk Bordeaux pada 20 November di pertandingan melawan klub lamanya, Rennes.

Sekarang ini di usianya yang menginjak 34 tahun, Ben Arfa belum memiliki klub sejak dilepas Bordeaux pada 1 Juli 2021 kemarin.

Iklan