Pertandingan sepakbola akan terasa menarik jika kedua tim melakukan jual beli serangan dalam koridor fair play.
Beda ceritanya jika salah satu pihak melakukan kecurangan hingga mencederai nilai-nilai sportivitas dan merugikan atau menguntungkan suatu tim.
Di Indonesia ada perumpamaan sepakbola gajah, di mana itu merujuk pada pertandingan yang diduga terdapat praktik curang.
Lantas dari mana itu berasal? Goal coba jelaskan di sini!
Asal Sepakbola Gajah
Ini semua berawal dari pertandingan yang mempertemukan Indonesia dan Thailand, yang dikenal sebagai War Elephant (Gajah Perang) di fase grup Piala AFF 1998. Kedua tim waktu itu tampil tidak serius karena diduga takut bertemu Vietnam di fase berikutnya.
Praktik main mata ini dilakukan untuk menyamakan skor antara satu tim dengan lainnya, atau sengaja menyerah. Tujuannya jelas, agar sebuah tim mendapatkan keuntungan untuk bisa menentukan posisi di klasemen.
Itu bisa juga dijadikan ajakan untuk menentukan lawan selanjutnya dalam perebutan trofi. Dan praktik semacam ini telah merusak citra Indonesia di dunia sepakbola.
Contoh Lain Sepakbola Gajah
Pada 2014 silam, sepakbola gajah kembali dipertontonkan pelaku sepakbola Indonesia, manakala PSS menang 3-2 atas PSIS Semarang di Stadion Sasana Krida Akademi Angkatan Udara DIY.
Dalam partai tersebut kelima gol yang tercipta berasal dari gol bunuh diri masing-masing tim. Pelatih tim tuan rumah, Herry Kiswanto, lantas memilih bungkam atas peristiwa memalukan tersebut.
“Saya tidak mau berkomentar lebih banyak, Anda lihat sendiri banyak pengurus kedua tim berdiri di sana. Mungkin Anda tahu, saya adalah atlet, ini tak sesuai dengan hati nurani saya,” tutur Herry pada para wartawan.
Di pihak bersebrangan, pelatih PSIS Eko Riyadi juga memilih tutup mulut hingga tak mau menghadiri sesi jumpa pers selepas laga.
Sementara pengawas pertandingan, Zufrial, mengatakan. “Saya tahu ini bukan pertandingan normal. Dan tugas saya di sini hanya melaporkan apa yang saya lihat. Sehingga keputusan nanti yang akan ambil adalah PT LI (Liga Indonesia),” terangnya.
Mengakar Sampai Kasta Bawah
Kompetisi Liga 3 Indonesia mendapat sorotan setelah laga krusial antara PS Siak melawan Serpong City FC dinodai aksi pemain naturalisasi yang seperti melakukan sepakbola gajah. Pemain tersebut adalah bek asal Kamerun, Bruno Casimir.
Bruno sendiri sudah menjadi Warga Negara Indonesia dan menjadi bagian dari PS Siak pada kompetisi Liga 3 2022. Pada pertandingan kontra Serpong City, Bruno terlihat membiarkan pemain lawan mengambil bola yang sebenarnya sangat dekat dengan dirinya.
Akibat dari aksi tersebut, terjadilah gol untuk Serpong City. PS Siak harus menyerah dengan skor 3-1, tapi akhirnya Serpong City tetap gagal melaju ke babak delapan besar, yang artinya tidak bisa berlaga di kompetisi Liga 2 musim 2022.
Aksi Bruno tersebut dapat sorotan dari warganet, yang mencurigai bahwa Bruno sengaja memberikan Serpong City gol. Mochamad Iriawan selaku ketua umum PSSI juga sudah angkat suara, untuk membawa kasus ini ke Komite Disiplin, supaya ditelusuri.
Seperti dikutip akun media sosial resmi dari Liga 3, Bruno bersaksi dengan nama Tuhan dan membela dirinya, bahwa tidak ada kesengajaan pada momen dirinya terlihat membiarkan bola diambil pemain Serpong City. Bruno yang juga kapten PS Siak itu memastikan dirinya tidak menerima apa pun dari perbuatan tersebut.
“Saya pemain profesional, bisa ditanya ke orang-orang dekat saya dalam hal pekerjaan. Seumur hidup, saya tidak pernah makan uang haram. Semua penghasilan saya hasil kerja keras dan keringat saya,” tulis Bruno Casimir, via akun Instagram pribadi miliknya.
“Pada saat kami dapat free kick, teman saya Khoirul Fikri, saya minta dia kasih bola ke depan, ke Fahri. Saya teriak-teriak, dia tidak kasih bola ke Fahri dan saat saya berbalik badan mau bicara ke bangku cadangan, tiba-tiba dia passing ke saya dan demi Tuhan saya tidak tahu kalau dia mau passing ke saya. Saya kaget, dia kenapa passing ke saya, dan dia langsung kejar bola itu," imbuhnya.
Sepanjang musim, Liga 3 memang diwarnai berbagai kontroversi yang membuat netizen heran. Dari mulai kinerja wasit yang nampak tidak beres, hingga aksi Bruno yang juga sulit dipercaya.