OLEH SANDY MARIATNA Ikuti di Twitter
Pengganti Diego Costa akhirnya telah datang. Setelah berpekan-pekan berkutat dengan sejumlah striker bidikan, Chelsea akhirnya menjatuhkan pilihan kepada Alvaro Morata yang diresmikan kedatangannya dari Real Madrid senilai £70 juta pada Jumat (21/7) lalu.
Mengisi posisi lowong yang ditinggalkan Costa jelas bukan perkara mudah. Sebelum didepak, Costa bukan cuma merupakan mesin gol The Blues, namun juga menjadi ikon klub yang unik berkat karakternya yang keras. Sejumlah pihak menilai, Chelsea seharusnya memboyong Romelu Lukaku atau Andrea Belotti yang punya gaya bermain mirip Costa.
Morata dinilai tidak memiliki kengototan bermain layaknya Costa. Namun kualitas individu Morata tidak perlu diragukan lagi. Ia adalah tipe striker cerdas, punya teknik mumpuni, dan juga memiliki atribut fisik yang tidak kalah dengan Costa.
SIMAK JUGA: Morata Targetkan Cetak Banyak Gol Di Chelsea
Di satu sisi, Morata juga memilih Chelsea lantaran tidak betah cuma berstatus sebagai striker pilihan kedua di Madrid. Meski sudah dua kali memenangi Liga Champions bersama Madrid, Morata tentu punya ambisi untuk mengembangkan talentanya menjadi striker terbaik dunia, sesuatu yang hanya bisa diraih dengan cara bermain reguler.
Pertandingan Berikut
“Morata akan menjadi striker utama kami. Dia adalah striker yang bagus, pemain yang memiliki prospek cerah bersama Chelsea. Dia masih sangat muda dan saya yakin dia akan banyak berkembang. Semoga dia bisa membuktikan diri,” kata Antonio Conte.
Sang manajer tentu punya pertimbangan pribadi mengapa ia memilih Morata, striker yang pernah dilatihnya selama semusim di Juventus. Salah satunya, Morata merupakan sosok striker yang lebih fleksibel ditempatkan ke dalam sejumlah formasi.
Di musim lalu, Conte kerap terlihat buntu dengan formasi 3-4-3 andalannya, seperti saat di final Piala FA melawan Arsenal. Kehadiran Morata nantinya bakal membuat Conte punya keleluasaan menerapkan variasi taktik sehingga pada akhirnya akan membuat Chelsea kian sulit dibendung di musim 2017/18.
Tidak bisa dibantah, 3-4-3 adalah sebuah sistem pencerahan di musim lalu. Sejak diperkenalkan pada Oktober, Chelsea yang sempat terseok-seok langsung tampil menyengat hingga mencatatkan 13 kemenangan beruntun di Liga Primer Inggris. Formula juara ini kemungkinan besar bakal dipertahankan Conte di musim depan.
Morata akan mengambil peran seperti Costa di musim lalu, dengan menjadi ujung tombak diapit dua winger. Berhubung memiliki pergerakan yang lebih mobile ketimbang Costa, Morata bakal menghadirkan agresivitas dan kecepatan yang lebih intens. Meski demikian, Morata harus lebih sabar saat Chelsea menghadapi tim yang menerapkan taktik bertahan total.
Di sepanjang musim lalu, Chelsea kerap beralih ke formasi ini untuk mengakomodasi Cesc Fabregas. Menariknya, Fabregas menjadi pemain Chelsea yang paling kreatif dengan mampu membikin 12 assist di Liga Primer musim lalu meski turun dari bangku cadangan. Fabregas mungkin akan menjalani peran serupa di musim depan setelah Conte mendatangkan Tiemoue Bakayoko.
Namun, jika Chelsea ingin memanfaatkan koneksi Fabregas-Morata sebaik mungkin, Conte harus lebih rutin memainkan formasi 3-5-2. Kenangan manis publik Stamford Bridge akan kerjasama maut antara Frank Lampard dan Didier Drogba berpotensi bersemi kembali dalam diri duo Spanyol ini.
Jika Conte tidak ingin terlalu terikat dengan tiga bek, pakem empat bek bakal menjadi alternatif yang layak dipertimbangkan. Sebagaimana yang pernah diterapkannya di Bari, Juventus, dan di awal musim bersama Chelsea, formasi 4-2-4 memungkinkan Conte untuk memainkan strategi full-attack.
Sistem ini sempat dipakai satu-dua kali jelang akhir musim laku, seperti saat Michy Batshuayi mencetak gol penentu atas West Bromwich Albion yang mengunci gelar juara. Costa barangkali kurang cocok dengan formasi ini, namun mobilitas tinggi Morata akan membuat Conte tergoda untuk menjajalnya kembali.