Elliott Nevitt Jamie Vardy GFXGetty/GOAL

'Jamie Vardy Bisa Kok!' - Mimpi Elliott Nevitt Tembus Liga Primer Inggris Via Sepakbola Tarkam

Bayangkan adegannya. Anda dan teman-teman Anda baru saja memenangkan gelar Sunday League alias liga tarkam di Inggris, mencetak dua gol brilian setelah memenangkan piala nasional minggu sebelumnya.

Omong-omong, anda juga mencetak gol di final piala tersebut, dan beberapa pekan sebelumnya, Anda mencetak hat-trick di Wembley saat tim amatir Anda memenangkan turnamen FA Vase yang disiarkan di TV nasional.

Itu adalah beberapa bulan terbaik dalam hidup Anda, sejujurnya, namun Anda tidak bisa berlarut merayakannya. Anda tidak bisa.

Artikel dilanjutkan di bawah ini

Karena pada hari Senin sesudah momen itu, semuanya berubah. Anda harus mengucapkan selamat tinggal pada liga tarkam yang biasa dimainkan pada hari Minggu, tidak lagi bekerja di luar dunia sepakbola sebagaimana mestinya. Pada hari Senin itu, kehidupan baru Anda sebagai pesepakbola profesional dimulai.

Setahun yang lalu, Elliott Nevitt menemukan dirinya dalam situasi seperti itu, dan cukup adil untuk mengatakan bahwa belum pernah lagi menengok ke belakang sejak saat itu.

Hingga saat ini, saat penyerang Tranmere Rovers duduk bersama GOAL untuk merenungkan tahun pertamanya sebagai pemain Football League, kompetisi profesional di bawah Liga Primer di Inggris.

"Saya tidak akan mengubah apa pun," kata Nevitt. "Saya melakukan sesuatu yang tidak pernah saya pikirkan akan saya lakukan. Saya menjalani mimpi saya."

Musim pertamanya sebagai seorang profesional tidak bisa digambarkan sebagai apa pun selain sukses. Setelah bersinar untuk Campfield FC di Sunday League di Liverpool yang sangat kompetitif, dan telah membuat dampak besar bersama Warrington Rylands di tingkat kedelapan kasta sepakbola Inggris, Nevitt telah menjalani pekerjaan penuh waktu di sepakbola dengan cara yang mengesankan.

Ia bermain 45 kali untuk Tranmere di semua kompetisi musim lalu, termasuk 40 penampilan di League Two. Ia menutup musim sebagai topskor klub, dan dinobatkan sebagai pemain terbaik tahun ini oleh rekan-rekan satu tim dan suporter klubnya.

"Saya berutang segalanya kepada Tranmere," katanya. "Mereka telah memberi saya begitu banyak. Mereka membuat mimpi saya menjadi kenyataan."

"Para penggemar telah menjadikan saya salah satu favorit mereka, dan itu sangat berarti. Saya pikir mereka melihat saya sebagai salah satu dari mereka; Saya bekerja keras, saya tidak pernah curang dan saya akan melakukan apa saja untuk menang."

Kisah Nevitt tentu saja tidak biasa bagi seorang profesional. Ia berusia 25 tahun sekarang, namun tidak pernah terdaftar di tim muda mana pun saat belia. Ia menghabiskan waktu di Akademi Steven Gerard saat remaja, dan sempat tergoda untuk bermain di kompetisi muda Amerika Serikat (AS) yakni Premier Development League atau yang sekarang dikenal sebagai US League Two.

Sepakbola tarkam, bagaimana pun, menjadi awal dan akhir dari segalanya. Nevitt bermain untuk Campfield, salah satu tim amatir paling sukses di Merseyside, saat sambil bekerja penuh waktu di pabrik otomotif Jaguar Land Rover.

"Shift kerja," kenangnya, meringis. "Satu minggu jam 6 pagi sampai jam 2 siang, lalu jam 2 siang sampai jam 10 malam, dan kemudian jam 10 malam sampai jam 6 pagi."

"Empat tahun saya melakukannya. Saya akan bisa kembali ke sana. Shift malam adalah hal tersulit yang pernah saya lakukan."

Coba bayangkan, itu dilakukannya saat harus segera mengikuti pramusim pertamanya di Tranmere sebagai profesional, sesulit apa?

"Itu sulit, sobat," katanya. "Saya pikir saya bisa langsung nyetel karena saya telah bermain sepanjang musim panas untuk Campy."

"Tapi wow, sesi pertamanya! Mereka seperti mesin. Saya tidak bisa mengikuti mereka. Itu seperti dunia yang berbeda."

Ironisnya, pertandingan pertama Nevitt untuk Tranmere adalah melawan Rangers yang diasuh Gerrard di Prenton Park.

"Ya, itu gila," katanya. "Saya penggemar Liverpool, dan setelah pertandingan Stevie mendatangi saya dan berkata 'Bagus sekali, kamu hebat, teruskan.'"

"Ia dan [pelatih] Tom Culshaw bertanya apakah mereka bisa berfoto dengan saya, jadi mereka bisa mengirimkannya ke orang-orang di akademi. Kayak enggak nyata!"

Nevitt beradaptasi dengan baik di Tranmere, terutama dengan para pemain profesional yang lebih berpengalaman seperti Callum McManaman, Jay Spearing dan Nicky Maynard, tetapi ia dengan cepat belajar bahwa kebugaran akan menjadi kunci jika ia ingin mengambil kesempatan besar.

Beratnya 94 kilogram saat tiba di Prenton Park, tetapi segera menurunkannya.

"Saya berlatih sangat keras," katanya. "Saya bekerja tanpa henti dengan Andy Hodgen, pelatih kebugaran, dan ahli gizi klub memberi saya semua hal yang harus saya lakukan. Saya tidak pernah tidak mematuhinya selama enam bulan."

"Mereka menimbang saya setiap tiga minggu dan saya bisa melihat dan merasakan perbedaannya setiap saat. Saya menjadi sedikit terobsesi, jujur saja!"

"Klub ingin berat badan saya turun menjadi 88 kilogram, namun akhirnya turun menjadi 80 dalam enam bulan. Perbedaannya bagi saya sangat besar. Pramusim ini, saya merasa paling siap. Saya merasa lebih tajam, lebih ramping, lebih kuat dan jauh lebih baik."

Jelas ketajamannya terlihat. Delapan gol mungkin cukup menjadi nilai positif dari kampanye debutnya, namun ia memiliki target yang jauh lebih tinggi untuk musim baru.

"Saya ingin mencetak 20 gol atau lebih," katanya. "Musim lalu adalah tentang belajar, tetapi tahun ini saya perlu berbuat lebih baik, saya harus bisa melakukannya. Saya ingin banyak gol."

"Saya bukan anak kecil sekarang, saya 25 tahun, saatnya untuk produktif. Saya perlu mencetak gol, dan kami harus bisa promosi ke League One. Itulah yang diinginkan klub ini dan yang pantas didapatkan oleh para penggemar."

Tranmere mencintainya, sebagaimana dibuktikan oleh fakta bahwa mereka memperpanjang kontraknya dalam waktu empat bulan setelah ia meneken kontrak awalnya, dan setelah nyaris lolos ke babak play-off promosi musim lalu, tim asuhan Mickey Mellon akan kembali menjadi favorit untuk promosi kali ini.

Ada pun dirinya sendiri, bagaimana ia melihat kisahnya sejauh ini? Langit adalah batasnya, kan?

Entah merasa atau tidak, kisah Nevitt mungkin bisa menjadi seperti cerita Jamie Vardy, atau mungkin Rickie Lambert, sebagai contoh dari apa yang dapat dilakukan oleh mereka yang telat memasuki dunia sepakbola profesional, dengan modal kerja keras.

"Seratus persen," katanya. "Mereka adalah inspirasi, terutama seseorang seperti Lambert. Ia adalah penggemar Liverpool yang akhirnya bermain untuk Liverpool. Tidak ada yang lebih baik, bukan? Bayangkan saja! Saya tidak tahu apa yang akan saya lakukan jika mendapatkan kesempatan itu."

"Vardy berusia 35 tahun dan masih bermain bagus. Ia memenangkan Liga Primer, Sepatu Emas dan masih tajam seperti sebelumnya. Ia luar biasa, sepertinya ia masih bisa bermain 10 tahun lagi. Ia tentu bekerja sangat keras. Bagaimana itu tidak menginspirasi Anda?"

"Jika saya memiliki setengah karier dari apa yang mereka miliki, saya akan sangat senang. Mereka telah melakukan sesuatu yang tidak pernah saya pikirkan. Tapi saya tidak pernah berpikir saya akan sampai di sini, jadi mengapa tidak? Saya hanya akan berusaha dan bekerja keras dan jika itu tidak terjadi, maka setidaknya saya sudah melakukan semua yang saya bisa."

"Saya berkata kepada teman-teman saya musim panas lalu, 'Ini bisa menjadi satu-satunya kesempatan saya'. Dan setelah beberapa minggu saya merasa seperti berkata 'Saya ingin melakukan ini selamanya'."

"Saya tahu saya bisa menjalaninya sekarang. Butuh waktu enam bulan bagi saya untuk menyesuaikan dan membiasakan diri dengan semuanya, tetapi saya sudah di sana sekarang. Ini adalah kesempatan sekali seumur hidup, dan saya tidak ingin melepaskannya."

Iklan