Kane Bale signings GFXGetty/GOAL

Jangan Ngawur Lagi, Tottenham! Kegagalan 'Gareth Bale-Money' Tak Boleh Terulang Di Kejadian 'Harry Kane-Money'

Harry Kane bukan lagi pemain Tottenham. Sangat sedikit pendukung yang membayangkan hari itu terjadi di musim panas ini, meskipun sejumlah klub dilaporkan mengantre untuk mengontraknya.

Pemain internasional Inggris tersebut telah menunjukkan kesetiaan yang tak tergoyahkan kepada Spurs selama hampir satu dekade, setelah awalnya menembus ke tim senior pada tahun 2014. Dia memiliki banyak peluang untuk pergi, terutama ketika Manchester City menggodanya pada tahun 2021, tetapi dia tetap bertahan dan melanjutkan perjalanannya di Spurs.

Namun, setelah bencana di musim 2022/23 yang membuat Tottenham terpeleset ke urutan kedelapan di Liga Primer dan memperpanjang puasa gelar mereka menjadi 15 tahun, Kane menemukan dirinya berada di persimpangan karier. Seorang pemain sekaliber dia pantas berada di klub yang mampu memperjuangkan semua trofi yang ada, dan Spurs tidak pernah ada dalam kategori itu.

Bayern Munich akhirnya meyakinkan Kane untuk menyelesaikan transfer £100 juta ($127 juta) ke Allianz Arena, dengan pemilik Spurs Daniel Levy sebenarnya enggan membiarkan asset berharganya pergi setelah berbulan-bulan negosiasi yang intens. Kane hampir berusia 34 tahun pada saat kontraknya dengan juara Bundesliga berakhir, dan harus menyelesaikan waktunya di klub dengan lemari trofi penuh - yang mungkin termasuk Liga Champions.

Kane telah membuat keputusan yang tepat untuk warisannya dalam permainan, tetapi bagaimana Spurs mengatasi itu, bermain tanpa pencetak gol terbanyak sepanjang masa mereka? Banyak yang akan tergantung pada seberapa baik mereka membelanjakan uang yang dihasilkan dari transfernya ke Bayern.

Tottenham pernah terlibat dalam satu kesepakatan lain yang begitu tinggi - ketika Gareth Bale bergabung dengan Real Madrid, yang ditebus dengan memecahkan rekor dunia kala itu £85 juta ($108 juta) pada musim panas 2013. Pada kesempatan itu, alih-alih mencoba mengganti dia hanya dengan satu pemain, The Lilywhites merekrut tujuh pemain baru.

Sepuluh tahun setelah itu dan tidak ada satu pun dari mereka yang masih berada di Spurs - dan GOAL melihat bagaimana nasib mereka...

  • Vlad Chiriches SpursGetty

    Vlad Chiriches

    Spurs membayar £7 juta untuk mengontrak Vlad Chiriches dari Steaua Bucharest, yang tampak seperti bisnis yang cerdik pada saat itu mengingat keserbagunaan pemain Rumania ini. Chiriches bisa beroperasi sebagai bek tengah, bek sayap atau gelandang bertahan, tetapi tidak pernah bisa mendapat menit bermain reguler di Tottenham.

    Dia membuat 43 penampilan di semua kompetisi selama dua musim sebelum dijual ke Napoli seharga £5 juta, tetapi juga kesulitan mendapat menit bermain di Italia. Partenopei meminjamkan Chiriches ke Sassuolo pada 2019 dan bergabung dengan klub secara permanen pada tahun berikutnya.

    sang bek bermain dalam 62 pertandingan Serie A untuk Sassuolo, dan juga tampil dalam untuk Cremonese musim lalu, tetapi tidak berdaya untuk mencegah mereka dari degradasi. Musim panas ini, ia bergabung dengan klub Rumania FCSB secara gratis.

  • Iklan
  • Paulinho-TottenhamGetty

    Paulinho

    Paulinho dibandingkan dengan legenda Chelsea Frank Lampard setibanya di Spurs, setelah membuktikan dirinya sebagai gelandang pencetak gol dengan potensi besar di Corinthians. Sayangnya, pemain Brasil ini tidak mampu memenuhi ekspektasi tersebut di London utara, karena ia hanya berhasil mencetak spuluh gol dalam 67 pertandingan.

    Spurs melepas Paulinho ke tim China Guangzhou Evergrande setelah dua musim yang biasa-biasa saja, dan tampaknya dia tidak akan pernah kembali ke Eropa. Namun, Barcelona membuat kejutan untuknya pada tahun 2017, dia membantu mereka memenangkan gelar ganda La Liga dan Copa del Rey dalam satu tahunnya di Camp Nou sebelum kembali ke Guangzhou.

    Mantan pemain internasional Brasil ini kemudian bergabung dengan tim Arab Saudi Al-Hilal pada 2021, tetapi bergabung kembali dengan Corinthians tahun lalu dan masih bermain pada usia 35 tahun di negara asalnya.

  • Chadli-SpursGetty

    Nacer Chadli

    Berbeda dengan dua pemain pertama dalam daftar ini, Nacer Chadli sebenarnya dapat melihat kembali waktunya di Spurs dengan cara yang relatif positif. Direkrut hanya dengan £7 juta dari tim Belanda FC Twente, winger itu kemudian mencetak 25 gol selama tiga musim pertamanya di Tottenham, meskipun tanpa memberikan ancaman yang hampir sama seperti yang dilakukan Bale.

    Spurs menjual Chadli ke West Brom pada 2016, menghasilkan keuntungan £5 juta dalam prosesnya, dan dia bermain dua musim lagi di Liga Primer di The Hawthorns sebelum bergabung dengan Monaco. Dia gagal memberikan pengaruh di Stade Louis II, dan setelah masa peminjaman di Anderlecht dia menyelesaikan transfer ke Itanbul Basaksehir.

    Chadli kembali ke papan atas Belgia dengan status pinjaman di Westerlo pada 2022/23, tetapi sekarang kembali ke Turki untuk menyelesaikan tahun terakhi kontranya di Basaksehir.

  • Soldado-SpursGetty

    Roberto Soldado

    Spurs memecahkan rekor transfer mereka untuk kedua kalinya di bursa transfer musim panas 2013 dengan menghabiskan £26 juta ($33 juta) untuk striker Valencia Roberto Soldado, yang mencetak 30 gol di musim terakhirnya di Mestalla.

    Dia tidak bisa melanjutkan performa apiknya di Liga Primer, mencetak hanya tujuh gol dalam 52 pertandingan, akhirnya tergusur oleh Kane. Tottenham mengambil kesempatan untuk mengeluarkan Soldado ketika Villarreal datang dengan tawaran £10 juta pada 2015, dan dia juga sempat bermain untuk Fenerbahce, Granada dan Levante.

    Merefleksikan kegagalannya di Spurs selama wawancaranya dengan The Guardian setahun setelah kepergiannya, pemain asal Spanyol ini mengatakan: "Saya pikir pada akhirnya apa yang mengecewakan saya di Tottenham adalah pikiran saya sendiri; untuk alasan apa pun, itu tidak benar. Saya mendapatkan peluang mudah di lapangan dan saya melewatkannya; hal terkecil akan merugikan saya."

  • Capoue-SpursGetty

    Etienne Capoue

    Etienne Capoue muncul sebagai salah satu gelandang paling konsisten di Prancis selama lima tahun bertugas di Toulouse, dan bahkan berhasil masuk ke Ligue 1 Team of the Season pada tahun 2012. Dia mendapatkan tujuh caps untuk Prancis saat bergabung dengan Tottenham, tapi juga berjuang untuk membuat pengaruh di London utara.

    Dia hanya tampil 12 kali di Liga Primer 2013/14 dan 2014/15, dan hanya mencetak dua gol untuk Spurs, yang kemudian memutuskan untuk menjualnya ke Watford. Capoue membangun kembali reputasinya di Vicarage Road dengan mengagumkan, bermain dalam 181 pertandingan untuk klub sebelum bergabung dengan Villarreal pada Januari 2021.

    Momen terbaik dalam karier Capoue datang bersama Tim Kapal Selam Kuning, yang memenangkan Liga Europa 2020/21 setelah penampilannya melawan Manchester United di final membawanya menjadi Man of the Match. Pemain Prancis ini juga membantu Villarreal mencapai semi-final Liga Champions pada musim berikutnya, dan tetap menjadi anggota kunci tim di usia 35 tahun.

  • Lamela-SpursGetty

    Erik Lamela

    Erik Lamela adalah yang terakhir dari tujuh pemain dalam daftar ini yang meninggalkan Spurs, karena ia menghabiskan sembilan tahun di klub setelah ditebus dari AS Roma sebesar £25 juta. Pemain Argentina ini berjuang dengan cedera selama masanya di Inggris, tetapi masih membuat 255 penampilan untuk Tottenham dan memiliki momen-momen yang tak terlupakan.

    Penggemar Spurs akan selalu mengingat Lamela dengan Rabona yang mengesankan dalam pertandingan derby melawan Arsenal di Emirates Stadium pada 2020/21, yang akhirnya memenangkan penghargaan Premier League Goal of the Season. Dia mencetak total 37 gol dan 47 assist untuk Spurs, dan memainkan perannya selama era Mauricio Pochettino yang sukses.

    Lamela bergabung dengan Sevilla dalam kesepakatan pertukaran dengan Bryan Gil pada musim panas 2021, dan membantu raksasa Spanyol itu memenangkan Liga Europa musim lalu - mencetak penalti dalam kemenangan adu penalti mereka atas mantan klubnya, Roma, di final.

  • Eriksen-SpursGetty

    Christian Eriksen

    Christian Eriksen tidak diragukan lagi adalah rekrutan tersukses yang dibuat Spurs dengan uang Bale, seperti yang digarisbawahi oleh rekor 69 gol dan 90 assist dalam 309 penampilan. Setelah bergabung dengan klub dari AJax hanya dengan £11 juta saat berusia 21 tahun, Eriksen secara bertahap memantapkan dirinya sebagai salah satu playmaker terbaik di sepakbola Eropa.

    Pemain Denmark itu memainkan peran kunci dalam kebangkitan Tottenham sebagai penantang gelar di bawah asuhan Pochettino dan merupakan pemain yang menonjol selama perjalanan mereka ke final Liga Champions 2018/19. Eriksen menolak kontrak baru sebelum bergabung dengan Inter Milan pada Januari 2020, dan dapat dikatakan bahwa Spurs tidak lagi sama sejak kepergiannya.

    Gelandang tersebut kemudian memenangkan gelar Serie A di musim keduanya di Giuseppe Meazza, tetapi ia mengalami masalah serius ketika membela Denmark di Euro 2020. Eriksen mengalami serangan jantung di lapangan dan langsung mendapatkan perawatan sementara seluruh dunia sepakbola menyaksikan dengan ngeri. Syukurlah dia pulih dan segera dapat kembali ke lapangan setelah dipasangi implantable cardioverter defibrillator (ICD).

    Nerazzurri terpaksa melepasnya karena Serie A melarang ICD, tetapi Eriksen kembali ke Inggris untuk memperkuat Brentford, dan dia pindah ke Manchester United setelah penampilannya yang mengesankan untuk Bees. Eriksen memenangkan Piala Liga di musim debutnya di Old Trafford dan tetap menjadi salah satu pemain paling brilian secara teknis dalam permainan.