Manchester City v Manchester United - Premier LeagueGetty Images Sport

Wajib Sepatu Hitam & Dilarang Pakai Sarung Tangan! Bintang Terbuang Manchester United Bongkar Aturan 'Militer' Sewaktu Di Akademi

Nama Timothy Fosu-Mensah mungkin sudah mulai pudar dari ingatan sebagian penggemar Manchester United, namun ceritanya tentang kehidupan di balik layar Old Trafford tetap menarik untuk disimak. Mantan wonderkid asal Belanda ini pernah digadang-gadang sebagai masa depan lini pertahanan Setan Merah saat direkrut dari Ajax Amsterdam pada 2014. Kini, di usia 27 tahun dan berstatus tanpa klub, Fosu-Mensah membagikan nostalgia tentang masa transisinya yang penuh tantangan di Inggris.

Perbedaan budaya sepakbola antara Belanda dan Inggris menjadi kejutan terbesar baginya. Jika di Ajax para pemain muda diberikan kebebasan dalam berekspresi, akademi Manchester United di era tersebut, di bawah bimbingan figur-figur "keras" seperti Brian McClair dan Paul McGuinness, menerapkan disiplin militer. Fosu-Mensah harus beradaptasi cepat dengan lingkungan yang menuntut kepatuhan terhadap tradisi, bahkan dalam hal-hal kecil seperti penampilan di lapangan.

Namun, di tengah ketatnya aturan akademi, Fosu-Mensah menemukan kenyamanan melalui persahabatan. Sosok Marcus Rashford, yang saat itu juga sedang meniti karier, menjadi kunci adaptasinya di negara baru. Koneksi antara kedua pemain muda ini tidak hanya terjadi di lapangan hijau, tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari yang membantu Fosu-Mensah merasa diterima di lingkungan barunya.

Kisah Fosu-Mensah adalah pengingat akan sisi manusiawi dari pengembangan pemain muda. Di balik debut gemilang dan transfer besar, ada perjuangan adaptasi budaya, aturan-aturan unik yang membentuk karakter, dan pentingnya dukungan rekan setim.

  • Timothy Fosu-Mensah of Manchester UnitedCharlie Crowhurst/Getty Images

    Gegar Budaya dan Aturan Ketat Akademi

    Kepindahan dari Ajax ke Manchester United pada 2014 bukanlah hal yang mudah bagi Fosu-Mensah muda. Ia datang dari sistem pembinaan Belanda yang lebih liberal, di mana pemain dibebaskan dalam memilih perlengkapan mereka. "Ketika saya pergi ke Manchester, sekitar tahun 2014, keadaannya berbeda di akademi dibandingkan dengan sekarang," kata Fosu-Mensah kepada GiveMeSport.

    Ia dihadapkan pada figur-figur otoritas yang menanamkan disiplin tinggi. "Mereka (pelatih) keras, tetapi orang-orang keras yang baik, dan ada aturan yang cukup ketat dibandingkan sekarang. Hal-hal seperti Anda harus memakai sepatu bola hitam," ujarnya. Aturan sepatu hitam ini adalah tradisi lama United untuk menjaga pemain tetap rendah hati sebelum mencapai tim utama.

    Tidak hanya soal sepatu, aturan ketat juga berlaku untuk aksesoris lainnya, sesuatu yang sangat berbeda dengan apa yang ia alami di Amsterdam. "Anda juga tidak diperbolehkan memakai sarung tangan atau pelindung apa pun dalam pertandingan. Di Ajax saya diperbolehkan melakukan segalanya, jadi bagian itu sulit pada awalnya," tambahnya.

    Perbedaan budaya ini memaksanya untuk mengubah mentalitas dengan cepat. Fosu-Mensah harus menanggalkan kenyamanan dan kebebasan yang ia miliki di Ajax untuk bisa bertahan dalam sistem "sekolah lama" United. Pengalaman ini menjadi fondasi awal yang membentuk karakter disiplinnya di Inggris.

  • Iklan
  • FBL-ENG-PR-MAN UTD-ARSENALAFP

    Insiden Sepatu Hitam dan Cat Semprot Ayah

    Salah satu anekdot paling menarik yang dibagikan Fosu-Mensah adalah tentang usahanya mematuhi aturan sepatu hitam. Saat itu, ia sudah memiliki kontrak dengan Nike dan hanya memiliki stok sepatu berwarna-warni. "Pada waktu itu saya sudah memiliki kontrak Nike, jadi saya hanya punya sepatu berwarna," jelasnya mengenai dilema yang dihadapinya.

    Untuk menyiasati aturan tersebut menjelang laga debutnya melawan Everton, ayahnya melakukan tindakan kreatif namun berisiko. "Ayah saya benar-benar menyemprot salah satu sepatu saya dengan cat hitam untuk pertandingan pertama melawan Everton," cerita Fosu-Mensah sambil mengenang momen unik tersebut.

    Namun, solusi darurat tersebut tidak bertahan lama di atas lapangan yang intens. "Tapi cat semprotnya luntur di tengah pertandingan," akunya. Momen ketika warna asli sepatu mulai terlihat di tengah laga menjadi kenangan lucu sekaligus menegangkan bagi pemain muda yang takut melanggar aturan pelatih.

    Kisah sepatu ini menggambarkan betapa seriusnya akademi United dalam menegakkan standar mereka. Tidak peduli apakah pemain tersebut adalah talenta impor berbakat atau memiliki sponsor, aturan tetaplah aturan. Fosu-Mensah belajar bahwa detail kecil pun diperhatikan di Old Trafford.

  • FBL-ENG-PR-MAN CITY-MAN UTDAFP

    Debut Impian di Bawah Louis van Gaal

    Kerja keras dan adaptasi Fosu-Mensah akhirnya membuahkan hasil pada Februari 2016 saat manajer Louis van Gaal memberinya debut di laga besar melawan Arsenal. Masuk sebagai pemain pengganti di posisi bek kiri, ia merasa sangat terbantu oleh kehadiran rekan senegaranya, Daley Blind.

    Blind, yang saat itu bergeser menjadi bek tengah, menjadi mentor dadakan di lapangan. "Dia (Blind) banyak membantu saya karena kami berdua orang Belanda, jadi dia bisa berbicara dengan saya dan membimbing saya melaluinya," ungkap Fosu-Mensah mengenai peran vital seniornya itu.

    Momen debut tersebut menjadi puncak dari segala pengorbanan yang ia lakukan sejak pindah ke Inggris. "Itulah yang paling saya ingat – saya sangat bersemangat dan antusias karena inilah tepatnya yang saya inginkan," katanya, menggambarkan perasaan euforia saat pertama kali merumput di Old Trafford.

    Pertandingan itu berakhir dengan kemenangan 3-2 untuk United, di mana Marcus Rashford mencetak dua gol. Bagi Fosu-Mensah, menjadi bagian dari kemenangan krusial melawan rival abadi di debutnya adalah skenario impian yang menjadi kenyataan.

  • Manchester United v Reading - The Emirates FA Cup Third RoundGetty Images Sport

    Peran Vital Marcus Rashford sebagai Sahabat

    Di luar lapangan, adaptasi Fosu-Mensah di Inggris sangat terbantu oleh persahabatannya dengan Marcus Rashford. Keduanya tinggal berdekatan dan sering menghabiskan waktu bersama. "Marcus membuatnya sangat mudah bagi saya karena kami tinggal sangat dekat. Kami pergi ke perguruan tinggi bersama," kenangnya.

    Rashford, yang merupakan pemain lokal, mengambil peran sebagai pemandu bagi Fosu-Mensah, bahkan menjadi sopir pribadinya. "Dia yang pertama mendapatkan SIM, jadi dia yang mengantar kami. Terkadang dia hanya akan berkata, 'Timmy, ayo ke kota'," cerita Fosu-Mensah tentang kedekatan mereka.

    Hubungan ini sangat berarti bagi Fosu-Mensah yang saat itu masih beradaptasi dengan kehidupan di negara baru. "Seluruh klub membuatnya mudah bagi saya, tetapi dia (Rashford) secara khusus," tegasnya, mengakui bahwa Rashford memiliki andil besar dalam kenyamanannya di Manchester.

    Persahabatan ini menunjukkan sisi humanis dari kehidupan akademi. Di tengah persaingan ketat untuk menembus tim utama, ikatan persaudaraan antar pemain menjadi sistem pendukung yang krusial. Rashford tidak hanya menjadi rekan setim yang hebat, tetapi juga teman yang peduli.

  • Bayer 04 Leverkusen v FC Augsburg - BundesligaGetty Images Sport

    Perjalanan Karier Pasca Old Trafford

    Setelah debut gemilang dan masa-masa awal yang menjanjikan, karier Fosu-Mensah di United tidak berjalan mulus karena serangkaian cedera. Cedera ligamen lutut yang parah saat masa peminjaman di Fulham menjadi titik balik negatif yang menghambat perkembangannya. Ia hanya mencatatkan total sembilan penampilan senior di bawah Ole Gunnar Solskjaer sebelum akhirnya dilepas.

    Kepindahannya ke Bayer Leverkusen pada Januari 2021 diharapkan menjadi awal baru. Namun, nasib baik belum sepenuhnya berpihak padanya di Bundesliga, hingga akhirnya ia dilepas oleh klub Jerman tersebut tahun lalu. Kini, di usia 27 tahun yang seharusnya menjadi masa emas pesepakbola, ia berstatus tanpa klub.

    Meski demikian, Fosu-Mensah tidak menyerah. Ia kini dikaitkan dengan kepindahan ke klub Championship, Sheffield Wednesday, untuk membangun kembali kariernya. Pengalaman ditempa di akademi ketat United dan bermain di liga top Eropa menjadi modal berharga baginya.

    Kisah Fosu-Mensah adalah realitas keras dunia sepakbola profesional. Namun, kenangan manis tentang aturan sepatu hitam, debut melawan Arsenal, dan persahabatan tulus dengan Rashford akan selalu menjadi bagian tak terpisahkan dari sejarahnya sebagai salah satu lulusan akademi Manchester United yang pernah menyita perhatian dunia.